22. Mungkin Saja Cemburu

6.4K 610 19
                                    


****

Semalam, Puspa menemani Ayani berjiarah kemakam ibu kandung mereka, karena niat Ayani untuk kemalaysia tidak dapat dipatahkan lagi, bulan depan saudarinya itu akan berangkat. Pulang-pulang Puspa dan Ayani terkena hujan hingga basah kuyup. Dan tadi malam Puspa demam tinggi, sedangkan Ayani tidak terjadi apa-apa dengan kakaknya itu.

Untung saja semalam Ayendra mereka titip pada Gama yang libur tenang menjelang ujian akhir semester.

" Dek? Bangun dulu. Kamu belum makan malam. " Suara Ayani membangunkan Puspa. Sudah satu harian Puspa tidur tak berdaya di kamar. Sampai-sampai kedatangan Andra dan Naomi pun tadi sore tidak lagi ia sambut.

Ayani membantu adiknya itu duduk. Lalu katanya " Kamu kalau udah sakit, bawaannya tidur mulu. Bergerak kek atau apa kek. " Omel kakaknya itu sambil mengaduk bubur ayam yang dia buat sendiri. Lalu seketika Ayani memelotot geram pada Puspa.

" Ini lagi, sejak kapan kamu pakai baju tebal-tebal begini, selimut juga double. Pantas panas kamu nggak turun-turun. Kamu ini gimana sih dek?! " Ayani menarik selimut itu kesal dari tubuh Puspa. Juga berniat membuka sweater tebal yang Puspa gunakan.

Ayani heran, mengapa ketika Ayendra, Gama atau Ayani yang jatuh sakit, Puspa seolah bertingkah bak Dokter. Tapi, ketika adiknya itu sendiri yang jatuh sakit seolah tak tahu apa yang harus dilakukan agar demam cepat turun. Tapi memang sudah begitu tabiat Puspa kalau sudah jatuh sakit, adiknya itu tetap menggigil parah walaupun sepanas apapun ruangan kalau Puspa sudah demam. Biasanya kalau sudah jatuh sakit begini, Ayani yang akan menemani tidur untuk memeluk tubuh Puspa.

Sedangkan Puspa sudah menangis meminta ampun. Menolak tangan Ayani yang akan melepaskan sweater dari tubuhnya. Bukannya ia tak tahu tapi rasanya ia kedinginan terus menerus seperti merasakan di kutub Utara.

" Dingin Mbak. Aku nggak kuat. " Kata Puspa dengan suara cukup bergetar,, mencoba membuat kakaknya itu mengerti.

" Iya Mbak tahu, tapi jangan setebal ini dong. Kamu keringatan tapi suhu tubuh mu nggak turun-turun. " Pada akhirnya Puspa mengalah, melepaskan satu sweater. Lalu Ayani membantu Puspa untuk makan walaupun hanya sikit yang mampu Puspa telan.

Setelah selesai, Ayani bersiap keluar dari kamar Puspa. Tapi Puspa kembali menoleh padanya. " Andra sama Naomi sudah Pulang Mbak? "

" Naomi sudah pulang diantar Gama tadi. Andra nginap di sini karena tahu kamu lagi sakit. Eh, kamu yakin nggak periksa? Kata Andra biar dia antar. " Puspa menggeleng, hanya itu lalu matanya kembali terpejam. Masih ia dengar sayup-sayup suara pintu tertutup.

Sudah dua jam lebih Puspa tidur tapi masih dapat dia tangkap suara Ayendra yang berisik. Lalu, tak berapa lama suara itu tenang seolah rumah ini sunyi tak ada orang. Hampir saja Puspa kembali tenggelam dalam mimpinya tapi sayup-sayup ia dengar bisikan dua orang yang sedang berbicara di depan pintu.

Pintu terbuka, suara langkah kaki masuk berdengung di telinga Puspa. Mungkin kakaknya tengah memindahkan Ayendra ke box keranjang bayi. Tapi, bisikan menenangkan itu terdengar berat di telinganya. Seperti suara lelaki Dewasa. Apa mungkin Gama? Tapi mengapa suara adiknya itu mendadak berat sekali?

Puspa ingin membuka matanya, tapi ia tak sanggup. Ingin menggerakkan tubuhnya tapi terasa lemas tak berdaya. Fisiknya mendadak mati rasa sedari tadi.

Pintu tertutup. Di sisa kesadaran Puspa, dia merasakan ranjang di sisinya bergerak dan seseorang memeluknya dari belakang. Puspa merasakan kehangatan dari seorang yang harum parfumnya seorang pria. Seperti nya adiknya-Gama berniat tidur di kamarnya sambil memeluknya. Seperti yang Puspa lakukan Jika Gama jatuh sakit. Entahlah Puspa tidak sanggup untuk bersuara, karena setelah itu Puspa benar-benar tertidur pulas.

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang