16

378 28 0
                                    

Sebulan sudah aku dan nira tinggal di penthouse ini dan hari ini adalah ujian terakhir nira di kelas A tapi sebenarnya bukan ujian yang seperti itu melainkan lebih mirip tes sederhana saja dan tidak terlalu menekan anak murid.

Jujur saja aku tidak lulus TK saat dulu masih kecil aku hanya di kelas A dan tidak lama aku tidak tertarik dengan semua itu dan aku bicara pada ayahku bahwa aku minta maaf karena tidak tertarik pada pelajaran dan segala atributnya.

Saat itu ayah terkejut dan aku pikir ia akan memarahiku namun dia malah terkekeh dan mengajakku ikut bersamanya ke perkebunan milik kakek dan sejak saat itu aku lebih tertarik pada hal-hal berkebun ketimbang belajar.

Namun jujur saja saat SD ini aku ini bodoh atau jika menggunakan kata-kata ayah dan ibuku saat SD itu bukanlah golden momentku karena saat SMP di kelas 7 aku berhasil masuk 10 besar dari 40 orang, saat kelas 8 aku masuk 15 besar dari 25 orang, saat kelas 9 nilai akhirku cukup tinggi hingga masuk 5 besar.

Saat SMA sejak kelas 10 sampai kelas 12 aku selalu masuk ke dalam 10 besar atau paling buruk masuk ke dalam 15 besar.

Saat kuliah pun jika mendapatkan nilai B aku akan menangis karena merasa itu buruk tapi kata ayah itu sudah cukup bagus dan baginya yang penting aku sudah niat belajar dan fokus dalam belajarku.

Maka dari itu sejak nira kecil aku tidak pernah memaksanya untuk selalu juara atau mendapatkan nilai yang bagus, sudah cukup bagiku dia niat mau belajar dan semangat pergi sekolah.

Aku pun sudah membahas ini dengan devan dan devan hanya mengiyakan dan aku sempat bertanya padanya, apakah alasan dia bersikap seperti ini terhadap nira karena dia adalah perempuan dan ia menginginkan laki-laki.

Devan pun terkekeh dan berkata bersyukurlah nira terlahir sebagai perempuan, jika tidak ia akan mendidiknya dengan tangannya sendiri.

"Ma, doain aku ya" ujar nira begitu aku mengantarkannya sampai di titik batas antar dan jemput "iya pasti dong, nanti isi jawabannya jangan buru-buru ya, di baca lagi soalnya" ujarku dan nira menganggukan kepalanya.

Lalu aku kembali ke dalam mobil karena sistem sekarang tidak boleh di tungguin lagi seperti dulu "kita pulang, nyonya?" Tanya krei dan aku menggelengkan kepalaku dan krei menganggukan kepalanya.

45 menit kemudian aku kembali menjemput nira dan dia terlihat biasa saja "gimana ujiannya?" Tanyaku dan dia menunjukan kertas ujiannya dan dia mendapatkan nilai B dan aku tersenyum senang.

"Wihh pinternya anak cantik mama, yuk mama traktir makan es krim" ujarku dan nira mengangkat kedua tangannya kode minta di gendong dan aku menggendongnya.

"Ma, kata papa kalo aku dapat nilai bagus papa mau ke rumah kita" ujar nira tiba-tiba, aku yang mendengarnya kaget karena selama ini devan tidak pernah bicara seperti itu bahkan ia tidak pernah menghubungi nira.

"Kapan papa ngomong gitu? Kok mama gak tahu" tanyaku dan nira terus saja menyandarkan kepalanya di leherku "tadi sebelum ujian papa telpon dan papa ngomong gitu di telpon" ujar nira.

Lalu aku segera menghampiri gurunya dan menanyakan kebenaran terkait telpon itu dan guru itu membenarkan bahkan saat pagi tadi ada kurir yang datang membawakan parcel untuk para guru dan anak murid dan pengirimnya adalah devan.

Aku pun hanya tersenyum kaku dan segera kembali ke mobil dan menghubungi devan dan devan membenarkan semuanya, "why dev?" Tanyaku.

"I just want it, so how's the result? She's good?" Ujar devan dan aku menghela nafas "she got B and that's good" ujarku dan lama tak ada jawaban "tell her i'll come" ujarnya dan dia mematikan telpon.

"Apa kata papa, ma?" Tanya nira "katanya nanti papa mau dateng" jawabku dan nira tersenyum senang dan kami pun pulang ke rumah dan sesampainya di rumah nira segers mandi dan aku mengeluarkan es krim vanilla chocochip kesukaan nira dan mengambil 2 scoop dan menyajikannya di cangkir canti khusus untuk es krim.

"Ma, kata bobby papa tuh savage ya" ujar nira sambil menyendok es krimnya dan aku terkejut dan menatap nira "wait, kalian berdua nih sering ghibah bareng ya. Terus bobby dapat kata savage dari mana?" Tanyaku.

Anak zaman sekarang topik pembicaran dan kata-katanya mulai ngalur ngidul dan perlu di benahi.

"Itu loh ma yang cecan korea itu yang nyanyi sambil joget joget" ujar nira dan aku semakin terkejut mendengarnya dan aku segera mengecek ke internet dan keluarlah girl group asal korea bernama aespa dan memang ada lagunya yang menggunakan kata savage.

Tapi savage memiliki dua makna yakni keren dan biadab, kata nira bobby berkata papa-nya nira savage dan kemungkinan besar berarti keren.

Tapi saat aku yang mendengarnya pertama kali sontak di pikiranku yang muncul adalah devan.keren.dan.biadab.

"Ma, dulu mama sama papa pacaran-nya dimana?" Tanya nira sambil menjilati sendoknya "sorry ya, kita gak pacaran" ujarku dengan nada mengejek dan nira terkekeh melihat ekspresiku.

"Kalo gak pacaran berarti mama sama papa mojok ya?" Ujar nira dan aku semakin khawatir dengan bahasanya "ihh nira, kamu dapat kata-kata baru itu dari mana?" Tanyaku.

"Dari ibu-ibu ma, mereka ghibah di dekat drop off kan aku jadinya denger" ujar nira dan aku menghela nafas, kalo anak-anaknya aja susah di tegur apalagi emaknya.

"Jangan di ulangi ya gak bagus" ujarku

Menjelang malam devan datang membawakan blueberry cheseecake kesukaan nira dan aku juga nira memotong kue-nya bersama.

"Pa, kita liburan yuk. Kan mulai besok aku udah libur sekolah" ujar nira sambil mengemut garpu kecilnya dan aku menatap devan "emangnya kamu mau ngapain? Papa kan capek sibuk kerja jangan di ganggu mending sama mama" ujarku mengalihkan.

"Papa jangan sibuk kerja main sama aku dan mama aja" ujar nira sambil terus memakani kue-nya dan aku terkekeh sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

"Kalo papa gak kerja terus yang bayar uang sekolahmu siapa?" Tanyaku dan nira terkekeh "hehehe iya juga ya ma" sahut nira polos

"Kamu mau kemana?" Tanya devan sambil terus saja berkutat dengan ipad nya "kemana ya? Ma kita kemana ya yang enak?" Tanya nira balik dan aku bingung.

"Kemana ya? Mama juga gak ke pikiran mau kemana" ujarku dan nira terlihat memikirkan pergi kemana "sayang, bukannya kamu ingin ke dubai?" Tanya devan padaku.

Dubai, itu sekian tahun yang lalu.

"Udah gak mau,telat." Ujarku masam dan devan terkekeh tanpa perlu ribet-ribet menatap orang yang di ajak ngomong.

"Woman and her emotion and hormone" ujar devan sambil memberikan senyuman mengejek padaku dan aku memakan cheese cake-ku cepat.

"Resek" ujarku pada devan dan aku pergi dari meja makan dan aku pergi ke kamarku dan masuk ke dalam selimut abu-abu tebal dan lembut milikku.

Aku pun sibuk dengan ponselku dan tiba-tiba ada sesuatu yang hangat menyentuh perutku langsung dan aku memegangnya dan jumlahnya ada lima dan bagian tengahnya lebar.

"Kamu mau kemana?" Tanyq devan berbisik dan aku yang membelakanginya sangat ogah menatapnya.

"Aku sama nira bisa pergi ke safari, berenang, pergi kemana aja" sahutku kesal dan aku mengaduh begitu devan menekan perutku ke bawah dan rasanya begitu sakit.

"Jawab yang benar, istri" ujar devan

Sumpah ini sangat menyakitkan dan bekas caesar-ku mulai terasa nyeri.

Aku pun meremas lengannya dan dia terkekeh.

Liburan akhirnya di putuskan oleh devan dan kita berakhir ke sebuah pulau di dekat itali.

DARK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang