6

1.2K 78 5
                                    

aku terdiam saat devan datang membawa nampan berisi makanan dan dia meletakan nampan itu di nakas dan dia menghampiriku dan mengusap pipiku dan memainkan rambutku "bagaimana harimu,sayangku?" tanya devan "biasa saja" ujarku pelan dan dia terkekeh "mau aku bawakan TV ke sini karena kau pasti bosan berada di sini" ujar devan

ini sudah hampir 2 minggu sejak kepulangan kami dari itali dan aku langsung di bawa ke ruangan khusus dan aku di ikat di sini dengan rantai dari tangan hingga kaki dan ruangan ini bahkan belum di pasangi lantai dan temboknya belum di cat, dingin sekali saat malam dan devan hanya mengunjungiku saat jam makan saja

mungkin ini hukuman karena aku mengajaknya untuk terapi dan selama aku terkurung di sini devan lah yang memandikan dan merawatku benar-benar dan dia sangat senang dengan kondisiku saat ini karena aku akan selalu bersamanya dan aku tidak akan bertemu orang lain, setidaknya itu yang dia katakan.

di saat malam devan akan datang membawakan bantal dan selimut juga seprei besar yang di lipat dua untuk menjadi alas tidurku dan dia akan menemaniku hingga tertidur namun tidak dengan malam ini dan jujur aku khawatir dia berbuat hal-hal yang meresahkan dan aku memutuskan untuk berjalan ke arah tembok yang terdapat ventilasi kecil hanya untuk sekedar per putaran udara dan aku dan aku berusaha untuk naik ke kursi yang dengan susah payah aku ambil dan begitu berhasil naik meski sedikit merasa kesakitan aku benar-benar tidak melihat siapa pun dan suasana begitu sepi dan udara dingin begitu menusuk.

"mungkin dia pergi membeli keperluan dapur" ujarku lalu aku turun dari kursi dan kembali berbaring di kasur jadi-jadianku dan tak lama aku terlelap hingga aku mendengar suara jeritan begitu kencang dan bunyi benturan dan aku merasa sedikit ketakutkan dan aku mendekati pintu dan mengetuknya "devan" panggilku 

"AKHHHHH...TOLONGGGGGG" 

suara jeritan barusan membuatku terlonjak kaget dan membuatku menggedor pintu semakin kencang dan memanggil nama devan dengan kencang hingga rasanya pita suaraku rusak dan tidak bisa menyanyikan lagu seriosa lagi dan cukup lama hingga aku mendengar suara langkah kaki mendekat dan kunci pintu terbuka dan aku mundur menjauh dan devan muncul bersama pisau yang biasa di gunakan tukang jagal di pasar yang berlumuran darah dan jangan lupa kaos yang dia pakai pun juga kotor dengan darah juga wajahnya, perlahan dia mendekat ke arahku dan menarik rantai yang terhubung dengan leherku hingga aku jatuh berlutut.

"sungguh rasanya aku ingin membunuhmu sekarang" ujar devan "apa salahku?" tanyaku dan dia melepaskan ujung rantai yang terhubung ke tembok dan manarik paksa diriku ke ruang bawah tanah yang biasanya kami jadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang lama dan di bawah sana ada alat pemangganan yang biasa di pakai untuk acara BBQ dan begitu masuk ke dalam sana aku lihat pelatih vocalku terbaring lemas di atas kayu berbentuk spiral yang di pinggirannya terdapat pisau yang jika kayu itu bergerak maka tubuhmu akan otomatis tersayat pisau-pisau tajam yang ada di pinggiran kayu yang akan memotongmu bagaikan alat potong roti.

"coach" panggilku serak dan devan tertawa dan memeluku dari belakang dan mencium bahuku yang terekspos "bukankah kalian sama-sama suka memakan roti dan sering menghabiskan waktu bersama setelah latihan" ujar devan dan aku menutup mataku "dia hanya melatih vocalku dan kami tidak pernah menghabiskan waktu bersama dan devan BERHENTILAH MENGGILA SEPERTI INI" ujarku menggebu-gebu dan devan mendesis dan mendorongku hingga jatuh dari tangga gudang namun sebelum aku benar-benar menginjakan kaki di lantai gudang dia menahan ujung rantaiku dan membuat leherku tercekik "menggila katamu? pikir kembali siapa yang membuatku MENGGILA SEPERTI INI" teriak devan dan dia menyeretku hingga aku di dudukan di sebuah kursi yang terbuat khusus dari besi dan aku di rantai di kursi itu "mari kita lihat segila apa aku,istriku" ujar devan.

benar saja dia menggerkan kayu itu menggunakan tuas dan kayu itu bergerak dan melukai pelatihku ini sama saja dengan di bunuh perlahan-lahan dan sungguh sangat menyiksa dan aku tidak sadarkan diri.

entah kapan sekarang, aku terbangun dan aku melihat jendela berukuran sedang yang menujukan matahari sedang bersinar terang dan aku mendengar suara kicauan burung dan deburan ombak dan aku merasa sedikit mual dan pusing lalu aku menghempaskan selimut yang menyelimuti separuh tubuhku dan perlahan aku duduk di tepi kasur dan setelah merasa sedikit lebih baik aku bangun namun aku merasa kakiku lemas dan aku berjalan melihat ke sekitar dan aku merasa ada perbedaan di tubuhku dan aku melihat ke luar jendela dan aku melihat ada lautan dan banyak burung yang hilir mudik dan berkicauan dan aku berjalan menuju pintu namun aku melihat pantulan diriku di cermin dan nampaknya aku terlihat lebih berisi terutama di bagian perut.

eh tapi tunggu sebentar

perutku terasa lebih keras dan maksud ku bukan keras atau kembung namun seperti padat , lalu ku angkat kaosku dan aku melihat perutku benar-benar membesar dan mungkin juga aku sudah tidak bisa memakai celana jeansku. tapi tunggu sebentar dimana devan?

aku membuka pintu dan aku berjalan keluar mengikuti instingku dan aku berjalan melintasi ruang TV dan aku mendengar suara riuh di dapur sepertinya devan sedang memasak di dapur "selamat pagi menjelang siang,sayang" sapa devan tanpa melihat ke arahku dan aku melihat sekelilingku "ini dimana?" tanyaku linglung dan devan mengelap tangannya dengan serbet yang ia gantungkan di bahunya lalu aku melihatnya tengah memotong buah apel dan memasukannya ke dalam blender dan suara riuh blender seolah-olah menjadi alarm hitung mundur di kepalaku.

kakiku ingin berlari dan otakku juga berkata untuk lari, tapi hatiku mengatakan untuk diam dan perhatikan.

jujur

aku perempuan yang terkadang mengikuti akal namun juga terkadang mengikuti kata hati.

bodoh

kali ini aku mengikuti kata hatiku

blender berhenti meninggalkan kesunyiaan dan aku menarik kursi bar yang ada di dekat meja dan duduk "apa kau punya timbangan?" tanyaku memecah sunyi dan devan melirik sekilas "untuk apa?" tanya devan "aku gendutan sepertinya" ujarku lalu devan menuangkan jus aple itu ke dalam gelas dan memberikannya padaku dan menyuruhku meminumnya dengan tatapannya dan aku meminumnya "kau bukan gendutan" jawab devan setelah aku menghabiskan satu gelas penuh berisi jus apel yang entah kenapa terasa aneh di mulutku 

"berat badanmu tentu naik karen kamu sedang hamil" ujar devan dan entah kenapa aku mendengar nada riang di dalam suaranya yang membuatku kesal kepada diriku sendiri kenapa saat ada kesempatan untuk lari tadi aku tidak lari, "h..ha...hamil" ujarku terbata-bata dan deva tersenyum "kita akan menjadi orang tua dan keluarga kita akan lengkap".

lemas,bingung,mual,meriang,sakit kepala

entah aku harus apa?




thank you

DARK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang