Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Sepanjang perjalanan kembali ke mansion, Jaemin jadi lebih banyak diam dengan tatapan kosong. Memperhatikan jalanan yang begitu padat oleh kendaraan dengan tatapan sayu. Sementara Jeno tidak berkomentar apa-apa lagi, ia membiarkan Jaemin menenangkan dirinya lebih dulu.
Jaemin merasa lega saat mengetahui Cassa tidak dijual pada Tuan Choi. Tapi, di mana anak itu sekarang. Di mana ia tinggal, dengan siapa ia tinggal, dan apakah ia baik-baik saja. Jika ingin mencari ke alamat rumah ibunya yang dulu, rumah itu sekarang ditinggali oleh orang lain sebab ayah Cassa menghilang begitu saja.
“Jen, ayo kita pastikan pada Tuan Choi bahwa nama Cassandra memang tidak ada dalam daftar. Setelah itu aku bisa mencarinya dengan bertanya pada tetangga sekitar ke mana kemungkinan ayahnya pergi.”
“Besok saja. Sudah malam dan mereka pasti sedang menunggu. Aku juga harus mengantar Karina pul.. Ah, kenapa kau tidak terpikirkan untuk bertanya pada pihak panti asuhan dari mana asal Karina? Siapa tahu mereka memiliki kontak orang yang menitipkannya di sana.”
Jaemin menghela napas kasar. “Apa lebih baik aku menyerah saja?”
“Kau sudah sampai sejauh ini, perlahan kasusnya sudah terlihat. Sekarang pencariannya mungkin akan lebih mudah karena faktanya Cassa tidak dijual pada Tuan Choi. Jangan menyerah, Na Jaemin. Aku akan membantumu.”
Jaemin tidak menimpali, setelah keluar dari mobil ia segera masuk ke mansionnya dan berlalu ke kamarnya. Mengabaikan Lia dan Karina yang sedang duduk di ruang tengah.
Kedua perempuan itu saling tatap dalam diam dan beralih menatap Jeno untuk meminta penjelasan tapi Jeno hanya mengedikkan bahu kemudian bergabung bersama mereka.
“Suasana hatinya sedang buruk, mungkin. Biarkan saja, nanti juga kembali seperti biasa,” sahut Jeno dan mengulurkan tangannya, bermaksud meraih tangan Karina. “Ayo pulang, sudah malam.”
“Hati-hati, ya.” Lia ikut berdiri dan melambaikan tangannya ketika mereka sudah beranjak.
“Nanti kita main lagi, Lia.” Karina juga ikut melambaikan tangannya.
Sedangkan Lia ragu, apakah ia harus menyusul Jaemin ke kamarnya atau tidak. Sebab, ia tidak pernah masuk ke kamar Jaemin sejak tinggal bersamanya. Kalau tidak diizinkan, lebih baik tidak dari pada nanti Lia dimarahi karena hal itu.
Lia hanya mengembuskan napasnya perlahan dan hendak kembali ke kamarnya tapi panggilan kesayangan itu kembali ia dengar dari ujung tangga di atas.
“Baby!” sahut Jaemin.
Lia berbalik dan mendongak, menatap Jaemin yang menuruni anak tangga satu persatu. “Apa?” jawab Lia pelan ketika Jaemin sudah berdiri di depannya.
“Maaf, tadi aku mengabaikanmu.” Jaemin menarik tangan Lia dan memeluknya dengan erat. “Makan malam sendiri ya, aku ingin istirahat. Tidak apa-apa, kan?”
“Iya, tidak apa-apa.” Lia mendongak dan berjinjit sedikit kemudian mengecup pipi Jaemin. “Supaya mood Kak Jae bagus lagi.”
Pemandangan itu tak luput dari pandangan Bibi Kim dan karyawan yang lain. Mereka merasa gemas sekaligus bertanya-tanya apakah hubungan Jaemin dengan Minji sudah kandas sebab Lia ada. Tapi tidak ada yang berani bersuara untuk bertanya.
Sebenarnya Jaemin bisa saja terus mengabaikan, dalam artian tidak kembali menemui Lia untuk meminta maaf. Tapi ia tidak tenang, ia merasa harus kembali dan menyapa supaya Lia merasa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME [JAELIA✔️]
FanfictionLia meminta dan memohon untuk diselamatkan supaya bisa terbebas dari rasa sakit fisik. Tapi setelah itu, setelah ia merasa bebas, ia malah tersakiti secara batin. 2022. ©dear2jae