Don't Know You [kookga]

720 96 16
                                    

Cast:

Cast:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Short!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
Short!
.
.
.
.
.
.
.
__________________________________________

Sebenarnya apa yang salah? Sejak kapan semuanya jadi seperti ini? Yoongi terus menanyakan pertanyaan yang sama tanpa menemukan jawabannya.

"Pagi Sayang." Satu kecupan ditorehkan mesra pada pipi kiri.

"Pagi, Jung." Ia tetap fokus pada buah apel yang sedang dikupas kulitnya.

Jungkook tersenyum, mengambil sepotong apel merah dan memasukkannya ke dalam mulut.

Dirinya hendak berbicara pada Yoongi, namun suara dering ponsel menginterupsi. Saku dirogoh, benda pipih dikeluarkan untuk melihat.

Orang-orang bilang, mata tidak bisa berbohong. Kita dapat mengetahui apa yang dirasakan seseorang melalui tatapan atau sorot mata yang dipancarkan.

Yoongi menyaksikannya. Bagaimana manik pria Jeon membesar tanda terkejut namun senang di saat bersamaan.

"Sebentar, aku harus mengangkatnya." Jungkook menjauh dari Yoongi.

"Kenapa harus menjauh? Bukankah kau bisa menerima panggilan itu di sini?"

"Sayang, ini penting."

"Penting atau tidak, kenapa harus menjauh untuk berbicara?" Pisau diletakkan kembali pada tempatnya, ia memasukkan buah-buahan ke dalam tupperware.

"Sayaaanggg, ada apa denganmu?" Ia menggeleng, berlalu begitu saja meninggalkan Yoongi.

Yoongi tidak lagi membalas atau berusaha menghentikan Jungkook. Ia mengambil secarik kertas, menuliskan pesan agar pria Jeon itu tidak lupa memakan buah yang sudah disiapkan, serta memberi tahu bahwa ia akan kembali ke studio karena ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.






***
Malam sudah larut, Yoongi pulang ke rumahnya dan Jungkook. Setelah mandi, ia memutuskan untuk beristirahat.

Di sisi kiri kasur Yoongi membaringkan tubuhnya; mata tak kunjung menutup. Jungkook belum juga pulang. Entah ke mana pria itu pergi. Pesan Yoongi pun tak dibalas.

Yoongi tidak lagi berusaha menghubungi sang suami yang sudah menikahinya sejak dua tahun lalu.

Fisiknya lelah, butuh istirahat yang cukup selama bisa. Kerjaannya sebagai seorang produser lagu cukup mengorupsi waktu untuk sekadar bersantai.

Menjadi salah seorang berbakat dalam dunia musik, Yoongi banyak dikenal para artis dan musisi lainnya. Talentanya tidak diragukan lagi. Tidak heran jika Yoongi sibuk. Pria itu bahkan bisa tidak tidur sampai pagi menghampiri.

Yoongi tahu dia sudah menikah. Dia tahu dia mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melayani Jungkook. Namun bukan berarti dia hanya berdiam diri di rumah dan menunggu kepulangan Jungkook dari kantor. Yoongi juga ingin mengejar mimpinya, melakukan sesuatu yang dicintainya.

Tidak salah kan?

Air mata lolos begitu saja membasahi pipi.





***
"Aku tahu kau punya pria lain." Ucap Yoongi yang tengah merapikan meja rias di kamar.

"Apa?" Jungkook berbalik cepat menghadap Yoongi.

"Aku tidak sengaja melihat kau mencium pria itu di cafe."

"Dan kau diam saja sampai sekarang?" Alisnya menukik bingung juga kesal.

"Kupikir kau hanya main-main dan akan segera berhenti. Ternyata dugaanku salah." Matanya tak kunjung bertemu manik kelam Jungkook yang menajam menghunus padanya.

"Hah! Tidak bisa dipercaya. Kau tahu suamimu mencium pria lain dan kau hanya diam saja!!? Tidak meneriakiku, memarahiku atau bahkan memukulku sama sekali!? Apa kau sungguh mencintaiku, Jeon Yoongi!?" Nada tinggi Jungkook menggema dalam ruangan. Yoongi menunduk.

"Aku mencintaimu, Jungkook. Jika tidak, kita tidak mungkin menikah."

"Jangan membual! Jika kau mencintaiku, kau pasti menunjukkannya padaku. Namun apa yang terjadi? Kau seperti batu yang tidak punya perasaan! Kau selalu bersikap dingin dan tidak peduli." Jungkook memukul keras lemari kayu di sampingnya.  "Aku merasa seperti hanya aku yang berjuang untuk hubungan ini. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri dan pekerjaanmu itu!!"

Yoongi membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu namun berakhir terdiam kembali. Jungkook menatapnya kecewa, mengira Yoongi akan membantah atau mengelak keras.

"Lihat, kau bahkan tidak bisa berkata-kata." Ia tersenyum remeh. "Kau memang hanya mementingkan pekerjaanmu saja hingga aku mencari kehangatan dari orang lain." Tubuhnya menjauh, mengambil jas hitam di atas ranjangnya dan Yoongi. "Aku pergi."

Langkah Jungkook mendekati pintu; ia melambatkan langkah berharap Yoongi akan menghentikan. Sekali lagi, pria itu tidak melakukan apapun.

Jungkook mendengus keras, menatap nanar penuh kekecewaan. Ia keluar begitu saja.

Seiring langkah menjauhi, Yoongi jatuh ke tanah dengan tangisan memilukan.

Yoongi bukan seorang yang pintar mengekspresikan perasaannya. Dia kesulitan, dia menunjukkannya dengan cara yang lain. Sayangnya Jungkook tidak mengerti.

Ia menangis seorang diri, bersembunyi di balik gelap tanpa ada yang menyadari.

Jungkook meninggalkan dirinya.
















































END









































Segini dulu, bakal curi waktu lagi buat up di sini(~ ̄³ ̄)~

Segini dulu, bakal curi waktu lagi buat up di sini(~ ̄³ ̄)~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 ᴍʏ ᴇᴜᴘʜᴏʀɪᴀ || ᴋᴏᴏᴋɢᴀᴛæTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang