16. Sepahit Buah Simalakama

8K 822 59
                                    

Note: Ada bahasa jawanya, tolong di koreksi bila ada kesalahan ya. Jangan lupa vote + komentnya.

" Nikah mung sepisan, kowe kudu mikir kaping pindho babagan pegatan. Dilema iku wajar, Ndhuk. Mikir anak mu, ndeke butuh bapak. Nanging, Budhe duwe pengarep-arep yen kowe bisa ngomong bagus bagus karo bojomu. " (Menikah hanya sekali, kamu harus berpikir dua kali untuk bercerai. Dilema itu wajar, nak. Pikirkan putramu, dia butuh ayah. Namun, bibi berharap kamu membicarakan hal ini baik-baik dengan suami mu)

Kata Budhe Rumi, kakak kandung dari Ayah Puspa. Sambil menepuk-nepuk paha Puspa untuk mengingatkan. Sedangkan Ayani yang sedari tadi sibuk mengayunkan Ayendra agar bayi itu terlelap seutuhnya.

Pulangnya mereka dari rumah Kartina anak dari saudara kembar Ayahnya, yang tak jauh dari rumah budhe Rumi, ternyata cukup membuat jiwa mereka terguncang. Apalagi pertanyaan dari keluarga suami kartina yang seolah meremehkan Puspa karena tahu bagaimana keadaan rumah tangga Puspa.

Mungkin, lebih tepatnya hari ini bukan acara 7 bulanan Kartina. Tetapi acara gunjingan yang menyudutkan dan mengungkit-ungkit kesalahan Puspa.

Berbagai macam gunjingan tak dapat Puspa elak kan. Sampai-sampai Ayahnya dan saudarinya hanya bisa terdiam di permalukan karena tak sanggup membela diri.

Mungkin, Hanya Budhe dan pakdhe nya yang mengerti posisi mereka saat ini. Sudah menjelang sore mereka pulang dari rumah kartina dan Ayendra pun masih merengek walaupun mata itu terpejam.

" Bagaimana pun kelakukannya, itu semua tidak luput karena kesalahpahaman. "

" Nggak bisa gitu dong Budhe. Mau salah paham pun kalau dia manusia yang memiliki hati nurani dia nggak akan berbuat semena-mena pada Puspa. Kesalahpahaman atau karena dia tidak tahu apa yang sudah terjadi pun, tidak bisa dia buat menjadi sebuah alasan. Bajingan tetaplah bajingan. "

Ucap Ayani dengan menggebu-gebu tak lupa menyelipkan kalimat makian untuk Andra. Nafasnya tersengal-sengal, belum lagi Ayendra yang rewel semakin membuatnya tak dapat menahan emosi. Mungkin lebih tepatnya, suasana hati Ayani sudah tak baik sejak berada di rumah Kartina. Dia tidak sanggup mendengar setiap gunjingan orang-orang disana.

" Budhe yakin, dia menyesal. Bojomu pasti berubah, Ndhuk. Percaya sama budhe. Orang yang di sakiti dan memaafkan, dia akan ditinggikan oleh Gusti Allah. Tidak salah kowe sakit hati, tapi belajarlah untuk memaafkan walaupun dia begitu jahat kepadamu. Jika kowe bicara bagus-bagus dengan bojomu dan memulai dari awal. Insyaallah pernikahan kalian langgeng. "

Puspa yang masih terdiam sejak tadi hanya mampu mendengar dan menyimak. Sedang memikirkan bagaimana untuk lari dari kenyataan ini. Lari dari rasa malu.

Tapi, suatu saat nanti keterbiasaan akan mengubah kepribadiannya menjadi kebal akan caci maki mereka terhadapnya.

Puspa yang mulai mendengar kegelisahan Ayendra semakin menjadi-jadi membuatnya mengambil alih anaknya itu untuk di gendong.

" Budhe senang kalian datang kesini. Rasanya kaya melihat anak sendiri kembali pulang dari perantauan. " Puspa tersenyum tipis. Dia mengerti maksud Budhenya. Mungkin karena kakak kandung Ayahnya itu tak dapat memiliki keturunan hingga saat kini. Beberapa tahun yang lalu, Sewaktu Puspa hamil dan di asingkan, hubungan Budhe Rumi dengan Ayahnya Dipto sempat renggang. Dikarenakan Budhe Rumi tidak terima dengan perlakuan adik kandungnya itu terhadap puspa. Rumi bertekat untuk mengurus Puspa Karena Adiknya Dipto malu akan kehamilan Puspa. Rumi mencoba menentang Dipto bahwa tak seharusnya Puspa disalahkan, tak seharusnya Puspa di tekan di saat mengandung. Namun, hanya karena kalimat kasar Dipto " Jangan ikut campur masalah keluarga ku Mbak, dia putri ku, bukan putrimu. Tidak ada hak mu untuk menentangku. "

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang