"Kamu masih suka mual ya, kata dokter keadaannya semakin parah saat memasuki trimester ke dua."
"Aku tidak apa,"
Pria manis itu mengangguk, matanya sesekali melihat ke arah depan untuk melihat film yang ia sedang tonton. Ya saat ini Jisung dan Chenle sedang berada di kamar, duduk di sofa panjang yang menghadap tv dengan posisi chenle duduk dan jisung tiduran dengan kepala di paha milik sang istri.
Lampu kamar redup, hanya menyisakan lampu tidur dan sinar dari TV, malam belum terlalu larut dan mereka memilih untuk menonton Film. Sesekali perbincangan hangat tercipta di antara mereka.
"Perut kamu pernah sakit? Linu? Kram? Kamu pegel gak aku kayak gini?," Tanya Jisung khawatir.
"Kamu baru tiduran di paha aku dua menit, aku gak pegel kok,"
Jisung bangkit dari posisinya lalu menatap sang istri, "Sini, kamu aja yang tiduran di paha aku,"
"Aku mau duduk,"
"Yaudah duduk bareng,"
Chenle terkekeh lalu menggenggam tangan jisung, "Udah kamu tiduran kayak tadi aja, aku gak pegel, aku malah senang karena bisa mainin rambut kamu."
"Kamu senang? Oke, kalau pegal langusung bilang ya"
Chenle menganggukan kepalanya, lalu posisi kembali seperti semula. Jisung menatap wajah chenle dari bawah, terlihat biasan cahaya TV di wajah chenle membuat pria manis itu terkesan sangat cantik. Entahlah, bagi jisung chenle cantik dalam kondisi apapun dan dimanapun.
Manis, harmonis dan hangat dapat menggambarkan keadaan rumah tangga jisung dan chenle, perlahan chenle lebih sering terbuka dengan jisung begitupun sebaliknya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di rumah, tidak seperti dulu, ketika dirumahpun jisung sibuk dengan urusan kantornya.
Jisung sangat berjaga jaga dengan keadaan Chenle, kata dokter juga kehamilan chenle tidak sekuat kehamilan pada umumnya, untuk itu Jisung sangat posesif, bahkan tidak membiarkan namja manis itu kelelahan sedikit pun.
Jemari lentik dan putih milik chenle memainkan Surai sang dominan, sementara itu Jisung hanya diam sambil mengarahkan pandangannya ke TV.
"Dia memilih mati? Apa ini semacam progam bunuh diri?," Tanya chenle tentang alur dari film yang mereka tonton dengan netra yang fokus ke layar kaca.
Me before you- adalah judul film yang sedang mereka tonton saat ini, cerita cinta antara seorang pria dengan disabilitas yang dingin dengan perawatnya yang ceria. Sampai mereka berada di akhir film chenle masih memfokuskan pandangannya.
Beberapa menit kemudia film itu telah ending, Jisung bangkit dari tidurnya melihat Chenle yang masih terdiam seperti sangat terbawa dengan film yang mereka tonton.
"M-mengapa ia memilih untuk pergi? Kenapa?,"
Jisung tersenyum melihat Chenle seperti itu, lantas pria dominan itu mencuri ciuman dari istrinya.
Chup!
"Itu bentuk kasih sayang ia Chenle-ya, kamu memperhatikan beberapa dialog tadi? Will- tokoh pria dalam film ini tidak ingin melihat sang perempuan menghabiskan waktu hidupnya untuk merawatnya,"
"Y-ya, tapi Mengapa-,"
"Will berharap Louisa dapat melanjutkan pendidikannya, memulai hidup baru dan jangan terlalu sering untuk memikirkan Will." Potong Jisung.
Chenle menunduk, "I-iya, ah aku sangat terpesona dengan Will, siapa nama pemainnya?,"
Jisung mengangkat satu alisnya, "Kamu terpesona sama ketampanan nya atau wataknya di film itu?,"

KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET [Jichen]
Fiksi Penggemar"𝐕𝐢𝐨𝐥𝐞𝐭, 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐚𝐧, 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦𝐮,"- 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 Kisah kehidupan pernikahan Jisung Dan Chenle yang berawal dari sebuah perjodohan...