Twenty Two

705 181 26
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

“Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya hari ini kau berangkat liburan bersama Lia?”

Jaemin tidak menjawab pertanyaan Jeno. Ia segera masuk ke ruangannya dan beranjak duduk di kursi kebesarannya. Hari ini tidak ada jadwal apa-apa, sampai beberapa hari ke depan karena Jaemin sudah mengabari kalau ia akan pergi liburan. Jadi, jadwal dan segala macam kegiatan sudah dikosongkan sejak awal. Nyatanya, liburan batal dan ia memilih datang ke kantor walaupun tidak ada yang akan dikerjakan.

Sesaat setelahnya, Jaemin keluar lagi dari ruangannya. Ia mendapati Jeno masih berdiri di dekat meja kerja Karina sambil menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Tapi ia tak berniat merespon.

“Rin, jadwalkan ulang semuanya mulai besok.”

“Iya.”

Karina juga ikut heran, ada helaan napas jengkel sedikit yang keluar dari mulutnya sebab ia harus repot mengatur ulang jadwal kegiatan Jaemin. Padahal sebelumnya ia sudah mengosongkan semua jadwal, mengundur beberapa kegiatan karena Jaemin akan pergi liburan. Sekarang Jaemin malah meminta untuk dijadwalkan ulang.

Raut wajah Jaemin juga terlihat sangat datar dan Jeno hanya dapat menyimpulkan kalau ada sesuatu yang terjadi antara Jaemin dan Lia hingga menyebabkan liburan mereka batal. Padahal, walaupun Jaemin tidak mengatakannya tapi Jeno bisa menarik kesimpulan kalau pria itu antusias. Raut wajah tidak bisa disembunyikan.

“Kak, kenapa tiba-tiba tidak jadi pergi?”

“Aku juga tidak tahu.” Jeno mengedikkan bahunya seraya merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselnya. “Sepertinya aku punya nomor ponsel Lia. Sebentar, aku akan mencoba untuk menghubungi Lia.”

Tapi, tidak sampai bermenit-menit panggilannya sudah direspon oleh operator yang mengabari kalau nomor ponsel itu tidak aktif.

“Menurutmu, kalau misalnya aku menerobos masuk. Apakah Jaemin akan murka padaku dan langsung melemparku ke bawah?”

Karina terkekeh. “Tidak. Kak Jaemin tidak akan tega melempar Kak Jeno. Coba saja, kalau dibicarakan baik-baik sepertinya dia tidak akan marah.”

“Doakan aku, baby.” Jeno mengedipkan sebelah matanya kemudian berdoa dalam hati sebelum membuka kenop pintu ruangan Jaemin. Berdoa dengan khusyuk supaya Jaemin tidak murka.

Dengan langkah pelan, Jeno melangkah masuk. Tatapan dingin Jaemin langsung menyambutnya. Tapi ia tidak menatap balik dan beranjak duduk di sofa.

“Jae, sumpah demi Tuhan, kali ini aku tidak akan menanggapimu dengan candaan. Tapi aku akan serius bertanya, kenapa kau tidak jadi pergi liburan padahal sebelumnya sudah mempersiapkan banyak hal?”

“Sepertinya aku akan menyerah untuk mencari lebih lanjut tentang Cassa. Setelah dipikir-pikir, masalah itu sangat menguras otak, waktu, tenaga dan tentunya uang. Ini saatnya aku mengikhlaskan semuanya. Mungkin seperti yang kau katakan bahwa Cassa bisa saja sudah meninggal atau masih hidup tapi entah di mana.”

“Kapan aku bilang kalau Cassa sudah meninggal?” Jeno tidak terima.

“Kau pernah akan mengatakannya tapi tidak jadi. Kau pikir aku bodoh dan tidak bisa mengerti ke mana arah pembicaraanmu?”

Jeno terkekeh. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kenapa kau tidak jadi pergi liburan?”

Sepertinya Jeno tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

“Lia hamil dan aku memberinya dua opsi pilihan. Gugurkan kandungan dan tetap tinggal bersamaku atau jika tidak mau digugurkan maka pergi dariku. Pergi untuk selamanya, tidak akan kembali lagi karena aku dan dia sudah tidak punya urusan.”

SAVE ME [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang