13. Ego Seorang Bajingan

9.2K 964 103
                                    

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo


" Mbak, jangan sekarang! "

Gama memohon, mencoba menghentikan niat sang kakak kandung yang saat ini tengah memasukkan beberapa pakaian pada tas hitam berukuran sedang.

Satu jam sudah berlalu saat kakaknya itu menangis dalam pelukannya, seolah tengah mengadu padanya walaupun bibir tetap terbungkam tanpa memberikan penjelasan pada Gama apa penyebab Puspa menangis.

Puspa memohon pada Gama saat itu juga, agar mereka pergi menyusul Ayani ke Yogyakarta. Dengan raut wajah khawatir dan penuh ketakutan Puspa menangis meminta agar adiknya itu mau mengantarkannya ke sana.

" Ayo dek, antar Mbak. Ayo kita jemput Ayendra. Ayo cepat, ganti pakaian mu. Waktu kita nggak lama lagi. "

Terburu-buru dengan kalimat-kalimat yang cukup membingungkan bagi Gama. Seolah-olah Ayendra akan di culik dan tak akan kembali. Gama menatap kakaknya itu yang tiba-tiba terlihat sakit jiwa.

Puspa semakin marah padanya ketika Gama tidak dapat mengantar, karena Gama akan pergi mengikuti seminar di kampusnya. Bukan seperti itu, namun Gama memang tidak bisa karena dia lah salah satu perwakilan panitia seminar yang akan di adakan tepat sore ini.

Gama semakin tidak dapat berpikir jernih ketika Puspa menangis dengan tubuh bergetar. Kakaknya itu hampir setiap detiknya memanggil keponakannya dengan wajah takut kehilangan.

" Mbak, aku janji besok pagi kita akan kesana. Jangan seperti ini mbak, aku bingung Mbak buat. Setidaknya kasih aku alasan kenapa mbak seperti ini dan kenapa ingin menyusul kak Ayani secepatnya? Apa yang mbak sembunyikan? "

Puspa terduduk pada ranjangnya sambil menghentikan tangisnya. Memejamkan matanya untuk mencoba berpikir tenang. Rasa marah, takut kehilangan Ayendra, kecewa, sakit hati, panik, cemas bergumul menjadi satu. Menghantui pikirannya saat ini hingga sulit membuat Puspa sendiri terasa tenang.

Gama mendekat, duduk di samping Puspa.
Masih diam mengamati ekspresi saudari kandung.

Puspa menghela nafas begitu berat. Menatap Gama seolah kehilangan arah jalan pulang. Pikirannya buntu saat ini.

" Mbak ketemu Andra semalam. Dan..."

Puspa terdiam. Tak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya.

" Dan? Dan apa? "

"...Dia, mbak takut dia tahu Ayendra anaknya dan Mbak nggak mau kehilangan Ayendra. " Berat mengatakannya, namun sulit untuk jujur.

" Mbak, semuanya akan baik-baik saja--"

" Kamu nggak tahu perasaan mbak! "

Gama terdiam tak dapat berkata apa-apa. Namun, ia peluk saudarinya itu begitu erat hingga membuat Puspa kembali terisak. Mengelus punggung rapuh itu dengan kasih sayang seorang saudara. Seolah mengatakan Gama akan selalu ada bersamanya.

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang