Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jaemin pulang pada jam delapan malam, padahal jam kantor berakhir pada jam lima sore. Tapi karena suasana hatinya sempat memburuk sesaat, ia memilih untuk berdiam diri di kantor dan mengerjakan sisa pekerjaan sebelum pulang.
Seperti biasa, setelah berganti pakaian dengan pakaian santai, ia turun ke lantai dasar menuju dapur untuk makan malam. Bibi Kim yang melihatnya langsung menyiapkan makanan selagi Jaemin menunggu dengan memainkan ponselnya.
“Tuan, dari tadi Nona Lia menanyakan kapan Tuan akan pulang. Sejak sore sampai malam tadi, ia terus bertanya padahal Bibi sudah menyarankan untuk menghubungi Tuan saja,” sahut Bibi Kim ketika menyiapkan Jaemin makan malam.
“Sekarang dia di mana?”
“Kamar. Sepertinya mengerjakan tugas kuliahnya karena tadi Bibi sempat mengantar minuman untuknya.”
Jaemin hanya bergumam pelan untuk menanggapi jawaban dari Bibi Kim. Ia mulai mengunyah makanannya. Pikirannya tertuju pada ucapan Jeno siang tadi yang mengatakan bahwa ada perasaan lebih untuk Lia. Memikirkannya lagi membuat Jaemin merasa kesal sebab ia menyangkalnya.
Makanannya tidak habis dan ia meninggalkannya begitu saja. Meraih ponselnya dan berjalan menuju kamar Lia dengan langkah pelan.
Sementara Lia sedang mengerjakan tugas seperti yang diberitahu oleh Bibi Kim. Ia tidak sadar kalau Jaemin sudah beranjak duduk di sofa karena terlalu larut saat bercengkrama via telepon bersama Lino. Hingga dehaman pelan Jaemin membuatnya mengalihkan perhatian.
“Kak..” gumam Lia pelan buru-buru memutuskan sambungan teleponnya. Tentu saja setelah memberitahu Lino bahwa ia ada kegiatan lain. “Kapan masuk? Maaf, aku tidak sadar karena sedang mengerjakan tugas.”
Lia yang semula duduk di bawah, langsung beranjak duduk di sofa sebelah Jaemin. Jaemin tidak menimpali dan memilih memejamkan matanya.
“Lanjutkan saja kegiatanmu,” gumamnya pelan masih dengan mata yang tertutup.
“Kak, yang tadi siang di restoran itu.. Temanku.”
“Aku tidak bertanya.”
Seketika, Lia langsung menunduk dan terdiam. Sebelumnya, ia berkali-kali mendoktrin dirinya untuk tidak perlu memberitahu dan memperjelas hubungannya dengan Lino pada Jaemin. Sebab Lia berpikir mungkin Jaemin tidak akan peduli. Tapi satu sisi dirinya terus bergejolak ingin memberitahu dan sekarang ia dengar sendiri bagaimana respon pria itu. Tidak peduli.
Lia menghela napas berat dan mendongak sejenak sebab air matanya terasa akan menetes. Ia buru-buru mengusap matanya sebelum air matanya menetes. Kembali melanjutkan tugasnya yang sempat terhenti supaya ia tidak memikirkan hal ini lebih lanjut. Yang akan berakibat sakit hati nantinya.
Perlahan, Jaemin membuka matanya dan menatap Lia yang duduk di bawah. Terlalu bodoh kalau ia tidak menyadari bahwa Lia mulai menyukainya. Tapi Jaemin memilih untuk tetap tidak peduli dan tidak mau tahu. Sebab ia tidak akan bisa membalas perasaan Lia karena sudah punya Minji.
“Baby..” panggilnya dan membuat Lia menoleh. “Kemari..”
Lia bergeming, ia masih duduk diam dan mengabaikan perintah Jaemin yang sudah mengulurkan tangannya.
“Kau tidak mau?” tanya Jaemin sebab Lia masih diam saja dan tidak bergerak dari tempatnya. “Apa kau sudah lupa perjanjian yang kita buat? Katakan.. Kau mau tetap di sini atau kembali ke rumahmu?”
Air mata Lia menetes sedikit, ia buru-buru mengusapnya dan segera beranjak kemudian duduk di pangkuan Jaemin sebab Jaemin menarik tangannya untuk duduk di sana. Posisi Lia kini berhadapan dengan Jaemin tapi ia masih tetap menunduk walaupun kedua tangannya bertumpu pada bahu Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME [JAELIA✔️]
FanfictionLia meminta dan memohon untuk diselamatkan supaya bisa terbebas dari rasa sakit fisik. Tapi setelah itu, setelah ia merasa bebas, ia malah tersakiti secara batin. 2022. ©dear2jae