Chapter 03

2K 477 61
                                    

Sudah hari kedua, tapi Malakai belum juga berhasil menyingkirkan Grizella. Dia sudah menggunakan segala cara yang pernah dilakukan, namun tidak berhasil pada wanita keras kepala itu. Harus dengan cara apalagi, dia sudah kehabisan ide.

"Selamat pagi!" sapa Grizella dengan penuh semangat. "Aku bawain kamu sarapan, dimakan ya."

"Nggak," tolak Malakai.

Tentu saja Grizella pantang menyerah dalam hal ini. "Kamu udah janji nggak akan nolak makan. Laki-laki sejati itu pantang mengingkari janjinya."

"Kapan aku bikin janji kayak gitu?" tanya Malakai.

"Bisa-bisanya kamu lupa sama janji yang kamu buat sendiri!" Grizella histeris, seolah sangat kecewa. "Kamu beneran harus dihukum."

Tanpa sadar Malakai membuka mulut menerima suapan Grizella. Dia terus berpikir kapan membuat janji seperti itu. Apakah kemarin saat tanpa sadar dia memuji masakan Grizella yang enak?

Grizella kembali menyuapi Malakai. "Lain kali jangan ngelupain janji yang udah kamu buat ya," ucapnya sambil mengulum senyum.

Malakai terus membuka mulut, tanpa  penolakan. Dia sudah terjebak dalam tipu muslihat Grizella, namun tidak menyadarinya. Ditambah lagi sarapan ini sangat enak, perutnya bersukacita dalam keadaan lapar.

Tiba-tiba lampu mati, Grizella sangat kaget sampai-sampai memegang erat tangan Malakai. Ruangan itu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya yang bisa masuk, jadinya sangat gelap saat mati lampu.

"Kamu kenapa?" tanya Malakai heran. Dia bisa merasakan ketakutan wanita itu dari tangannya yang gemetar.

"Mati lampu, aku takut gelap."

Malakai tersenyum mengejek. "Punya rasa takut juga Lo?" cibirnya.

"Nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini, pasti punya kekurangan." Grizella memejamkan mata, merasa lebih baik dibanding membuka mata tapi gelap.

"Kenapa takut gelap?"

"Nggak tau, takut aja."

"Aneh."

Grizella membuka matanya dengan gembira ketika lampu hidup. Dia pun melepas tangan Malakai. "Kamu tuh yang aneh, bilangnya nggak mau makan, tapi kok dihabisin?" ucapnya terkekeh geli.

Malakai terhenyak. Mulutnya terbuka hendak mendebat, tapi tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.

"Minum obatnya." Grizella dengan cepat memasukkan butiran obat itu ke mulut Malakai dan langsung memberinya minum.

Malakai melotot, cara Grizella memberi obat benar-benar tidak memberikan kesempatan padanya untuk menolak.

"Aku juga mau sarapan dulu ya, kamu jangan lupa mandi. Aku akan ke sini sekitar tiga puluh menit lagi," ucap Grizella.

"Makasih udah jadi anak baik," ucap Grizella sembari mengusap puncak kepala Malakai, lalu pergi dari sana.

Malakai mematung.

***

"Boleh duduk di sini?"

Grizella mendongak, lalu tersenyum pada pria yang meminta izin duduk di sebelahnya itu. "Duduk aja, bukan punya gue kok kursinya," suruhnya.

Pria itu terkekeh geli dan duduk. Dia mengulurkan tangan, "dokter Erkan."

"Suster Griz," balas Grizella sembari membalas uluran tangan itu.

"Suster Griz?" Erkan menatap Grizella lekat, wanita itu mengangguk. "Kamu ternyata."

"Hah?"

"Iya, kamu."

"Aku kenapa?" Grizella masih belum mengerti.

"Kamu yang dari kemaren jadi bahan perbincangan di sini karena berhasil menaklukkan Malakai," kekeh Erkan.

Grizella meringis. "Nggak tau aja gimana frustasinya menghadapi dia," desahnya.

"But you're still here," puji Erkan. "Itu artinya, kamu pantang menyerah."

Grizella mengangguk.

"And I hope you will stay here."

Grizella mengerutkan kening, ucapan Erkan bermakna dalam. "Maksudnya apa nih?" tanyanya to the point.

Erkan tampak gelagapan. "Emm ... ya karena Malakai membutuhkan orang yang tangguh seperti kamu. Dia udah terlalu arogan," ucapnya sebagai alibi.

"Kayaknya kata arogan kurang tepat deh untuk Malakai." Grizella meralat. "Aku merasa dia itu sebenarnya butuh teman, tapi nggak mau dikasihani."

"Kenapa kamu bisa berpikir begitu?"

Grizella mengenang kembali kejadian tadi malam, di mana dia diam-diam ke kamar Malakai untuk melihat apa yang pria itu lakukan di malam hari. Dia sangat tersentuh melihat Malakai tersenyum saat mendengarkan suara ibunya di video yang tidak bisa dia lihat. Hanya suara, tapi membuatnya begitu bahagia. Karena itu, Grizella tahu kalau sebenarnya Malakai kesepian. Sangat kesepian.

"Karena aku pernah ada posisi dia," jawab Grizella kemudian, tersenyum.

Erkan tidak lagi mengatakan apa-apa, hanya menatap Grizella kagum.

***

Nungguin ya? 🤭

Maafin lama, soalnya cerita ini sementara cuma sampingan. Kita fokus ke Jodoh di Tangan Mantan.

Tetep loh wajib spam komen kalau mau lanjut, biar gak Momi unpublish ini cerita wkwk

My Crush (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang