Twenty Nine

796 163 51
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Weekend, biasanya Lia akan mengajak Jian jalan-jalan di sekitar komplek apartemen. Bermain bersama anak-anak yang lain. Tapi hari ini, Lia berdiam diri di kamar dan meminta tolong pada Hana untuk mengajak Jian keluar bermain.

Percakapannya dengan Jeno tempo hari benar-benar masih terngiang-ngiang di kepalanya. Mengetahui fakta bahwa Jaemin dan Minji tidak jadi menikah. Mengetahui fakta bahwa ternyata selama ini Jaemin bukannya tidak mau punya anak, hanya saja ia takut untuk punya anak. Sungguh, Lia pusing. Antara memilih kembali bersama Jaemin dan tidak.

Ayah datang lagi, karena Hana melapor. Sudah tiga hari Lia terlihat murung dan Hana benar-benar merasakan perubahan sikap Lia. Lia lebih banyak diam, ia juga kadang menatap mata Jian dengan lama. Kemudian, ayah lagi-lagi mendapati anak keduanya itu sedang melamun di dekat jendela kamar.

Ayah tidak langsung menyapa melainkan berdiri diam di belakang Lia sambil memperhatikan Lia. Memikirkan berbagai macam hal di kepalanya seraya menunggu Lia sadar dengan kedatangannya. Tapi sungguh, Lia benar-benar tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga sampai tiga puluh menit berlalu ia masih belum menyadari kehadiran ayah.

Lia juga masih memikirkan ucapan Jeno tempo hari, yang mengatakan bahwa Jaemin sakit. Ia memikirkan siapa yang akan mengurusnya. Sebab yang ia tahu, Bibi Kim dan pelayan yang lainnya hanya bertugas sesuai tugas masing-masing.

“Lia..” panggil Tuan Choi seraya menyentuh bahu Lia. Begitu Lia berbalik, Tuan Choi langsung merengkuh tubuhnya sebab Lia sedang berurai air mata. “Ya Tuhan, anakku.”

“Ayah..” Lia terisak pelan dalam pelukan ayahnya. “Ayah, apa yang harus aku lakukan?”

“Ada apa lagi, nak?”

“Ternyata, Kak Jaemin tidak jadi menikah dengan pacarnya. Kemarin aku bertemu dengan temannya, dan dia memberitahuku yang sebenarnya. Katanya, Kak Jaemin tidak jadi menikah. Kak Jaemin bukannya tidak mau punya anak, tapi dia takut anaknya akan bernasib sama seperti dirinya..”

Tuan Choi mengangkat alis bingung. “Maksudnya?”

“Dulu, orang tuanya pernah bercerai karena ibunya selingkuh. Dia tinggal bersama ayahnya berdua saja setelah itu. Katanya, mereka cukup menderita. Itu sebabnya dia takut punya anak, dia takut anaknya akan bernasib sama seperti dirinya.”

“Dasar bodoh, pria macam apa yang tidak bisa mengatasi rasa takut seperti itu.” Tuan Choi bergumam dalam hati, merasa semakin kesal pada Jaemin karena sudah lambat mencari keberadaan Cassa dan juga karena sudah menelantarkan Lia serta Jian. “Kau memikirkan hal itu, ya? Itu sebabnya beberapa hari kemarin kau terlihat murung. Sampai beberapa kali mengabaikan cucu Ayah dan meminta Hana mengajaknya bermain, hm?”

Lia mengangguk, masih dengan air mata yang menetes. Matanya sembab dan memerah, hidungnya juga.

“Ayah, apa yang harus aku lakukan?”

“Ikuti kata hatimu, nak. Apapun itu. Jika kau tidak mau kembali, tidak mau terlibat lagi dengannya, maka jangan. Sudahi dan lanjutkan hidupmu bersama Jian. Lupakan. Tapi jika kau mau kembali, silahkan. Perbaiki selagi bisa. Dan jika nanti dia kembali mengulang kesalahan yang sama yaitu menelantarkan kalian, maka Ayah akan membunuhnya supaya dia tidak lagi muncul di depanmu dan Jian. Supaya dia tidak lagi menggoyahkanmu.”

“Ayah..” Lia sedang sedih tapi kalimat terakhir ayahnya malah membuatnya ingin tertawa.

Tuan Choi serius, tidak peduli siapa Jaemin— dalam artian salah satu anaknya adalah adik Jaemin, ia akan membunuhnya jika memang nanti mengulang kesalahan yang sama yaitu menelantarkan Lia dan juga cucu kesayangannya, Jian.

SAVE ME [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang