"nanti kamu packing baju-bajumu ya" ujar devan seraya mengusap rambutku dan aku hanya mendusel-dusel di dadanya "mau kemana memangnya?" tanyaku dan devan memilin rambutku
"kita liburan aja" ujar devan dan aku memeluknya erat dan tangannya meraba pinggang hingga ke bawah
aku menatapnya kesal oh c'mon we alredy do it for 5 times and it's never enough for him
"what, i just want more" ujar devan tanpa salah dan aku memeluknya erat dan tidur
□■□■□■□■□■□■□■□■□■□
liburan bisa bermakna berbagai macam hal salah satunya menonton kecelakaan di tepi jurang dan tentu saja dalang di baliknya adalah suamiku tersayang, devan.
ada 2 mobil sport yang sedang kebut-kebutan di jalanan itali dekat dengan jurang dan kami berdua menyaksikan moment itu dari atas pohon
"kau apakan mereka?" tanyaku dan devan dengan santai menciumi leherku dan aku memakan pretzel kesukaanku
"hanya memberi tahu si istri kalo suaminya selama ini selingkuh dengan adiknya sendiri" ujar devan dan aku menatapnya heran
"kok bisa tahu sih? kamu stalk mereka?" tanyaku dan devan menggelengkan kepalanya
"mereka berdua rekan bisnis aku dan suatu hari si istri bilang kalo dia curiga suaminya selingkuh dan besoknya aku rapat di resto sama si suami dan dia bawa selingkuhannya itu dan aku cuma kasih tahu ke istri kalo memang suaminya selingkuh dengan adiknya" ujar devan
"habis ini kita kemana" tanyaku dan devan menatapku dan tersenyum
"wanna try it at Forrest or car?" Tanya devan dan aku menepuk keningku sendiri
devan tuh pasti kalo ngak mesum ya physco 😩
□■□■□■□■□■□■□■□■□
aku bangun dengan badan remuk redam karena habis 'olahraga' you know lha what i mean dan aku lihat devan sedang memainkan pisau kecil nan tajam yang selalu dia bawa kemana pun dan aku menghela nafas
"morning sayang" sapa devan dan aku tersenyum "morning too dev" balasku dan aku segera mandi dan berpakaian lalu aku memesan makanan di hotel tempat kami menginap dan aku memesan pasta juga beberapa kue sebagai cemilan karena kami ingin berjalan-jalan hari ini
Aku segera mandi dan berpakaian lalu aku menyisir rambutku dan memakai bedak dan tiba-tiba devan memeluku dan mengusap perutku "aku harap akan segera ada bayi kecil kita di sini" ujar devan dan aku hanya tersenyum kikuk dan aku menatapnya
"Kamu serius mau punya anak?" Tanyaku dan dia tersenyum dan tiba-tiba devan menggerakan pisaunya ke lenganku "kenapa, kau berpikir aku ngak mau punya anak?" Tanyanya dan aku menggelengkan kepalaku dan aku menahan nafas saat ujung pisau itu menekan urat nadiku.
"Aku hanya berpikir bukankah ini masih terlalu awal untuk kita memiliki bayi" ujarku dan dia tersenyum dan mengarahkan pisaunya ke wajahku dan menggerakannya di seputar pipiku "terlalu awal atau kau tidak ingin memiliki anak" ujar devan
"Jangan salah paham dulu ini tahun pertama kita jadi aku hanya ingin belajar mengenal satu sama lain saja tapi aku juga ngak menunda anak" ujarku dan devan tersenyum tipis sangat tipis hingga menjurus ke menyeringai.