12. Home

740 72 5
                                    

3 bulan kemudian...

Namja manis berbaju tidur beruang itu tengah merebahkan dirinya di atas sofa sambil sesekali melirik ke arah pintu utama.

Namja itu tengah menonton film dari laptop yang ia letakan di atas perutnya, lantas mata berbulu lentik itu melirik jam yang tergantung di ruang tamu, ia mendesah pelan.

Seseorang yang ia tunggu belum juga datang padahal hari sudah sangat larut, Ya, Chenle tengah menunggu suaminya. Sebenarnya jisung sudah memberitahu chenle bahwa ia akan pulang terlambat dan meminta chenle untuk tidak menunggunya.

Tetapi sayangnya sang istri tidak mengengadah perkataan suaminya, sang istri tetap menunggu.
Dengan mata yang sudah sayup sayup chenle tetap menunggu Jisung.

Film yang ia tonton sangat membosankan.

Click

Suara pintu utama terbuka. Pria manis berbaju tidur beruang itu langsung bangkit dan meletakkan laptopnya di atas meja, pria manis itu langsung menghampiri orang yang ia tunggu.

"Mengapa belum tidur?," Chenle sedikit kikuk saat suara milik Suaminya terdengar sangat dingin.

"Eng a-aku belum mengantuk— kau sudah makan? Kau mau aku siapkan makan?"

"Aku sudah makan." Potong Jisung lantas melangkah kan kakinya menuju tangga, sementara sang istri membututi dari belakang.

"Jisung—,"

"Aku lelah chenle!," Pria manis yang di gentak sedikit memelankan langkahnya, sebenernya chenle bukan tipe sub yang lemah dibentak, namun baru kali ini setelah kejadian itu Jisung membentak nya kembali.

Chenle takut.

Akhirnya mereka sampai di kamar mereka, chenle segera menyiapkan piama untuk jisung sementara sang suami yang baru pulang kerja itu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah beberapa menit jisung keluar dari kamar mandi dengan keadaan bertelanjang dada dengan handuk yang menggantung di lehernya. Ekspresi jisung sangat dingin kali ini, ia bahkan tidak mengecup pipi atau bibir chenle— tidak seperti biasanya.

Namun chenle cukup mengerti kalau suaminya sedang lelah.

"Jisung...apa kau minum?," cicit chenle saat jisung memakai piamanya. Yang di panggil menoleh ke chenle "Iya,"

Chenle memang sudah menyium bau alkohol di kemeja jisung tadi, "Aku tidak suka, jangan minum saat kau akan mengendarai kendaraan, itu berbahaya untukmu dan pengguna jalan yang lain—,"

"Aku tau." Potong Jisung membuat chenle menunduk.

"Mengapa kau melakukannya? Jangan lakukan lagi,"

Ingin sekali jisung menjawab bahwa dirinya orang yang kuat akan alkohol alias sulit tumbang, meskipun jisung sudah menghabiskan hampir satu botol namun keadaannya masih stabil.

Jisung minum? Iya. Jisung mabok? Tidak.

Namun sang suami hanya menjawab dengan bergumam, "hm," ia sangat lelah, keadaan perusahaan nya sedang tidak stabil.

Chenle mengangguk, lalu beranjak untuk naik keatas kasur, begitu juga Jisung. Posisi Chenle membelakangi jisung, ia sungguh tidak mau mengganggu suaminya.

Tiba tiba chenle merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya, bahkan pria manis itu merasakan hembusan nafas di telinganya.

"Maaf..."

Chenle menghela nafasnya, membalik badannya untuk mengahadap jisung, jemari lentiknya mengusap wajah lelah jisung yang sudah hampir terlelap dalam tidurnya. Sepertinya jisung benar benar lelah, kantung matanya bahkan terlihat.

VIOLET [Jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang