Chapter 12

1.5K 303 3
                                    

Tiga bulan kemudian ...

"Kamu serius, Malakai?!"

Bu Amanda menatap Malakai dengan ekspresi yang teramat senang, karena pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang selama ini semua orang tunggu. Tanpa bisa menahan diri, dipeluknya Malakai dengan segenap hati, sampai air matanya tanpa sadar menetes. Dia terlalu bahagia.

"Apa peluang saya untuk bisa melihat kembali cukup besar, Bu?" Malakai hanya tidak ingin kecewa bila terlalu banyak berharap.

Bu Amanda melepaskan pelukan dan memegang tangan Malakai. "Jangan khawatir, dokter pernah bilang kalau kamu menjalani operasi, kamu pasti bisa melihat kembali," ucapnya meyakinkan.

Malakai tersenyum. "Selama ini saya selalu takut menghadapi kenyataan kalau Mami udah nggak ada saat saya bisa melihat kembali. Karena di saat semuanya gelap, rasanya Mami ada di mana-mana, hanya tidak bisa melihat wujudnya aja." Dia merasa sedih saat teringat pada Maminya.

"Lalu kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" tanya Bu Amanda.

"Karena Grizella, Bu." Malakai dengan jujur menjawab. "Karena Grizella, saya punya alasan untuk melihat lagi. Saya nggak mungkin gini terus kalau mau bersama dia."

Bu Amanda tersenyum haru. "Selama dua tahun kamu di sini, Ibu selalu berusaha mencari cara bagaimana bisa menyembuhkan luka batin kamu, tapi nggak pernah berhasil. Sekarang Ibu tau alasannya kenapa, itu karena kamu hanya membutuhkan seseorang seperti Grizella dalam hidup kamu," ucapnya begitu kagum.

"Dia berbeda, Bu."

"Ya, dia memang spesial. Dia tumbuh dari luka di masa lalu, itu sebabnya hanya dia yang tau dan mengerti apa yang kamu butuhkan."

Malakai mengangguk.

Bu Amanda menyeka air matanya. "Kamu istirahat sekarang. Besok, Ibu akan bicarakan ini ke Papi kamu agar segera mengurus semua prosedurnya. Semoga secepatnya kamu bisa melihat kembali," ucapnya sepenuh hati.

"Terima kasih, Bu."

Setelah Bu Amanda pergi, Malakai berbaring di tempat tidur. Rasanya tidak sabar menunggu pagi, karena ingin bertemu dengan Grizella.

***

Sudah tiga hari Grizella libur bekerja lantaran sedang ada masalah di Panti asuhan tempatnya tinggal selama ini. Bangunan panti yang sudah puluhan tahun berdiri di atas lahan sengketa yang kini ingin diambil paksa oleh pemiliknya. Nasib anak-anak panti di sana sedang berada di ujung tanduk lantaran sulit menemukan tempat tinggal baru dengan keterbatasan ekonomi mereka.

"Bu, obatnya diminum dulu." Grizella duduk di samping ranjang Bu Farida, membawakan obat untuk wanita yang telah merawatnya sejak menjadi yatim piatu.

"Terima kasih, Griz." Bu Farida duduk dan meminum obatnya. "Kamu juga harus istirahat, sejak pagi kamu udah sibuk ngurusin adik-adik kamu."

"Nggak papa, Bu. Ini udah kewajiban aku membantu Ibu," sahut Grizella.

Bu Farida menghela napas. Wajahnya yang keriput termakan usia, terlihat sedang murung. "Kita cuma diberi waktu satu bulan untuk menemukan tempat baru. Tapi Ibu rasa itu akan sulit," lirihnya.

Grizella tidak tahu harus memberi solusi yang seperti apa karena dirinya pun memiliki keterbatasan. "Apa kita nggak bisa bicara lagi sama pemilik tanah ini, Bu?" tanyanya.

"Sudah Griz, dan mereka udah cukup baik ngasih waktu satu bulan. Kalau nggak, pasti panti ini udah dibongkar paksa sejak tiga hari yang lalu." Bu Farida kembali menghela napas. "Ibu juga udah nyoba cari bantuan, tapi belum ada kabar."

My Crush (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang