Twenty Six

904 191 47
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

3 Years Later..

“Jalannya pelan-pelan, ya.” Hana menunduk sedikit dan membersihkan debu yang menempel pada baju keponakannya yang berusia tiga tahun tersebut. “Kalau jadi anak baik, nanti Bibi akan membelikanmu mainan yang banyak.”

Gadis kecil itu mengangguk dengan senyum lebar. Ia kira bibinya akan marah tapi malah sebaliknya, bibinya menawarkan sesuatu yang ia suka hingga membuatnya tidak menangis ketika terjatuh karena ia sempat berlarian.

Gadis kecil itu menggenggam jari-jari Hana dengan erat, takut akan tersandung lagi nantinya jika ia melepaskan kaitan tangannya. Suasana sore hari juga sedang ramai oleh orang-orang yang sedang jalan santai atau sekadar jalan-jalan bersama kekasih hati.

Sore ini, Hana mengajak keponakannya itu untuk jalan-jalan mencari udara segar selagi hari ini ia mendapat satu jatah liburan dari kantornya. Jadi, ia memanfaatkan waktu dengan sebaiknya untuk jalan-jalan bersama Jian.

Namanya Jian. Gadis kecil bermata bulat itu bernama Jian. Choi Jian. Rambutnya lurus sebahu, matanya bulat, hidungnya mancung, rahangnya terlihat tegas, dan bibirnya tipis. Kalau ia senyum, Hana pasti akan terkekeh karena melihat copyan Lia. Yup, senyum Jian sangat mirip dengan Lia. Bedanya, kalau Lia senyum matanya akan langsung hilang. Tapi kalau Jian, tidak. Sebab matanya mirip seseorang. Seseorang yang sudah lama Lia lupakan kehadirannya.

“Ayo pergi, kita jemput ibumu.” Hana mengangkat tubuh kecil itu ke dalam gendongannya dan menuju mobil untuk menjemput Lia karena jam sudah menunjukkan pukul lima sore.

“Ibu di mana?”

“Ibumu bekerja untuk mendapatkan uang supaya bisa membelikanmu mainan kalau kau minta.”

Yeayy, mainan.”

Hana lagi-lagi tersenyum kecil melihat betapa cerianya Jian sepanjang perjalanan. Gadis kecil itu duduk dengan tenang tanpa banyak pergerakan yang bisa membuat Hana jengkel.

Sekarang, Jian sedikit-sedikit bisa bicara lancar karena Lia dan Hana selalu meluangkan waktu di malam hari untuk mengajarinya banyak hal. Walaupun masih tiga tahun, tapi Lia sudah mulai mengajarinya banyak hal supaya terbiasa dari kecil. Lia juga banyak mengajari Jian kosa kata seperti nama-nama anggota keluarga, hewan, dan benda di sekitar. Tapi, ada satu kosa kata yang tidak pernah Lia singgung di depan Jian yaitu kata ayah. Lia hanya mengajari Jian dengan kata ibu, bibi, dan kakek. Karena memang, Jian punya ketiga orang itu. Ibu Lia, Bibi Hana, Bibi Anna, dan Bibi Yujin, serta Kakek Choi.

Berbicara tentang mereka, kini mereka sudah menjadi keluarga terbilang harmonis. Tidak lagi seperti dulu yang saling membenci satu sama lain, saling menganiaya satu sama lain. Sekarang, mereka sudah hidup dengan semestinya. Baik Lia maupun Hana sudah memaafkan perbuatan Anna dan Yujin. Mereka sudah menerima permintaan maaf.

Tuan Choi sadar bahwa ia yang menyebabkan semuanya jadi kacau sejak awal. Hubungan persaudaraan keempat anaknya sangat buruk karenanya. Itu sebabnya, Tuan Choi tidak lagi menjual anak-anaknya demi kepentingan pribadi. Sehingga sekarang, Anna tidak lagi merasa iri dan marah pada Lia yang sering diistimewakan oleh ayah sejak dulu karena bisa dikatakan Lia yang paling cantik di antara mereka.

Mereka juga sering berkunjung ke apartemen Lia dan Hana untuk menemui Jian. Bahkan, Anna banyak sekali membelikan Jian baju-baju lucu, aksesoris anak, sepatu lucu dan masih banyak lagi. Hingga Lia kadang merasa tidak enak hati karena Anna berubah menjadi sebaik itu.

“Kak, jangan dibelikan lagi, ya. Bajunya sudah banyak, mainannya juga. Nanti apartemen penuh oleh barang-barang Jian padahal umurnya masih tiga tahun.” Lia mengeluh suatu hari.

SAVE ME [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang