23. Begitu Narsis

5.7K 550 35
                                    


300+Vote 💕

***

" Puspa, bangun dong jangan tidur terus! Kamu ini gimana sih. "

Pusing, Puspa sungguh pusing jika Ayani kembali dalam mode mengomel. Masalahnya ketika Puspa kurang sehat Ayani gencar sekali mengomelinya hingga membuatnya menderita sakit kepala.

Kalau sudah begitu Puspa hanya mampu menjawab dengan kalimat singkat seperti Iya, nggak, hmm agar tidak memperpanjang marah-marah nya seorang Ayani.

Puspa sedang tertidur di kursi ruang tamu sambil memperhatikan kakaknya itu tengah memakaikan baju Ayendra yang baru saja selesai mandi. Kakaknya itu akan pergi sendirian ke kantor imigrasi untuk mengambil Pasport yang sudah selesai.

" Kamu nggak apa-apa kan Mbak tinggal bentar? " Tanya Ayani untuk ketiga kalinya. Puspa menghela nafas lelah. Tambah pusing kepalanya ketika Ayani kembali memberikan pertanyaan sama yang sudah ia jawab berkali-kali.

" Ck, Gama gimana sih. Katanya semalam masih libur tapi pagi-pagi udah pergi ke kampus. " Kata Ayani mendadak kesal. Padahal semalam Ayani sudah meminta izin pada adik bungsunya itu agar menemani orang sakit dan seorang balita sebentar, sekitar 2 jam. Tapi tadi pagi, baru saja Ayani bangun untuk memasak sarapan, Gama sudah rapi untuk ke kampus. Alasannya Dosen wali Gama meminta untuk bertemu.

" Aku gak kenapa, Mbak. Aku bukan sakit parah! " Kata Puspa sambil mendengus Kesal melihat Ayani. Kakaknya itu pikir fisiknya sungguh sangat lemah, terlihat manja seolah-olah ingin melakukan apapun Puspa tak sanggup. Padahal tapi pagi Ayani sendiri melihat Puspa membantunya mencuci piring serta menjemur kain. Selama Ayani memasak sarapan hingga mandi untuk bersiap-siap ke kantor imigrasi Puspa sempatkan menyapu rumah dan menyapu halaman.

Dia ini sudah menjadi seorang ibu-ibu. Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan seorang ibu-ibu rumah tangga, masih sakit aja mampu untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Tapi kenapa di saat Puspa sudah menyelesaikan pekerjaannya dan kembali untuk rebahan. Ayani kembali mengomel seolah-olah kerjaan Puspa hanya tidur dan tidur. Siapa yang tahan mempunyai kakak seperti Ayani? Pantas saja pusing di kepalanya tidak hilang-hilang.

" Yaudah, kamu jangan ngerjain apa-apa lagi ya. Tunggu Mbak pulang saja,oke. " Puspa memutar bola matanya. Padahal jika Puspa tidur-tidur Ayani sudah mengomel dengan kalimat yang Puspa sangat hafal kamu ini masih muda, kalau sakit badan itu jangan di manjain, coba bergerak pasti cepat sembuh.

Ya begitulah Ayani. Seperti mamak-mamak jika menemukan anak gadisnya malas-malasan, dia akan mengomel sepanjang hari bak rel kereta api.

" Hmm, anak siapa sih ini? Wangi banget anak ganteng. " Ayendra tertawa lebar dengan godaan Ayani, seolah mengerti dengan tatapan menggemaskan itu.

Puspa tersenyum geli. Kalau saja di sebut ganteng entah mengapa Ayendra tertawa senang, sangking senangnya suara tawa itu begitu menggelegar dalam rumah. Seperti nya bibit Andra itu sudah tahu arti Narsis sejak dini.

" Anak genteng...anak ganteng...anaknya siapa ini? Ya anaknya bapak Andra. Iyakan Ayen?" Ayendra semakin tertawa menggemaskan sambil memasukkan jari telunjuk kanannya ke dalam mulut. Sangking lebarnya mulut itu tertawa, air liur balita itu pun keluar.

Ayani menggendong tubuh gembul Ayendra dan membawanya pada Puspa. " Mbak pigi dulu ya. Mbak nggak akan lama kok. "

" Hmm. Lama juga nggak apa-apa kok. " Kata Puspa sambil berdiri menggendong Ayendra. Mengantarkan Ayani ke depan teras. Kakaknya itu sudah berdiri di depan gerbang menunggu transportasi online yang sudah ia pesan.

" Dadah, Ayendra! " Teriak Ayani di depan pagar rumah membuat Puspa membantu Ayendra untuk mengayunkan tangannya.

" Dadah Bukdhe Ayani. " Ucap Puspa layaknya anak kecil. Ia tahu sekali kalau kakaknya itu tidak mau Ayendra memanggilnya seperti itu, katanya kelihatan tua sekali. Ayani ingin Ayendra manggil Tante atau bibi saja.

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang