HAPPY READING 💼
Aurel telah di makamkan dua jam yang lalu,masih tersisa beberapa orang terdekat di area pemakaman. Rasa kehilangan masih menggeluti evina dan leo saat itu. Evina berjongkok di samping makam aurel dan rangga yang berdampingan itu,dengan air mata yang terus menetes keluar. Permintaan ibunya kini telah ia kabulkan untuk dimakamkan satu liang lahat dengan ayahnya kelak. Evina merasa belum melakukan hal yang membahagiakan ibunya dan andai saja ia menyadari kondisi ibunya lebih cepat mungkin penyesalan ini tidak akan terlalu besar ia rasakan.
"Kalian menciptakan sebuah sejarah dan tragedi yang tak akan dilupakan banyak orang,terutama papa. Bahkan berita papa meninggal saja masih tersimpan di internet,kalian benar-benar dua insan yang saling mencintai walaupun maut sempat memisahkan kalian begitu lama." Ucapnya dalam hati,evina menatap kedua tumpukan tanah tersebut. Kini ia sudah kehilangan kedua orangtuanya untuk selamanya.
Evina kagum sekaligus haru mendengarnya.
"Turut berdukacita,ya" evina menoleh ke arah sebuah tangan yang mengulur kepadanya,ia mengadah kemudian berdiri. Menatapnya beberapa saat sebelum menjabat tangannya sebentar.
"Makasih" jawabnya singkat.
"Kenalin gue,aira. Saudara tiri lo" ujarnya.
"Gue evina,makasih buat ucapannya" katanya,kembali berjongkok menaruh sisa bunga yang ada di keranjang. Menaburkannya di makam aurel dan rangga bergantian. Aira terlihat menunjukkan ekspresi tak suka kepada evina dan bersikap semena-mena kepadanya,ia pun kembali berdiri di samping darren.
"Kapan kita pulang,pah?" Tanya aira kepada darren.
"Nanti malem,ya?! Gapapa kan?" Jawab darren,aira hanya bisa mengangguk menjawabnya. Sementara darren menghampiri evina,mengelus bahunya pelan.
Darren melirik kedua makam yang berdampingan itu,merasa isi dan tersenyum sedih. Jika saya aurel mau sedikit membuka hatinya untuk dirinya maka dia akan merasa cukup di hargai. Namun itu hanyalah hal yang sangat mustahil untuk darren rasakan sebab hati aurel hanyalah untuk rangga seorang dan tak berubah hingga akhir hidupnya.
"Kalian berhak bahagia,kok" ujar darren kepada dua insan yang telah pergi tersebut.
"Ayo pulang,papa anterin" ajak darren.
Evina menolaknya "Evina masih mau disini" jawabnya enggan pergi dari area pemakaman yang sepi itu.
"Kamu harus istirahat,mama juga udah istirahat tuh. Jangan gini yang ada kamu sakit,evina. Ayo papa anterin pulang" ucap darren bersih keras membawa evina pulang ke rumahnya,namun evina lagi-lagi menolak untuk ikut bersamanya dan memilih untuk tetap tinggal di samping makam aurel.
"Udah gapapa,pah. Biar leo yang jagain evina disini,papa pulang aja. Aira juga kayaknya gak nyaman disini,makasih udah luangin waktu papa buat hadirin acara pemakaman mama" tutur leo kepada darren,ia sempat melirik aira juga.
"Dia adik--ehh iya,enggak masalah kok. Papa ini kan masih papa kalian,kabarin papa kalo ada apa-apa sama evina ya. Papa pamit"
"Iya,pah" leo menjawab.
Darren berpamitan dan akhirnya berjalan menjauh dari area pemakaman bersama istri dan anaknya itu,leo memandanginya. Sepertinya papanya itu memang lebih bahagia dengan istri barunya ketimbang dengan mamanya--leo tak banyak mengetahui ia hanya mengetahui jika mamanya tidak mencintai papanya saja. Walaupun begitu ibunya seharusnya menghargainya yang telah menyayanginya layaknya seorang ayah kandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
02| 12 PM✓
Fanfiction[ Bagian kedua dari surat dari rangga ] "Aku bukanlah reinkarnasi dari sosok yang kau sebutkan,berhenti mencintaiku hanya karena aku mirip sosok dimasa lalu" Reinkarnasi? Apakah kalian mempercayai nya,sebuah kepercayaan Yunani kuno bahwa seseorang...