Tolong tandai typo yaa...
***
Meski ancaman Malakai menakutkan, Grizella tetap pantang mundur. Siang ini dia datang kembali membawakan makan dan obat. Menurut para Suster yang pernah merawat Malakai, sulit sekali membujuknya makan, apalagi minum obat. Sekarang, Grizella tahu rasanya setelah makanan itu Malakai buang begitu saja ke lantai.
"Kenapa harus dibuang sih? Kamu tau nggak di luar sana banyak yang nggak bisa makan enak kayak gini. Bahkan mereka sampai harus mengemis buat bisa makan. Kamu yang udah dikasih rezeki malah nggak bersyukur." Grizella berjongkok memungut beling dari pecahan piring yang Malakai jatuhkan.
Malakai terhenyak sesaat mendengar ceramah Grizella. Bukannya takut, wanita itu malah sempat-sempatnya memberikan nasihat. Suster lain pasti akan lebih memilih kabur daripada mempertaruhkan nyawa seperti ini.
Setelah lantai bersih, Grizella ke luar tanpa mengatakan apa-apa. Malakai pikir wanita itu sudah menyerah, tapi siapa sangka lima menit setelahnya Grizella malah kembali lagi.
"Kamu harus makan," ucap Grizella sembari menaruh piring makanan itu ke meja.
Bukannya menuruti ucapan Grizella, Malakai malah kembali membanting piring itu ke lantai. "Aku udah bilang, aku nggak mau makan," desisnya.
Grizella mengesah. Dia berjongkok kembali membereskan kekacauan itu. "Kamu nggak usah gerak, nanti kena beling," ucapnya benar-benar sabar.
"Ahh." Jari Grizella terkena pecahan beling, lukanya cukup dalam hingga rasanya sangat perih.
Malakai menajamkan telinganya, tapi terlalu gengsi untuk bertanya. Entah kenapa tiba-tiba muncul penyesalan, juga khawatir pada Grizella.
Saat Grizella pergi, Malakai tiba-tiba merasa kehilangan. Wanita itu pasti sudah menyerah, makanya tidak kembali lagi. Dia mondar-mandir di depan pintu, gelisah tidak menentu.
"Nungguin ya?"
Mendengar suara itu, Malakai sontak memasang ekspresi datar. Ternyata Grizella tetap kembali membawakan makan untuknya. Anehnya, sudut kecil di hatinya merasa gembira.
"Maaf ya lama, soalnya makan yang dari sini udah habis. Jadi aku masak dulu buat kamu." Grizella menaruh piring itu ke meja.
"Keras kepala." Malakai berniat membuang piring itu lagi.
"Silakan kalau mau kamu buang, tapi aku akan tetap bawain kamu makan. Lagi dan lagi, sampai kamu capek."
Gerakan tangan Malakai terhenti.
"Atau mungkin mau kamu coba dulu hasil masakan aku? Aku yakin kamu suka, karena rasanya lebih enak."
"Gimana kalau aku tetap nggak suka? Kamu akan berhenti bawain makan?" tantang Malakai.
Melihat Malakai jinak, Grizella pun ambil kesempatan. Dia mendekati pria itu secara perlahan. "Tapi kamu harus sportif ya, kalau enak ya bilang enak," balasnya dengan berani.
Malakai diam saja, pertanda setuju.
Grizella meniupkan napas dari mulut, lututnya lemas sejak tadi. Keberanian tadi jelas hanya pura-pura. "Aku suap, ya?" ucapnya meminta izin.
Malakai tetap diam.
Grizella menyuapi Malakai dengan hati-hati. Pria itu membuka mulut, meski dengan wajah terpaksa. Dalam hati dia berdoa semoga Malakai tidak mencari-cari alasan untuk berhenti makan.
Entah karena Malakai lupa atau dia memang menyukai masakan Grizella, mulutnya terus terbuka menerima suapan demi suapan wanita itu. Hingga makanan itu habis tak tersisa.
Grizella tersenyum. "Enak, kan?" godanya.
"Biasa aja." Malakai menggapai minum dan menghabiskan segelas.
"Biasa aja tapi habis," ledek Grizella.
"Itu karena ..." Malakai kehabisan kata, terjebak oleh Grizella. Dengan wajah gengsi dia berjalan ke tempat tidur.
"Obatnya diminum dulu," suruh Grizella.
"Nanti."
"Nanti kapan?"
"Berisik!"
Grizella mengulum senyum saat Malakai meminum obatnya. Pria itu memang menunjukkan rasa terpaksa, tapi yang terpenting tugasnya telah selesai untuk siang ini.
***
Dikit banget yaaaaa, huhuhu.
Semoga next part bisa panjang.
Tetep, Momi butuh spam komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush (TAMAT)
RomanceMalakai memiliki gangguan penglihatan sejak tragedi kecelakaan yang menewaskan Mamanya. Lebih sialnya lagi, Papanya menikah lagi dengan Ibu tiri yang jahat. Dia mencoba berontak, tapi malah dianggap depresi sehingga dikirim ke panti rehabilitasi. Di...