Grizella berdiri di depan pintu kamar Malakai, sedang mempersiapkan diri karena tiba-tiba merasa gugup. Entah kenapa sejak melihat video rekaman CCTV saat Malakai menggendongnya dengan wajah khawatir seperti itu, hatinya sampai sekarang masih terasa hangat. Dia pun tidak bisa mengenali rasa asing yang menempel lekat pada hatinya saat ini.
Grizella meniupkan napas dari mulut. Tangannya terangkat mengetuk pintu tiga kali, setelah itu mendorongnya ke dalam. Terlihat Malakai duduk di tepi ranjang, menoleh ke suara pintu yang terbuka.
"Saya sedang ingin sendiri, Bu. Jangan ganggu saya," usir Malakai mengira yang datang Bu Amanda.
"Ini aku," beritahu Grizella.
Malakai refleks berdiri, ekspresinya terlihat senang seperti memang sudah menunggu kedatangan Grizella. Tapi sejurus kemudian, ekspresinya itu berubah datar kembali. "Mau ngapain lagi kamu ke sini?" tanyanya sinis.
"Emangnya mau ngapain lagi kalau bukan untuk ngingetin kamu makan dan minum obat?" Grizella mendekat.
"Kamu bukannya udah dipindahin ke bangsal lain? Ngapain masih ke sini?" Malakai tahunya memang Grizella akan dipindahkan ke bangsal lain dan tidak menjadi perawat pribadinya lagi.
"Tadinya sih iya, tapi aku nggak mau. Aku minta sama Bu Amanda untuk tetap menjadi perawat pribadi kamu," jelas Grizella.
"Kenapa? Harusnya kamu seneng bisa jauh dari bencana."
"Karena aku masih punya janji yang belum dipenuhi ke kamu. Kata orang kalau kita udah berjanji, itu nggak boleh dilupain."
"Janji?" Malakai mengerutkan kening, berusaha mengingat memangnya ada janji apa Grizella padanya.
"Janji bikinin kamu minuman jahe. Ini aku bawain," ucap Grizella sambil menaruh gelas berisi wedang jahe itu ke atas meja.
Malakai pun ingat Grizella memang mengucapkannya saat membantunya di kamar mandi kemarin. Dia pikir itu bukanlah janji penting yang wajib ditepati, tapi Grizella tetap memenuhi janjinya itu. Tanpa disadari bibirnya menyunggingkan senyum samar.
Senyum Malakai itu menular di bibir Grizella. "Ayo minum selagi hangat," suruhnya sembari mengulurkan gelas untuk diberikan pada Malakai.
Saat menerima gelas itu, tidak sengaja Malakai menyentuh tangan Grizella, rasanya panas. "Kamu lagi demam?" tanyanya yakin yang disentuhnya tadi memang tangan wanita itu.
"Hmm? Nggak." Grizella berbohong.
Malakai menaruh gelas itu ke meja, langsung memegang wajah Grizella. Dia terkejut merasakan suhu panas di kulit wanita itu. "Demam kamu tinggi gini kenapa malah ke sini sih? Kamu seharusnya istirahat, bukan malah keluyuran," marahnya bercampur khawatir.
Grizella mengerjap beberapa kali, perlakuan Malakai ini membuatnya gugup. "A-aku nggak papa," ucapnya terbata.
"Aku emang buta, tapi nggak bego." Malakai gusar. Didorongnya Grizella ke ranjang. "Kamu tiduran sekarang," perintahnya.
Grizella melirik ranjang Malakai. Apa maksudnya dia tiduran di situ? "Aku bisa istirahat di ruang perawat, kamu nggak perlu repot-repot ..."
"Aku nggak tau di sana nanti kamu beneran akan istirahat atau nggak. Mending di sini aja, aku lebih gampang ngawasin kamu." Malakai mendorong pundak Grizella, membuat wanita itu berbaring.
"Pasien di sini sebenernya siapa sih?" gerutu Grizella. Dia merasa seperti tidak punya kekuatan untuk menolak.
Malakai mengulum senyum, sembari tangannya mengaduk-aduk sesuatu di laci. Meski buta, Malakai nyaris hapal semua tata letak di ruangan ini, sebab sudah bertahun-tahun dia tinggal di sini. Dia berhasil mendapatkan yang dicarinya, sebuah plester demam.
Grizella tersenyum, ternyata Malakai memang punya hati. Pria itu meraba keningnya untuk memastikan plester demam itu menempel dengan benar.
"Maafin aku kemaren udah ..." ucap Malakai setelah itu.
"Aku udah maafin kamu kok," potong Grizella.
"Aku beneran nggak tau kalau kamu," Malakai hanya tersenyum prihatin.
"Its okay, itu masa lalu yang nggak bisa kita ubah. Terpenting kamu udah tau, pasti nggak akan ngelakuin itu lagi, kan?"
Malakai tidak menjawabnya, hanya duduk di tepi ranjang telah di sebelah paha Grizella. Dia sepertinya memang berniat menjaga wanita itu, sebagai penebus rasa bersalah.
***
Malakai sweet ternyata ya.
Grizella pasti baper.
Kalau kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush (TAMAT)
RomanceMalakai memiliki gangguan penglihatan sejak tragedi kecelakaan yang menewaskan Mamanya. Lebih sialnya lagi, Papanya menikah lagi dengan Ibu tiri yang jahat. Dia mencoba berontak, tapi malah dianggap depresi sehingga dikirim ke panti rehabilitasi. Di...