Prolog

29.7K 983 67
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyesalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyesalan...

Sebuah kenyataan yang selalu datang terlambat.

Seandainya dia berpikir keseribu kali untuk datang ketempat ini,dia yakin tak akan seperti ini pada akhirnya. Setitik harapan agar semua ini hanyalah mimpi, Puspa berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang tengah mengkelabui dia yang sedang terlelap.

Air matanya menetes dengan bibir bergetar menumpahkan tangisan kekecewaan serta ketakutan yang menusuk jiwa. Jeritan memohon yang berulang- ulang tak membuat sesosok yang berada di atas tubuhnya mengalah atau merasa bersalah sedikit pun.

" Jangan...tolong jangan lakukan ini!....hentikan pak! " Tak sedikit pun jeritan pilu yang keluar dari bibir ranum itu di dengar oleh lelaki dewasa yang tengah menatapnya dengan tatapan gelap dengan bibir yang meracau menyebut nama seseorang yang tak Puspa ketahui siapa itu. Tangan keras nan berurat itu telah meraba apapun dari bagian tubuhnya.

Puspa menjerit histeris, menangis dengan bibir menyebut nama Tuhannya. Meminta permohonan agar semuanya usai saat detik itu juga. Dengan suara ke-piluan Puspa terisak tepat di hadapan wajah itu, seolah mengatakan untuk terakhir kalinya untuk di lepaskan dan membiarkan Puspa pergi dari ruangan sepi ini.

Namun, semuanya sia sia. Suaranya yang mulai lirih membuat Puspa merasa dirinya akan akan hancur detik itu juga.

Apa salahnya? Apa dosa terbesarnya hingga ia harus menerima seperti ini?

Ya Tuhan, sekali lagi dengarkan aku. Jangan lakukan ini. Maafkan aku...

Tolong aku....

Ampuni aku...

Lepaskan aku dari sini...

Puspa hanya dapat menangis, meratapi kejadian serta nasib buruk yang di terimanya. Tak ada gunanya ia menangis kuat, tak ada gunanya ia menjerit meminta tolong, karena tak seorang pun mendengarkan Puspa menangis meraung raung di dalam ruangan ini.

Matanya terpejam erat dengan wajah putus asa dan menandakan penyerahan, membiarkan dirinya hancur dengan di perkosa oleh pria itu. Mungkin...lebih baik dia mati setelah ini, lalu meninggalkan hidupnya yang telah kotor.

PUSPA & ANDRA, I'm (Not) The One || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang