Selama dua tahun berada di tempat ini, Malakai sangat jarang keluar dari kamarnya. Tidak banyak orang yang tahu seperti apa wajahnya, karena dia tidak pernah mengizinkan siapapun memasuki kamarnya. Saat pagi ini pria itu menampakkan diri di tengah keramaian, semua terkesima. Stigma buruk yang melekat padanya selama ini mendadak lenyap saat pria itu tersenyum dengan pesona yang tidak bisa disangkal.
"You are the center of attention," bisik Grizella menggoda Malakai.
"Nggak heran, sejak dulu aku emang selalu jadi pusat perhatian," sahut Malakai dengan gaya angkuh, disertai kekeh yang teramat cool.
Grizella mencebik. "Please be humble a little, Malakai," cibirnya.
Malakai pun tertawa. "Kamu nggak tau aja dulu pas kuliah, cewek-cewek yang suka sama aku tuh banyak. Aku tinggal pilih aja," ucapnya sombong.
"Percaya kok." Grizella mengangguk. "Tapi nggak usah sombong juga." Dia menjewer telinga Malakai.
Tawa Malakai kembali terdengar. "Itu bakat sejak lahir, bukan salah aku," ujarnya membela diri.
"Sombong?"
"Ganteng."
"Ihh, makin menjadi-jadi."
"Hahaha."
Setibanya di taman, Malakai berbaur dengan pasien lain. Meski tidak ada interaksi dalam bentuk obrolan, tapi dengan pria itu mau berada di dekat keramaian saja sudah merupakan kemajuan yang pesat.
"Anakku jatuh ke air, tolong!" Seorang pasien wanita yang mengalami gangguan jiwa berteriak histeris saat bonekanya jatuh.
Grizella dengan cepat mengambilkan boneka yang tergelak di depan kaki Malakai itu, lalu mengambalikannya pada pasien itu. "Anaknya baik-baik aja, Bu. Nggak apa-apa," ucapnya dengan lembut, menenangkan pasien itu.
"Kamu baik-baik aja, Sayang?" ucap pasien itu sembari mengusap kepala boneka. "Maafin Mama ya, karena nggak hati-hati menjaga kamu. Mulai sekarang, Mama nggak akan biarin kamu ke mana-mana." Wanita itu pergi sembari terus berbicara dengan bonekanya.
Grizella menatap sedih pada wanita itu, sangat mengerti perasaannya.
"Dia kenapa?" tanya Malakai.
"Anaknya meninggal karena jatuh ke kolam renang saat mereka liburan. Si Ibu yang merasa bersalah karena nggak bisa jagain anaknya, lama-lama depresi. Itu boneka kesayangan anaknya, yang sekarang dia anggap sebagai anaknya," beritahu Grizella.
"Kasihan banget," lirih Malakai.
Grizella mengangguk. "Semua orang punya kisah sedihnya masing-masing, Kai. Bagi mereka yang nggak kuat, ya akan seperti itu ..." desahnya sedih.
Malakai lantai menggenggam tangan Grizella. "Kamu salah satu yang paling kuat yang pernah aku temui," ucapnya.
Grizella tersenyum getir. "Aku hampir ada di titik itu kalau aja saat itu Mama nggak nyelametin aku dari percobaan bunuh diri," lirihnya.
"Mama?" Malakai penasaran.
"Aku diadopsi sama Ibu pemilik panti asuhan, dan sejak saat itu aku panggil beliau Mama. Beliau pengganti orang tua aku, Kai."
"Mama kamu pasti wanita yang baik, karena kamu tumbuh menjadi wanita yang luar biasa," puji Malakai.
"Mama segalanya buat aku."
"Dan aku?"
Grizella meringis. "Emang masih perlu aku jawab ya?" tanyanya malu-malu.
"Harus."
Saat Grizella ingin menjawab, seorang Suster datang mendekati keduanya.
"Suster Griz, dipanggil Bu Amanda ke ruangannya sebentar," ucap seorang Suster pada Grizella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush (TAMAT)
RomanceMalakai memiliki gangguan penglihatan sejak tragedi kecelakaan yang menewaskan Mamanya. Lebih sialnya lagi, Papanya menikah lagi dengan Ibu tiri yang jahat. Dia mencoba berontak, tapi malah dianggap depresi sehingga dikirim ke panti rehabilitasi. Di...