Sejak pagi aku sudah mengemasi barang-barangku dan nira bahkan nira pun masih tidur dan sejak semalam devan belum pulang juga dan aku mengkhawatirkannya.
"Nyonya, apa kopernya sudah bisa di masukan ke dalam mobil?" Tanya pelayan dan aku menganggukan kepalaku "apa devan masih belum pulang juga?" Tanyaku dan pelayan mengambil alih koper-koper yang sudah beres.
"Belum nyonya" ujar pelayan itu dan aku menganggukan kepalaku dan aku pergi ke kamarmu dan memastikan tidak ada yang tertinggal lagi dan aku mengambil jaket dan beberapa pakaian milik devan dan aku memasukannya ke dalam paper bag.
Lalu aku memberikannya pada pelayan agar di masukan juga ke dalam mobil dan aku hanya memakai kulot panjang berwarna coklat terang dengan atasan kaos lengan panjang berwarna coklat gelap yang ku padu padakan dengan cardigan senada.
Lalu aku membangunkan nira dan dia segera mandi dan aku sudah menyiapkan baju gantinya yakni celana legging hitam dengan atasan kaos pink dengan gambar unicorn di tengahnya.
Tak lama dia sudah keluar dari kamar mandi dan segera berpakaian dan aku menyisiri rambutnya, "ma, kok barang-barangku gak ada?" Tanya nira.
"Mulai hari ini kita gak tinggal di sini lagi, nak." Ujarku tanpa mau menatapnya dan aku menguncir rambutnya ala kuncir kuda.
"Kenapa ma? Rumahnya mau di jual kayak rumahnya rega ya?" Tanyanya dan aku tersenyum tipis dan menggelengkan kepalaku dan nira terdiam dan tidak berkata apa-apa dan aku tahu sebenarnya nira masih penasaran.
"Nyonya, tuan sudah menunggu di bawah" ujar pelayan dan aku menganggukan kepalaku dan aku segera menggandeng tangan nira dan mengajaknya menemui devan
Sesampainya di bawah aku lihat devan tengah menatap foto kami berdua dan aku ingat foto itu di ambil saat aku tengah hamil besar dan aku merangkul lengannya.
Lalu tiba-tiba pelayan datang bersama beberapa orang yang kenal yakni photographer yang selalu devan sewa untuk berfoto khusus seperti foto yang ia lihat saat aku tengah hamil.
"Pagi tuan,nyonya dan nona" sapa pria itu dan aku tersenyum dan pelayan segera mengarahkan pria itu ke kamar nira dan aku menatap devan.
"Ayo kita berfoto" ujar devan dan kami bertiga berfoto di kamar nira dan kali nuansanya begitu santai dan devan duduk di kursi belajar nira yang berwarna merah dan nira duduk di pangkuannya dan aku berdiri di belakang devan dan aku meletakan tanganku di bahu devan.
Sudah beberapa kali take dan kami berpindah foto di tangga dan kali ini kami di arahkan untuk bergaya berjalan turun dan nira di gendong oleh devan di tangan kanannya dan tangan kirinya menggengam tanganku.
Aku pun menatap keduanya dan nira terlihat begitu bahagia dan beberapa foto sudah di ambil dan total yang akan di cetak ada 5 foto.
Setelah sesi foto devan langsung mengantarkan kami ke penthouse namun di jalan ia membelokan mobil ke sebuah restoran fast food kesukaan nira dan dia memesankan menu kesukaanku dan nira.
Aku dan nira yang sejak masuk di suruh untuk segera mencari kursi dan aku memilih sofa yang ada di ujung dan aku terkejut dia tahu menu kesukaan nira dan tahu ini adalah restoran fast food kesukaan nira.
"Wihhh, makasih papa" ujar nira dan aku tersenyum dan devan duduk di hadapanku dan nira mulai memakan burger dan kentang goreng yang berbentuk spiral itu.
Devan pun hanya memesan segelas kopi hitam panas dan aku menyodorkan burger daging keju milikku ke arah mulutnya dan dia menggelengkan kepalanya "papa diet ya" ujar nira.
Devan pun hanya melirik sekilas "papa kan memang jarang sarapan" ujarku dan nira menganggukan kepalanya dan setelah kami selesai makan, devan mengantarkan kami ke hotel di mana di atasnya penthouse milik devan berada.
Begitu kami tiba di parkiran khusus di basement seorang pria sudah siap siaga di dekat kami dan begitu kami keluar dari dalam mobil dia mendekat ke arah kami.
"Selamat siang tuan,nyonya,nona. Saya krei yang akan menjadi supir nyonya dan nona sekarang" ujar pria bernama krei itu dan aku tersenyum dan menganggukan kepalaku dan aku lihat ada sebuah BMW hitam mulus yang terparkir di dekat kami dan itu adalah salah satu mobil milik devan.
Lalu devan segera membawaku masuk ke dalam lift dan kami tiba di lantai 1 dan begitu kami tiba beberapa staff segera menyambut kami dan mengarahkan kami ke lift lain yang langsung mengantarkan kami ke penthouse.
Hotel ini ada 10 lantai dan pentahouse devan ada di lantai 11 sampai 12 dan begitu kami sampai aku lihat koper-koper kami sudah di letakan di dekat sofa.
"Kunci akses penthouse ini hanya ada 2, 1 di aku dan 1 di kamu. Hotel di bawah tadi ada di bawah naungan perusahaan kita dan sudah 100% milikku dan kalian berhak untuk memakai seluruh fasilitas yang ada di hotel termasuk menikmati sarapan atau makan malam di resto mereka dan lain sebagainya" ujar devan dan aku menganggukan kepalaku
Penthouse ini memiliki 2 lantai yang di hubungan dengan jalanan menanjak dan bukannya tangga jadi ya lumayan bisa jadi prosotan dadakan dan devan membantuku membawa semua koperku dan koper nira.
Kamar nira bernuansa putih pink dan lemarinya pun pink dan kamar itu sepertinya sudah di persiapkan untuk nira sampai besar lalu nira sudah sibuk dengan kamar barunya dan devan membawaku ke kamar tidur utama.
begitu masuk nuansa scandinavian langsung menyambutku dan devan meletakan koperku di dekat walking closet, "keamanaan di penthouse ini terhubung ke komputer dan ipad ku, semua kaca sudah aku pastikan bulletproof dan penthouse ini terintergrasi dengan kendali jarak jauh dan kendalinya ada di aku" ujar devan.
Aku pun menganggukan kepalaku dan aku berkeliling kamarku "aku membawa beberapa bajumu" ujarku dan devan menganggukan kepalanya lalu dia menunjukanku sebuah kamar rahasia yang ada di kamar itu.
Seketika aku merasa penthouse ini bukanlah sekedar tempat tinggal tapi sebuah benteng, tak jauh dari kamarku terdapat sebuah ruang belajar lengkap dengan komputer.
"Pa, kita kenapa pindah ke sini?" Tanya nira begitu kami bertiga berkumpul di dapur dan nira tengah duduk sambil mewarnai buku gambarnya dan devan menatapnya sekilas.
"Mama mu tidak ingin tinggal di rumah lagi" ujar devan dan aku sedikit kesal karena aku berharap memberikan penjelasan yang lebih mudah di cerna oleh nira.
"Kenapa ma?" Tanya nira dan aku menata telur di rak khusus telur dekat kompor "mama hanya ingin saja, lagi pula rumah itu jauh dari sekolahmu tapi kalau tinggal di sini kamu jadi lebih dekat ke sekolah" ujarku.
"Oh, tapi kok papa gak bawa koper? Cuma ada koperku sama koper mama" ujar nira dan aku menatap devan dan devan yang tengah menata piring-piring baru sontak meletakan piring yang di tangannya dengan kasar.
"Nira, gambarnya di kamar ya" ujarku dan nira segera pergi ke kamarnya dan aku menatap devan "dia hanya anak kecil, dev." Tegurku dan devan menatapku kesal "anak kecil kamu bilang, karena anak kecil itu hidupku berubah" ujar devan.
Aku pun menghampirinya dan mengusap lengannya "dev, kita sudah membicarakan semua ini sejak nira masih bayi dan aku tidak masalah asal kamu tidak kasar dan berlebihan terhadap nira" ujarku dan devan berdecak.
"Aku setuju membiarkanmu tinggal di sini tapi bukan berarti aku melepasmu" ujar devan dan dia pergi dari sini.