episode 48

180 8 0
                                    

"Tanvir, kita bicara sekarang. Kakak akan temui kamu, di mana kamu sekarang?" desak Zein.

"Tidak perlu, aku tidak ingin bicara apapun lagi pada mu." Tanvir menutup panggilan telponnya, jengkel setiap kali dirinya selalu gagal untuk menghancurkan pria rupawan tersebut.

Zein menghela nafas, ia menyerahkan kembali ponsel itu pada salah seorang preman suruhan sang Adik.

"Kalian sudah menerima bayaran yang mahal bukan? Tapi sebelum kalian menyerangku, apakah kalian tidak takut dosa?" pria itu mulai memprovokasi suruhan adiknya tersebut dengan mengingatkan dosa jika  melukan perbuatan yang tidak benar.

Para preman itu saling beradu pandang, ada perasaan gentar dalam hati jika mengingat dosa.

"Hah, kau sudah mau mati saja pakai ceramah. Ceramah saja nanti pada raja neraka!" sergah salah seorang preman.

"Kenapa kalian begitu yakin kalau aku akan mati? Apakah kalian sendiri tidak merasa seperti itu?" Zein mengamati sekitar, dia harus mengulur waktu hingga bantuan datang.

"Sialan! Pakai membalikkan kata pula, hajar dia!" Dongkol dan kesal hingga akhirnya preman itu menyuruh anak buahnya untuk menyerang Zein yang berdiri sendiri tanpa membawa senjata.

"Tunggu!"

Gerakan mereka tertahan oleh suara itu, Tanvir berjalan menghampiri orang suruhannya dan menatap jengkel. Harusnya rencananya berhasil dan Zein tidak tahu bahwa semua itu adalah ulahnya tapi sekarang pria rupawan itu sudah tahu, kalau diteruskan pasti sang Ayah juga akan ikut marah dan memberikan hukuman yang sangat berat.
Siapa yang akan berani melawan mantan pimpinan Mafia Jerman itu?

"Kalian bubar saja."

"Tapi, Boss." Preman itu bingung dengan orang yang menyuruhnya tersebut, saat memberikan perintah mengatakan untuk memberi pelajaran tapi sekarang malah menyuruhnya pergi, sungguh sangat aneh.

"Tidak ada tapi-tapian, pergilah." Tanvir sangat jengkel karena orang suruhannya malah gagal.

Rombongan preman tersebut mau tidak mau pergi meninggalkan tempat tersebut, yang penting mereka telah dibayar.

Faeyza keluar dari mobil setelah para preman itu tidak ada, ia berlari menghampiri sang suami dan memeluknya erat.

"Maz, Maz baik-baik saja kan?" tanyanya khawatir.

Zein membalas pelukan itu, matanya masih memperhatikan sang adik. Dia tahu kalau saudaranya itu pasti kesal karena lagi-lagi Faeyza justru mengkhawatirkan dirinya."Iya, Maz baik-baik saja. Tanvir sudah mengusir mereka."

Tanvir tidak mengatakan apapun, hatinya sudah cukup dibuat kesal dengan adegan merah tersebut sekarang saudaranya itu malah sengaja seakan dirinya adalah pahlawan, padahal dia tahu kalau dirinya yang sudah memberikan perintah pada para preman tersebut.

Faeyza melepaskan pelukannya, ia membalikkan tubuh dan menatap adik iparnya itu ramah."Tanvir, terimakasih karena sudah membantu.  
Mereka tadi sangat banyak, sedang kondisi Maz Zein sedang tidak fit, sukurlah kamu datang tepat waktu. Mereka itu sungguh orang-orang pengecut, beraninya main keroyokan."

Entah apa yang harus dilakukan, jelas-jelas secara tidak langsung gadis itu juga memaki dirinya karena memang dia yang menyuruh para preman tersebut dan sekarang malah mendapatkan ucapan terimakasih, sama saja seperti menghinanya.

"Za, kenapa kamu sangat mencintai kak Zein? Kalian juga  baru menikah, kemarin masih terlihat canggung tapi dalam waktu semalam kau sudah main peluk saja."

Wajah Faeyza merona mendengar ucapan adik iparnya tersebut, dia mengingat percintaan panas di atas tempat tidur bersama sang Suami. Semua telah merubah kecanggungan mereka, matanya melirik suaminya, ia meraih tangan pria itu dan menggenggamnya.

"Karena aku adalah istrinya, aku mencintainya. Bukankah tidak masalah kalau seorang Istri manja pada suami sendiri?"

"Ya, tidak masalah. Sudahlah, apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah mengakui pernikahan kalian. Mana ada orang menikah sederhana begitu, seperti orang yang kekuarang uang saja." Tanvir segera membalikkan tubuh dan meninggalkan sepasang Suami istri tersebut, dia tidak ingin kalau emosinya meledak melihat kemesraan mereka.

"Aneh, kenapa Tanvir terlihat tidak suka? Bukankah tadi pagi dia sudah baik dan menemukan wanita lain." Faeyza merasa heran dengan adik iparnya tersebut, dia tidak tahu saja kalau itu semua tidak benar. Tanvir belum menemukan orang lain, ia hanya berbohong untuk menutupi niat hati yang sesungguhnya.

"Iza, ayo kita kembali. Sebentar lagi kamu presentasi bukan? Jadi lebih baik jangan terlambat." Zein mengingatkan Istrinya, ia tidak ingin kalau wanita kesayangannya itu terlambat dan mendapatkan hukuman.

Faeyza mengangguk, apa yang dikatakan oleh Suaminya itu benar,  selain harus presentasi dirinya juga harus mengumpulkan tugas yang diberikan ketua kaprodi.

Universitas Madangkara...

Tanvir menghentikan mobilnya di parkiran, ia menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Setelah itu mengubah ekspresi wajahnya seakan tak terjadi apapun dan menjadi pria baik hati yang sangat polos dan lembut.

Keluar dari mobil bagaikan pemuda polos, berjalan sambil membawa tas punggung menuju kelas.  Di dalam sudah ada Rico, Nita dan masih banyak yang lainnya.

"Pagi, Tanvir," sapa Nita dengan senyum ramah.

"Pagi juga, Nita." Tanvir menaruh tas di atas meja kemudian duduk di kursi, setelah itu dia mengeluarkan buku tugas serta materi presentasi.

"Nit, ini adalah copian tugas Bahasa Indonesia ya. Kasih Rico dan yang lain juga, nanti yang akan presentasi adalah kelompok pertama.  Tapi tidak apa nanti kalian pelajari di rumah untuk presentasi minggu depan, Faeyza sudah membuat power poinnya." Pria itu membagikan kopian materia untuk presentasi.

Nita mengambilnya lalu membaginya pada Rico, tapi ia melihat Tanvir masih memiliki banyak kopian.

"Tanvir, bukankah kelompok kita ada tujuh orang? Kenapa kopiannya banyak sekali? Lalu semua habis  berapa?" heran sekaligus khawatir kalau suruh bayar banyak, salah siapa dia bukan anak orang kaya.

"Iya, aku sengaja mengopi sesuai jumlah siswa kelas ini. Jadi nanti enak, mereka bisa baca dari kopian itu. Kalau kamu tanya habis  berapa, semua 200 ribu. Tenang saja, aku sudah lunasi. Kalian tidak usah ganti uangnya," jelas Tanvir.

"Kamu baik sekali, Vir. Beruntung sekali orang yang akan menjadi Istri mu," celetuk Rico dan diangguki oleh Nita.

Tanvir tersenyum miring, orang yang dia suka menikah dengan saudaranya, sekarang dirinya harus cari orang untuk menguatkan kepura-puraannya."Orang yang ingin ku nikahi itu kamu, Nit. Tapi pasti kamu juga tidak mau, kamu juga suka pada kak Zein kan?" dengan wajah sedih seakan menjadi orang yang teraniaya.

Nita dan Rico terkejut, mereka bahkan syok mendengarnya. Siapa yang akan percaya dengan pengakuan pria rupawan itu, mereka baru  bertemu dan kemarin pria itu juga mengejar Faeyza, tidak mungkin kalau langsung menginginkan orang lain.

"Bukankah kamu menyukai Faeyza?" tanya Nita memastikan.

"Tidak, aku menyukaimu. Tapi aku sengaja mendekati Faeyza karena iingin melihat reaksi mu, kamu cemburu atau tidak. Nit, kalau kamu setuju untuk menikah dengan ku, malam ini aku akan datang melamar mu. Pikirkanlah, aku tidak main-main."Tanvir  berbicara omong kosong dengan nada sangat serius, semua dilakukan demi bisa terus bersama Faeyza dan  bertemu pujaan hatinya selain itu agar sangat pujaan hati tidak curiga sedikit pun.
1900

Calon Imamku ( Syehan Tanvir Mizan) TAMATWhere stories live. Discover now