Chapter 16

1.2K 252 26
                                    

Sepertinya pagi ini langit sedang tidak baik-baik saja, sebab kegelapan mulai menyelimuti bumi. Grizella yang baru saja tidur, lantas terbangun saat petir memecahkan keheningan. Ini kondisi yang kerapkali membuat wanita itu takut, karena traumanya di masa lalu. Setiap kali petir kembali menyambar, dia memejamkan mata dan menutup telinga rapat-rapat.

"Griz ..." Malakai menyentuh pundak Grizella, spontan wanita itu berteriak ketakutan.

Malakai langsung turun dari ranjang, bergegas memeluk Grizella. "Ada aku, jangan takut. Semuanya baik-baik aja, cuma hujan dan petir," bujuknya.

Grizella masih menggigil, namun jauh lebih tenang ketika pelukan hangat Malakai melindunginya. Usapan pria itu di punggungnya mengantarkan rasa kantuk yang perlahan membuat matanya tertutup.

Malakai tersenyum menyadari wanita itu tertidur dengan kepala terkulai di pundaknya. "Mulai sekarang, kamu nggak akan melewati ini sendirian lagi. Aku akan selalu memeluk kamu kayak gini setiap kali kamu merasa takut," bisiknya.

Pelan-pelan, Malakai menggendong Grizella untuk dipindahkan ke tempat tidur. Dia meraba ke nakas mencari ponselnya, menekan tombol khusus untuk mendengarkan suara jam. Ternyata sudah jam tujuh pagi, tapi terasa masih mengantuk lantaran baru tidur sekitar tiga jam.

"Selamat pagi," sapa seorang perawat cantik. Dia sempat melirik Grizella yang tidur di ranjang, lalu fokus pada pasien yang malah berdiri.

"Pagi Sus," jawab Malakai.

Perawat itu melakukan tugas paginya mengecek kesehatan pasien, seperti suhu dan juga tekanan darahnya. Itu semua dilakukan sembari duduk, karena Malakai yang memintanya.

"Semuanya normal," ucap sang Suster sembari mencatat hasilnya di kertas. "Nanti setelah sarapan, Mas Malakai harus berpuasa selama enam jam ya."

"Baik, Sus."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

"Terima kasih, Sus."

"Sama-sama." Meski tahu pasiennya tidak bisa melihat, perawat itu tetap tersenyum menunjukkan keramahan.

Malakai kembali mendekati Grizella, duduk di kursi yang semalam wanita itu gunakan untuk menjaganya. "Aku gantian jagain kamu sekarang, tidur yang nyenyak," ucapnya sembari mengusap rambutnya dengan lembut.

Tak berselang lama seorang perawat datang membawakan sarapan untuk Malakai. "Mas, ini obatnya diminum setelah makan. Setelah itu berpuasa ya, Mas," beritahunya.

Grizella terbangun, langsung duduk karena merasa tidak enak berbaring di ranjang pasien.

"Iya, Sus." Malakai mengangguk.

Perawat itu pun pergi.

"Kamu kenapa nggak bangunin aku?" tanya Grizella sembari menguap.

"Kamu tidur lagi aja nggak papa, aku belum mulai dioperasi juga." Malakai meraba wajah Grizella, mendapati wanita itu menguap lebar. "Tuh, kan, masih ngantuk."

"Aku mau cuci muka dulu biar lebih seger, habis itu kamu makan ya?"

"Aku mau mandi dulu aja."

"Ya udah aku bantuin." Grizella merangkul lengan Malakai, tahu pria itu belum sepenuhnya hapal dengan tata ruang di kamar ini. Semalam, beberapa kali Malakai menabrak apa saja saat berjalan.

"Bantuin aku mandi?" goda Malakai.

"Ihh, nggaklah. Aku cuma anterin aja, biar kamu nggak nabrak."

Malakai terkekeh.

Kamar mandi di sini benar-benar tidak jauh berbeda dengan yang ada di hotel bintang lima. Luasnya tidak kira-kira, hingga terdapat space untuk wastafel dengan cermin besar di balik pintu. Terdapat juga shower box dan space lagi untuk kloset.

My Crush (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang