Chapter 13

1.5K 269 7
                                    

Siangnya ...

"Malakai, kamu di mana?"

Grizella mengedarkan pandangan ke seisi kamar Malakai tapi tidak melihat keberadaannya. Saat melangkah lebih dalam, tiba-tiba seseorang memeluk dari belakang disertai kekehan geli di telinganya. "Ihh, iseng banget sih. Aku pikir kamu ke mana," protesnya.

"Kangen banget," ucap Malakai.

"Aku denger selama aku nggak ada di sini kamu udah jadi anak yang patuh dan nggak bikin masalah."

"Aku, kan, ngikutin pesan kamu. Biar kamu cepet kembali."

"Udah sarapan dan minum obat?"

"Udah dong!"

"Anak pinter." Grizella mengusap puncak kepala Malakai. Dilepasnya pelukan pria itu lalu membalikkan badan untuk menatapnya. "Kamu lagi seneng ya? Mukanya berseri-seri."

"I have a good news," ucap Malakai setengah berbisik.

"What news?" Mata Grizella berbinar.

"Sini." Malakai menarik tangan Grizella untuk diajak duduk. Mereka saling berhadapan dengan satu kaki dinaikkan ke sofa.

"Apa sih?"

"Tadi pagi, Bu Amanda bilang kalau pendonor mata buat aku udah ada dan dalam waktu dekat aku bakalan segera dioperasi."

"That's good news!" Grizella memekik girang. "Ya ampun aku seneng banget dengernya, Kai. Selamat ya, akhirnya kamu akan bisa melihat lagi."

Malakai mengangguk. "Tapi mungkin operasinya nggak hanya sekali, dan prosesnya harus dijalani dengan sabar," beritahunya. Lalu dia sedikit muram dan berkata, "aku takut nggak sesuai harapan."

"Kai, proses nggak akan mengkhianati hasil. Percaya sama aku, usaha kamu nggak akan sia-sia." Grizella memegang tangan Malakai.

"Kamu bakal selalu nemenin aku melewati prosesnya, kan?" Malakai sangat berharap.

"Pasti. Aku akan selalu menemani kamu," ucap Grizella meyakinkan.

Malakai tersenyum. Dirabanya wajah Grizella, terasa hangat. Mereka saling menyatukan kening, memejamkan mata menikmati sensasi hangat yang menjalari hati. Setelah itu berciuman sebentar.

"Gimana masalah di panti asuhan, udah selesai?" tanya Malakai.

Grizella jadi murung saat diingatkan pada kondisi panti asuhan. "Semua baik-baik aja," bohongnya tak ingin membebani Malakai.

"Syukurlah." Malakai menghela napas lega.

"Tapi Kai, mungkin aku bakalan lebih sering pulang ke panti setelah jam kerja di sini selesai. Soalnya aku harus nemenin Ibu."

"Its okay, aku nggak akan melarang kamu. Kamu selesaikan dulu urusan di sana. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan untuk ngasih tau aku. Selagi bisa, aku akan bantu semaksimalnya."

"Iya, kamu tenang aja. Kamu nggak usah mikirin apapun dulu sekarang, fokus ke kesehatan kamu aja."

"Selama ada kamu, aku baik-baik aja. Soalnya kamu terlalu bawel ngingetin aku buat makan dan minum obat, jadi kondisi aku pasti prima sebelum operasi nanti." Malakai terkekeh mengejek.

"Aku bawel juga, kan, demi kebaikan kamu. Kalau aku diemin tandanya aku udah nggak peduli," balas Grizella sembari mencubit hidung mancung Malakai.

"Jangan pernah. Aku nggak suka kamu diemin. Mending diajak berantem kayak dulu." Malakai menggenggam tangan Grizella.

"Kapan aku ngajakin kamu berantem emang?" bantah Grizella.

"Kamu selalu ngelawan itu apa kalau bukan ngajakin berantem?"

My Crush (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang