36.

19.5K 1.7K 331
                                    


Selang infus tertancap sempurna diatas punggung tangan Reza, laki-laki itu masih memejamkan matanya.

Keadaan nya cukup parah, bahkan ia belum sadar kan diri sampai saat ini.

Dareas menatap sendu anaknya yang terluka, ia tak bisa membayangkan jika pagi tadi ia tak datang menemui anaknya, siapa yang akan membawa anaknya ke rumah sakit.

Bahkan darah  di kening anaknya yang robek sudah mengering saat ia menemukan nya tadi pagi, Dareas tebak anak nya terluka dari semalam.

Yang membuat Dareas sangat khawatir saat mendengar penjelasan dokter, kalau ulu hati sang anak dipukul keras dan menyebabkan pernapasan Reza yang tak beratur, membuat sang anak dipasangkan Ventilator.

"Cepet bangun jagoan, Papa nungguin." ucap Dareas mengelus kepala Reza, ia tersenyum tipis jika Reza sekarang sadar mungkin anak itu akan menolak elusan dikepalanya.

Dareas merasa menyesal pernah menyakiti putranya, membiarkan putranya ditemani kesepian.

Reza memang keras namun dalamya sangat lembut dan rapuh, Dareas yang terlambat menyadari bahwa Reza pantas disayangi merasa malu karena sadar disaat Reza sudah tumbuh menjadi laki-laki yang mempunyai tempramental  buruk.

Itu semua karenanya, saat itu membiarkan anak remaja tinggal sendiri karena tak mau megurusnya.

Arya mengelus punggung Dareas, berusaha menguatkan pasangannya.

Wajah Reza yang pucat pasi, dan lebam-lebam yang menghiasi wajah tampan itu, dan mata yang membengkak kebiruan membuat semua orang akan ngeri melihat nya, ini terlalu kejam untuk anaknya.

"Kesalahan apa yang membuat anak ku, sampai dipukuli hingga akan sekarat?" tanya Dareas pada Arya.

"Sudahlah, kira fokuskan saja semuanya pada Reza, ia pasti sangat membutuhkan kita." ucap Arya.

"Tapi ini terlalu kejam." ucap Dareas bergetar, ia tak habis pikir dengan orang yang membuat anaknya hampir mati.

Arya memeluk Dareas memberi semangat padanya.

_________

Aksa menyuapi Deo, saat ini mereka sudah resmi pacaran.

Tepat saat Aksa kembali setelah memukuli Reza sampai habis. Semalam saat kembali kerumah sakit, Deo tengah terduduk khawatir menunggunya.

Dan pada malam itulah, Aksa mengatakan bahwa ia menerima Deo, Deo sangat senang bahkan malam tadi baru hari kelima namun Aksa sudah menjawabnya.

Tak bisa dipungkiri jikalau Reza tak memukulinya mungkin saja Aksa menolak nya.

Sengaja Deo tak melawan bukan ia tak mampu, namun jika ia melawan Aksa tak akan memihak nya, bisa jadi cowok itu akan marah padanya.

"Apa masih sakit?" tanya Aksa, ia mengelus lembut lebam di sudut bibir Deo.

Deo menggeleng lalu tersenyum sambil meringis.

"Jangan melakukan hal yang menyakiti bibir lo." ucap Aksa.

"Kalau dicium pasti langsung sembuh." ucap Deo.

Aksa memukul pelan bahu Deo, pacarnya ini sangat tidak tahu tempat saat bicara  seperti itu padahal saat ini mereka sedang duduk  ditaman belakang rumah Deo, tak terbayangkan jika Mama pacar nya ini mendengar.

"Sshh...sakit Sa." ucap Deo, Aksa langsung mengelus bahu Deo yang sebenarnya tak sakit sama sekali.

"Maaf oke." ucap Aksa ia mencium kening Deo.

Rasanya seperti mimpi saat Aksa bisa bersama Deo, selama ini tak pernah ia menginginkan memiliki hubungan spesial bersama Deo, namun saat ini ia sangat menyayangi cowok itu.

"Buruan satu suap lagi." ucap Aksa yang diterima oleh Deo.

"Rasanya enak kalau makan disuapin pacar." ucap Deo yang berhasil membuat Aksa kepanasan.

"Berhenti gombal kayak gitu, gue jadi pengen mukul bibir lo." ucap Aksa merajuk.

"Gak papa pukul aja, nanti biar diurus sama pacar." ucap Deo yang malah semakin gencar merayu Aksa.

Inilah yang Aksa suka dari Deo, cowok itu gak pernah sekalipun bersikap dingin atau bahkan kasar.

"Gue sayang sama lo De." lirih Aksa memeluk Deo dari samping.

"Gue cinta sama lo, dan sayang bangetttt." jawab Deo ia balas memeluk Aksa, hangat ia tidak bisa menjabarkan rasa bahagia nya saat ini.

Walau Deo tahu bahwa Aksa tak sepenuhnya menerimanya, namun itu tak masalah yang terpenting Aksa saat ini ada digenggamnya ia tak akan membiarkan siapapun merebut Aksa, walau itu Reza sekalipun.

_________

Reza sudah membuka matanya, namun ia tak bisa banyak bergerak karena tulang rusuk nya retak.

Ia sulit untuk bernapas, dan tubuh yang benar-benar terasa remuk saat ini.

"Kamu mau apa? Mana yang sakit?" tanya Dareas bertanya dan hanya mendapatkan kerjapan mata sang anak.

Dareas mengelus tangan anaknya, menyalurkannya kehangatan.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Dareas, lagi dan lagi tak ada jawaban.

Reza yang mendengar pertanyaan- pertanyaan dari sang Papa hanya diam, ia masih terkejut dengan apa yang menimpanya, kilasan dimana Aksa memukuli dengan mata yang penuh kemarahan membuat nya sakit.

"Mati saja kau, sialan."

Apa perlu aku menghilang, agar kamu senang?

Lelehan panas dari mata Reza pun kini keluar lagi, ia tak bisa menahan nya lagi.

"Kenapa?" tanya Dareas sendu. "Pasti sangat sakit sekali." ucapnya ia menggunakan tisu untuk menghapus air mata Reza.

"Sshh..Pa..Pa." ucap Reza terbata-bata.

"Apa, kamu mau apa?" tanya Dareas lembut.

"Haus." lirih Reza, Arya yang mendengar itu langsung menyiapkan air untuk Reza.

"Pelan-pelan." ucap Dareas saat Reza minum dengan sedikit terburu-buru, dengan menggunakan sedotan yang diberikan Arya.

Dareas menghapus sisa air yang mengenai dagu Reza.

"Kamu harus istirahat banyak-banyak biar cepet sembuh." ucap Dareas, Reza hanya mengangguk.

Arya tersenyum tipis, ia menatap sendu Reza walau anak itu bukan anaknya, namun melihat Reza sedang sakit seperti ini membuatnya ikut sakit juga.

"Pa...Mama..tahu aku sakit?" tanya Reza lirih.

"Nanti Mama kesini, dia udah tahu." ucap Dareas.

Reza tak menanggapi lagi, saat sakit seperti ini rasanya ingin sekali didekap oleh Mamanya terkadang ia iri pada Gavin yang bisa tinggal berdua dengan Mamanya.

"Kamu mau apa?" tanya Dareas, Reza hanya menggeleng ia memang tak ingin apa-apa.

Reza memejamkan matanya namun ia sama sekali tak terlelap, Dareas dan Arya senantiasa menjaga nya mereka sama sekali tak beranjak kemana-mana.

"Aku kasihan sama Reza." ucap Arya menatap Reza. "Rasanya aku ingin menghajar orang yang dengan tega melukai Reza." ucap Arya menggebu.

"Sudahlah, yang terpenting sekarang kesembuhan Reza." sahut Dareas.

Pembicaraan keduanya tak luput dari pendengaran Reza, ia mendengar betapa khawatirnya kedua pria dewasa itu.

"Kapan mantan istri mu kesini?" tanya Arya, yang jelas memperlihatkan ketidak sukaannya.

"Dia menolak, dia bilang ada janji dengan temannya."

Ucapan Dareas barusan meruntuhkan harapan Reza, padahal ia sangat menunggu Mama nya.

"Dasar wanita tak tahu perasaan, padahal anak nya sedang sakit rasanya aku ingin mencabik-cabik wajah nya." desis Arya emosi.

Dareas hanya bisa diam, Arya memang sangat membenci mantan istrinya. Entah karena dirinya yang pernah bersama ibu Reza, atau karena kelakuan mantannya itu.





MINE { END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang