Six

1K 236 111
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Hari mulai malam dan jam sudah menunjukkan pukul delapan malam tapi Lia tak kunjung pulang. Tentu saja Jaemin khawatir karena Lia masih menjadi tanggung jawabnya. Apalagi siang tadi, Pak Kim memberitahu bahwa Lia pulang bersama saudara-saudaranya sebab Lia bilang pada Pak Kim bahwa ia akan pulang bersama kakak dan adiknya.

Jaemin mondar-mandir di halaman depan sambil menunggu Lia. Panggilannya yang sudah ke berapa kali belum diangkat, apalagi pesannya. Mau dicari, ia tidak tahu mau mencari ke mana.

Tak lama kemudian, gerbang utama terdengar terbuka. Jaemin dengan langkah cepat segera menuju gerbang depan, berharap yang datang adalah Lia. Benar saja, Lia muncul dengan keadaan memprihatikan.

“Apa yang terjadi?” tanya Jaemin saat melihat Lia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Rambut Lia berantakan, ada luka goresan di tulang pipinya. Sudut bibirnya juga berdarah. Langkahnya tertatih seiring dengan air matanya yang mulai menetes saat Jaemin menanyakan keadaannya.

“Apa yang terjadi, baby?” Jaemin mengulangnya dan seketika, air mata Lia tumpah ruah.

Ini adalah pertama kalinya ia mendengar seseorang menanyakan keadaannya di saat ia tidak baik-baik saja. Selain karena menangis karena menahan rasa nyeri dan sakit, Lia juga menangis karena masih ada orang yang peduli padanya.

“Ayo masuk, obati dulu lukamu dan katakan padaku siapa yang membuatmu seperti ini.” Jaemin menarik tangan Lia dengan pelan dan menuntunnya untuk masuk.

Setelah mengambil kotak obat yang disodorkan oleh Bibi Kim, Jaemin membawa Lia ke kamar. Tepatnya kamar yang ditempati oleh Lia.

Lia masih menangis karena menahan nyeri dan sakit serta emsoi yang bercampur jadi satu. Jaemin mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata yang menetes dan membasahi pipinya. Lia duduk di sofa sementara Jaemin di sampingnya.

“Siapa yang melakukannya?” tanya Jaemin lagi, padahal ia sudah tahu tapi ia hanya ingin memastikan.

“Kakakku.”

Jaemin mengembuskan napas kesal dan menarik Lia ke dalam pelukannya. Seketika, tangisan Lia semakin pecah saat Jaemin mengelus punggungnya dengan pelan. Bahkan Lia sampai sesegukan.

“Aku tidak mau kembali ke rumah. Aku.. Aku tidak mau. Mereka jahat, Kak. Aku.. Aku tidak mau kembali ke rumah..” lirih Lia dengan napasnya yang putus-putus.

“Obati dulu lukamu, ya.” Jaemin melepaskan Lia dari dekapannya dan membuka kotak obatnya.

Lia memperbaiki ikatan rambutnya supaya rapi lalu berbalik untuk berhadapan dengan Jaemin supaya Jaemin dengan mudah mengobatinya.

Dengan pelan, Jaemin memberikan tetesan betadine pada luka goresan yang ada di tulang pipi Lia. Walaupun sakit, Lia tetap menahannya. Setelahnya, Jaemin mengolesi salep pada lebam yang ada di lengan Lia. Yang ada di bahu dan yang ada di punggung. Tentu saja setelah Lia melepaskan bajunya.

Malu? Tidak. Lia sudah terbiasa karena pernah tidur dengan Jaemin.

“Usap wajah dan tubuhmu dengan tisu basah saja. Jangan mandi dulu karena obat salepnya bisa hilang. Setelah selesai, keluar makan malam.”

“Kak..”

Jaemin yang sudah berdiri langsung berbalik saat Lia menahan tangannya. Tatapannya begitu sendu, air mata masih sedikit mengenangi mata cantiknya. Sungguh, Jaemin semakin iba padanya.

SAVE ME [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang