5. Keluarga Iblis.

8.7K 823 78
                                    

Vote nya mana dulu:b
Jangan Lupa Follow ya akun ini
Happy reading.

Vote nya mana dulu:bJangan Lupa Follow ya akun ini Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

Dek, Ayendra sudah mbak titip ya ke bibi. Mbak sama Ayah mau balik ke kampung untuk Ziarah ke makam ibu. Mungkin 3 sampai 4 hari Mbak absen jaga Ayen. Kamu toh jangan banyak lembur terus, ingat anak mu.

Sekelebat kalimat kalimat Mbak nya itu tadi siang, terngiang ngiang dalam benak Puspa. Pandangannya, dia layangkan pada atap rumahnya. Perumahan kecil yang di belikan oleh Ayah mertuanya sendiri. Rumah yang Puspa dan anaknya tempati untuk melawan kejamnya dunia.

Istananya. Walaupun tak ada kasih seorang Suami bagi Puspa dan Ayah-bagi Ayendra.

Puspa masih berdiri di hadapan gerbang ber cat hitam. Masih menatapi sendu atap atap rumah kecilnya, lalu turun pada daun pintu dua itu. Sepi, hampa, rasa takut dan cemas. Hanya itu yang Puspa rasakan.

Merasa tak di lindungi walaupun ia berteduh di sana. Entahlah, kali ini hatinya terlalu sulit untuk menjelaskan.

Puspa menghapus tetesan air mata yang tiba tiba terjatuh dari pelupuk matanya. Berkali-kali menghapusnya menggunakan punggung tangannya. Berkali kali juga deraian air mata itu terus mengalir.

Seolah tak mengizinkan Puspa untuk menghentikan air mata itu.

Puspa memegang besi pagar dengan erat untuk menahan beban tubuhnya sendiri. Dia merasa lemah, seolah tak berdaya melihat rumahnya sendiri. Seharusnya bila wanita lain di posisinya mereka akan bahagia dan tenang. Tanpa ada sesosok pengganggu dalam hidup mereka.

Tetapi, mengapa Puspa merasa tak sanggup bila memandangi Rumahnya sendiri sehabis pulang kerja?

Tak ada yang menunggunya pulang selain Ayendra. Tak ada yang memberikan Puspa senyum sehangat mentari untuk menyemangatinya. Memberikannya kekuatan ketika Puspa ingin menyerah. Mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik baik saja.

" kenapa dengan mu, Puspa? " Tanya Puspa pada dirinya sendiri dengan suara tangisan tersayat.

" Mengapa kamu terlalu lemah, ayo... Jalani semua ini untuk mu dan Ayendra. " Gumam Puspa dengan derain air mata.

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang