"Kai, ini view-nya bagus banget!"
Grizella terpana melihat keindahan pemandangan dari rooftop rumah sakit ini. Letak bintang terasa sangat dekat, bagai bisa menggapainya. Saat melihat ke bawah, gemerlap kota juga tak kalah menakjubkan. Selain itu, terdapat landasan helikopter untuk keadaan darurat yang baru pertama kali dipijaknya seumur hidup.
"Aku beneran cuma pernah lihat ini di film," ujar Grizella mengamati huruf H di tengah-tengah helipad itu.
"Lihat apa?" tanya Malakai tidak tahu maksud Grizella.
"Helipad," sahut Grizella malu-malu. Sadar kalau dirinya terlalu norak.
Benar saja, Malakai tertawa. "Jangan bilang kamu juga belum pernah naik pesawat?" ledeknya.
Grizella tercengir. "Emang belum," kekehnya.
Tawa Malakai makin terdengar lepas. "Nanti setelah aku sembuh, aku bawa kamu liburan," janjinya.
Grizella tersenyum menatap lekat Malakai. Terpancar sorot kesedihan dalam tatapnya itu, seolah ucapan pria itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.
"Kok diem aja sih? Kamu nggak mau, ya?" tanya Malakai.
"Mau dong!" seru Grizella.
Malakai tersenyum. Dipegangnya pipi Grizella. "Aku udah nggak sabar mau melihat wajah kamu, dan ngebuktiin kalau apa yang aku bayangin selama ini nggak meleset," ucapnya.
"Gimana kalau ternyata wajah aku nggak seperti yang kamu bayangin? Misalnya ... pas kamu lihat ternyata aku nggak cantik, malah jelek banget. Kamu bakal kecewa nggak?" tanya Grizella.
Malakai menggeleng. "Whatever your face looks like, I don't care. Aku jatuh cinta sama kamu bukan karena siapa kamu, tapi karena ini ..." ditunjukkan dada Grizella, di mana hati berada.
"Walaupun aku punya tompel yang hampir nutupin seluruh wajah? Atau gigi aku ompong semua dan ..."
Malakai terkekeh sembari memotong, "It's so impossible, aku tau kamu pasti cantik banget." Setelah itu diciumnya bibir Grizella. Lidahnya masuk ke rongga mulut wanita itu, mengabsen satu persatu gigi depannya. "And your teeth are good, nggak ompong."
Grizella pun tertawa geli.
"Kamu mau tau cara menikmati bintang yang lebih baik?" tanya Malakai.
"Gimana?"
"Berbaring."
"Boleh di sini?"
"Kalau pas kita tiduran di sini terus ada heli yang mendarat, ya siap-siap mengembuskan napas untuk yang terakhir kalinya." Malakai tertawa geli, diamnya Grizella pasti karena wanita itu percaya pada kata-katanya. "Aku becanda."
"Ihh, ngeri banget deh."
"Dasar penakut." Malakai mengusap puncak kepala Grizella.
Keduanya lantas berbaring dengan lengan Malakai menjadi bantal untuk kepala Grizella. Bila Grizella melihat ke atas mengagumi keindahan langit yang bertabur bintang, Malakai justru sedang memandangnya. Samar-samar pria itu melihat siluet wajah Grizella.
"Kai, setelah kamu bisa melihat nanti, hal pertama apa yang bakal kamu lakuin?" tanya Grizella, matanya tetap fokus ke bintang-bintang.
"Menatap kamu lama-lama," jawab Malakai.
Grizella pun refleks menoleh Malakai. Jarak mereka sangat dengan dengan wajah saling berhadapan seperti itu.
"Aku harap orang pertama yang nanti aku lihat itu kamu," tambah Malakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush (TAMAT)
RomanceMalakai memiliki gangguan penglihatan sejak tragedi kecelakaan yang menewaskan Mamanya. Lebih sialnya lagi, Papanya menikah lagi dengan Ibu tiri yang jahat. Dia mencoba berontak, tapi malah dianggap depresi sehingga dikirim ke panti rehabilitasi. Di...