.
.
."J-jisung hiks, stoph!"
Tubuh Chenle dibanting keras ke lantai oleh jisung yang sudah dipenuhi amarah, rasa capek, kesal dan kecewa kini menjadi ras yang paling dominan pada emosinya.
"Gugurkan bayimu!," Sarkas Jisung, sementara Chenle hanya terisak di lantai, punggungnya sakit karena jisung membantingnya cukup keras, ia meringkuk di lantai sambil memegangi perutnya. Namun sayangnya jisung sama sekali tidak memiliki rasa kasihan kepada istrinya, terlebih chenle tengah mengandung.
"Gugurkan bayimu Chenle!,"
"T-tidak! Dia juga anakmu Park Jisung, kenapa kau tega sekali!,"
Jisung mengeluarkan smiriknya, "Anakku? Kau tau bahwa kau ini sangat murahan, Chenle! Kau yang menyampurkan obat perangsang keminumanku agar aku meniduri dirimu, itu cara yang sangat murah, Chenle!,"
Chenle memegangi perutnya, terisak, apa yang dikatakan Jisung memang benar. Apakah salah jika chenle ingin mempertahankan rumah tangganya? Meski Chenle belum mencintai jisung, namun chenle berharap banyak dari rumah tangganya.
"hh-hiks, murahan? Aku istrimu! Kau suamiku! Apakah salah kita melakukan itu?!,"
"SALAH!," Jisung mengacak-ngacak rambutnya prustasi, "Sial!," Jisung langsung menarik chenle yang tergeletak di lantai.
"J-jisung ini sakit, perutku sakit," Keluh Chenle saat jisung menggendong tubuh kecil chenle untuk keluar rumah.
Sebelum itu Jisung mengambil kunci mobil yang berada di nakas, setelah menemukannya bergegas ia membawa chenle ke dalam mobil yang baru saja ia parkirkan.
Jisung ingin membawaku kerumah sakit Dalam hati chenle sangat berterimakasih kepada Tuhan, ternyata suaminya masih memiliki rasa sayang dan kasihan terhadap calon anak mereka, chenle berharap bahwa jisung akan peduli terhadap anaknya.
"Tahanlah sebentar rasa sakitmu, kita akan menghilangkan rasa sakitnya," ucap jisung dengan dingin sambil memasangkan seat belt Chenle. Sementara sang istri hanya mengangguk.
Setelah masuk ke dalam mobil jisung langsung tancap gas, tidak ada dialog di antara mereka, Chenle masih memegangi perutnya yang terasa Kemang, sementara jisung sesekali melihat ke arah chenle.
Di tengah perjalanan jisung merogoh saku celananya, mengambil benda pipih yang sangat canggih, handphone, jisung langsung menghubungi orang yang ia tuju.
Terhubung...
"Hallo Jisung! Ada apa menelepon malam-malam begini?,",
Jisung memakai earphone lalu menjawabnya, "Kau sedang ada pasien?,"
"Tidak, aku sedang santai, ada apa?,"
"Bagus, Kita akan bertemu diruang praktik mu, aku sedang di jalan,"
Chenle menyengit mendengar perkataan jisung, namun chenle masih berfikir bahwa itu adalah dokter kepercayaan Jisung. Namun mengapa mereka tidak kerumah sakit saja?
"Ada apa?,"
"Jangan banyak bertanya, Renjun. Yang kau perlu siapkan hanyalah alat-alat aborsi, Aku akan datang sekitar 15 menit lagi, jangan telat."
"Astaga, Tetapi baiklah, aku siapkan,"
"Bagus" ucap jisung mengakhiri panggilannya.
"J-jisung?! Apa yang kau mau lakukan?!," Tanya chenle saat mendengar percakapan jisung meski chenle hanya mendengar perkataan jisung tanpa mendengar jawaban dari pihak sebelah.
Jisung benar-benar ingin mengugurkan bayi yang ada di kandungannya? Chenle tidak habis pikir, bahkan kini air matanya sudah menetes. Takut.
"Jisung?!,"

KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET [Jichen]
Fanfiction"𝐕𝐢𝐨𝐥𝐞𝐭, 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐚𝐧, 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦𝐮,"- 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 Kisah kehidupan pernikahan Jisung Dan Chenle yang berawal dari sebuah perjodohan...