Episode 76

39 4 0
                                    


Fira melirik sang Suami, pria itu memandang langit -langit kamar. Ia membalikkan tubuh dan memeluk tubuh pria 60 tahun tersebut, menaruh kepalanya di dada Suaminya."Paman, bukankah kau tidak seharusnya menegurku di depan Faeyza? Itu namanya tidak punya sopan."

Maulana tersenyum tipis, dia menoleh pada sang Istri. Usia 48 masih sangat manja seperti anak-anak, merengek bahkan ingin selalu dibela.

Ia membalikkan tubuh menatap sang Istri, tangannya terulur meraih pinggang Istrinya, menariknya agar lebih dekat dengan dirinya.

"Fira, bukankah aku sudah sering mengingatkan mu? Kamu tidak mau dengar, tadi aku memang salah ... tapi sungguh, Suamimu ini tidak ingin kamu seperti itu."

"Paman, apakah selamanya Paman akan mencintai ku?" Tanya Fira mengalihkan pembicaraan, kalau diteruskan pasti pria itu akan mulai menggunakan ayat-ayat dan dirinya kalah.

"Istri ku, kita menikah sudah lebih dari 30 tahun. Apakah kamu masih tidak yakin kalau aku terus mencintaimu?" Balas Maulana heran, semua yang diinginkan wanita itu telah dipenuhi, dimanjakan bagai seorang Ratu tapi masih saja menanyakan tentang perasaan.

Fira semakin masuk ke dalam pelukan sang Suami, meski pria itu sudah tidak muda lagi tapi rasanya tetap hangat dan nyaman saat memeluknya."Paman, aku tahu kalau Paman selalu cinta padaku. Sudah, jangan marah lagi. Bagaimana kalau Paman temani aku jalan-jalan?"

Ha?

Maulana menggeleng kepala melihat sikap istrinya, wanita itu seperti tidak punya rasa takut. Setelah kesal, menangis seperti mendapat KDRT sekarang manja ingin mengajak jalan-jalan.

"Baiklah, aku akan menemanimu. Ayo bangun, jangan terus memelukku," balas Maulana lembut.

Fira tersenyum bahagia, dia langsung bangkit dari posisinya lalu berdiri di hadapan sang seakan menunggu pria itu juga bangkit.

Maulana segera bangkit dari posisinya lalu merapikan baju, setelah itu meraih tangan sang Istri dan membawanya pergi.

***

Faeyza bersama Zein masuk kedalam kamar, pria itu menutup pintu lalu mengunci dari dalam.

Faeyza terkejut, tapi setelah itu dia kembali normal saat menyadari kalau di dalam hanya ada mereka berdua.

Zein mengerutkan kening melihat ekspresi sang Istri, gadis itu seperti terkejut seakan berada dalam situasi diculik orang dan dikurung dalam kamar lalu ditemani beberapa preman dengan niat jahat.

"Eh, tidak apa-apa Maz. Aku pikir tadi ..." Faeyza bingung harus menjelaskan seperti apa, khawatir kalau pria itu akan kecewa atau marah ketika dirinya cerita kalau pernah hampir diperkosa orang dan dikunci pintunya.

"Sayank, apakah kamu pernah mengalami hal yang menyakitkan?" Tanya Zein pelan-pelan, dia tidak ingin kalau sampai membuat gadis itu semakin ketakutan.

Faeyza menundukkan kepala, perlahan tangannya meraih tangan sang Suami. Menggenggamnya erat, dia takut kalau pria itu akan meninggalkannya kalau sampai tahu bahwa dirinya hampir diperkosa.

"Maz, ketika aku menikah dengan Maz. Aku masih perawan kok, aku ..."Suaranya bergetar menahan gejolak dalam hati.

Greb ..

Zein menarik Faeyza ke dalam pelukannya, membelai lembut kepala gadis itu. Ia sadar ketika seorang wanita tidak mampu menceritakan sesuatu, suara bergetar dan air mata hampir menetes, pastilah itu semua kejadian yang sangat menakutkan pernah dialami.

"Sayank, Maz percaya padamu. Jika memang kamu takut pintunya Maz kunci, Maz akan buka kembali kunci nya."

Gadis itu menggelengkan kepala."Tidak, Maz. Tidak usah dibuka, lagi pula sekarang aku dan Maz sudah menikah. Aku tidak perlu takut dan tidak perlu mengingat kejadian saat aku hampir dilecehkan." Tanpa sadar dia mengatakan yang sejujurnya.

Zein semakin mengeratkan pelukannya."Sudah, jika Iza tidak ingin cerita. Juga tidak masalah, itu semua masa lalu. Iza masih perawan kok, lagipula itu bukan salah Iza. Iza dipaksa, sudah jangan khawatir. Maz tidak akan melakukan apapun pada Iza, malam ini kita menginap di sini ya?"

Faeyza mengangguk, dia membalas pelukan sang Suami. Tapi ia sangat ingin sangat ingin menceritakan semuanya, berharap dengan begitu semua beban dalam hatinya hilang."Maz, aku ingin menceritakan semuanya. Tapi Maz mau dengar tidak?"

Zein melepaskan pelukannya, menatap paras cantik sang Istri lembut dan penuh kasih sayang."Iza, Maz adalah suamimu. Kalau bukan Maz yang akan mendengar keluh kesahmu, lalu siapa lagi? Kamu cerita sambil berbaring ya? Mas juga ingin rebahan."

Faeyza mengangguk, seharusnya dia sadar bahwa pria itu dalam keadaan tidak sehat, bahkan belum lama ini penyakit jantungnya kumat.

Sepasang suami istri tersebut melangkahkan kaki menuju ranjang empuk berukuran king size, pria itu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Faeyza mengikuti sang Suami, dia beringsut mendekati tubuh pria tersebut, memeluknya erat.

"Maz, apakah serius kalau Maz bersedia mendengarkan cerita ku?" Gadis itu nampak ragu, rasa khawatir kalau nanti dianggap tidak suci lagi oleh sang Suami.

"Hemm, tentu. Ceritalah, Maz akan mendengar semuanya," balas Zein, dia meraih tangan sang Istri yang ada di atas perutnya, menggenggamnya lembut serta penuh kasih sayang.

"Waktu itu..."

Faeyza mulai menceritakan masa lalunya...

"Tahun 2020, baru saja aku lulus sekolah. Saat itu aku tidak lulus SMA, gagal karena tidak mampu mengerjakan soal matematika. Terpukul, syock dan sedih. Tidak seorangpun ada yang menghiburku, semua menyudutkan ku bahkan orang tuaku.

Saat itulah aku bertemu dengan seorang pria tak ku kenal, menawarkan kebaikan dan ingin jadi temanku. Jujur saja, aku kenal dari telepon. Semua salahku, terlalu percaya pada seorang pria yang bahkan tak kukenal.

Setiap kali bertemu dengannya, tubuhku terasa panas dingin tapi tak berani berkata. Hingga dia membawaku ke dalam hutan dan mencium ku, hampir saja diriku bersedia kalau saja tidak mendengar suara Adzan.

Ku lihat tidak ada masjid, tapi suara itu membuat ku sadar dan bersyukur bahwa Allah masih melindungi ku. Jujur, aku merasa sangat malu dan merasa menjadi seorang wanita hina membuat orang tua malu." Faeyza mengakhiri ceritanya, dia meremas kemeja sang suami, takut sudah terlanjur cerita.

Zein merubah posisi duduknya, dia memeluk gadis itu erat."Jangan takut, kamu tadi terkena hipnotis. Allah menyelamatkanmu, karena Allah tahu bahwa jauh dalam hatimu tidak niat untuk melakukan zina."

"Tapi aku takut, Maz. Aku bukan wanita suci lagi," katanya terisak menyesal karena dosa yang dilakukan.

"Iya, Maz tahu. Tapi kamu bukan wanita tidak suci, kamu masih suci. Kamu hanya terkena guna-guna saja, tapi Allah menyelamatkanmu. Sayank, sini peluk Maz. Sayank, lihat Mas. Maz akan selalu menjagamu, Maz sayang padamu. Tidurlah, Maz akan menemanimu dan memelukmu." Zein menepuk-nepuk pelan punggung istrinya, dia berusaha untuk membuat gadis itu tenang.

Faeyza mengamankan dirinya dalam pelukan sang Suami, dia merasa sangat beruntung karena telah memiliki seorang Suami yang sangat baik dan pengertian.

Calon Imamku ( Syehan Tanvir Mizan) TAMATWhere stories live. Discover now