Empat tahun sudah pernikahan seorang Jeon Jungkook dan Min Yoongi berlangsung begitu meriahnya di pinggir pantai dengan para keluarga dan teman dekat yang ikut meramaikan acara bahagia keduanya.
Mereka hidup sebagai sepasang utuh yang tidak akan bisa dipisahkan oleh siapapun juga. Cinta mereka begitu kuat dan saling terikat. Tidak ada yang terbagi. Hanya mereka berdua.
Setidaknya itu yang diharapkan Yoongi. Pria yang telah berganti marga menjadi seorang Jeon itu tengah menatap gelapnya malam dari teras kamar sambil memikirkan banyak yang menumpuk dalam kepalanya.
Suaminya belum pulang. Ini sudah sangat larut.
Entah sejak kapan waktu pastinya, tapi perlahan sikap Jungkook mulai berubah terhadap dirinya. Pria itu jarang berada di rumah dengan alasan pekerjaan yang menumpuk di kantor dan tatapannya pun melemah akan Yoongi.
Untuk masalah pekerjaan, Yoongi bisa dan mencoba untuk terus memahami posisi suaminya. Tapi apakah masuk akal jika sampai tidak pulang berhari-hari? Bukankah dia mempekerjakan banyak orang di kantornya?
Yoongi total kebingungan dan khawatir. Dia merasa ada dinding pembatas tak kasat mata yang berada di antara mereka sekarang. Jungkook-nya berubah.
Bulir bening yang mengering di pipi diusapnya kasar. Satu tegukan terakhir minuman beralkohol kesukaannya masuk dan menghangatkan tenggorokan. Sudah lama sejak ia kembali kontak dengan minuman keras. Rasanya menyenangkan namun menyakitkan secara bersamaan.
Getaran ponsel dari saku kardigan yang digunakan mengalihkan perhatian Yoongi. Jungkook mengirim pesan-- tidak pulang lagi malam ini.
Hembusan napas kasar Yoongi terbangkan. Sebenarnya apa yang terjadi pada hubungan mereka? Beberapa bulan lalu masih baik-baik saja. Jungkook yang ceria dan manis selalu ada di saat Yoongi membutuhkan sesuatu; Jungkook yang romantis selalu mempersiapkan kejutan-kejutan kecil yang luar biasa dan mengagumkan. Ke mana perginya Jungkook yang ia kenal?
