1. Bully

583 9 1
                                    

Bruk!

Seorang gadis cantik telah mendorong tubuh salah satu teman kelasnya hingga bekal yang dipegangnya jatuh ke lantai.

"Hand sanitizer dong, tangan gue kayaknya banyak kumannya," ujar Tiara, gadis yang baru saja mendorong dengan sengaja tubuh Arum.

"Ini hand sanitizernya." Salah satu antek-antek Tiara mengeluarkan benda yang diinginkan Tiara.

"Gue harus pastiin tangan gue bebas dari kuman karena nggak sengaja nyentuh si ratu kuman," ujar Tiara melirik sinis ke arah Arum yang sedang jongkok membersihkan bekalnya yang berantakan di lantai.

Tiara dengan seenaknya sendiri mengucurkan minuman yang dipegangnya ke kepala Arum. Karena perbuatan Tiara tersebut kepala sampai seragam Arum basah terkena noda jus.

Arum menarik nafas dan mengembuskannya dengan perlahan. Sudah biasa mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Tiara si ratu sekolah. Ingin membalas pun percuma, seandainya ia membalas Tiara. Gadis drama queen itu akan menggunakannya untuk mengeluarkannya dari sekolah. Sementara ia sudah susah payah supaya bisa masuk ke sekolah ini dari jalur beasiswa. Apalagi sudah setahun lamanya ia bertahan. Jangan sampai karena ia kehilangan kendali, perjuangannya selama setahun menjadi sia-sia.

"Minuman gue kok tiba-tiba kosong ya? Eh kebetulan ada tempat sampah."

Puk!

Tiara menjatuhkan gelas minumannya yang terbuat dari plastik ke kepala Arum.

"Bau juga ya berdiri deket tempat sampah," ujar Tiara sambil menutup hidungnya seraya melirik Arum lalu melenggang pergi diikuti antek-anteknya.

Huh!

Arum harus bersabar menghadapi setiap ujian hidup yang ia lewati di sekolah, demi bisa lulus.

Arum membersihkan rambut dan seragamnya di toilet sambil ngomel-ngomel pelan. Meluapkan kekesalannya terhadap Tiara.

"Sabar Arum, kamu udah setahun di sini, jangan kepancing sama omongannya Tiara," batin Arum menenangkan diri.

Arum mencoba senyum di depan cermin besar di hadapannya.

Arum masuk ke dalam kelas dan menjadi pusat perhatian dari teman-teman sekelasnya. Sebagian besar menatap Arum dengan tatapan sinis, namun ada juga yang tampak tak peduli dengan gadis itu.

Arum duduk di mejanya yang terletak di bagian belakang.

Seorang guru wanita masuk ke dalam kelas sambil membawa tumpukan kertas.

"Selamat siang anak-anak."

"Siang Miss Lisa!"

"Hari ini Miss mau membagikan hasil ulangan kalian kemarin." Wanita itu mulai meletakkan tumpukan kertas hasil ujian murid-muridnya di atas meja.

"Nama yang Miss panggil, tolong maju ke depan," kata Miss Lisa sambil memakai kacamata.

"Noni."

Noni maju ke depan untuk mengambil hasil ulangannya.

"Nilai kamu ada peningkatan dari ulangan sebelumnya, harus ditingkatkan lagi."

"Iya Miss," sahut Noni.

Gadis itu duduk di kursinya sambil tersenyum bangga dengan nilai yang ia dapatkan.

"Caca."

Gadis yang duduk di samping Noni pun bangkit dan maju ke depan dengan detak jantung yang semakin meningkat.

"Nilai kamu bagus, pertahankan."

"Iya Miss," sahut Caca tersenyum mengejek ke arah Noni karena nilai ulangannya jauh lebih bagus dari nilai gadis itu.

"Nih nilai gue sembilan puluh," ujar Caca memperlihatkan kertas hasil ulangannya.

"Sombong, baru juga dapet sembilan puluh," ujar Noni kesal.

"Wajar dong sombong, nilai gue jauh lebih bagus daripada nilai elo," ujar Caca seraya melihat nilai Noni yang hanya mendapat delapan puluh.

"Nggak usah sombong, karena gue yakin nilai Tiara jauh lebih bagus dari punya elo." Mendengar ucapan Noni membuat Tiara langsung tersenyum pongah.

"Arum."

Tiara tersenyum sinis melihat Arum maju ke depan sambil menggigil kedinginan terkena AC. Apalagi bajunya belum kering sepenuhnya akibat perbuatannya tadi.

Tiara juga yakin nilai Arum tidak akan bisa melebihi nilainya.

"Nilai kamu bagus, pertahankan ya Arum."

"Iya Miss," sahut Arum.

Arum langsung memasukkan kertas hasil ulangan ke dalam tasnya.

Tiara tersenyum pongah. Dari ucapan Miss Lisa sepertinya nilai Arum sama seperti nilai Caca.

"Tiara."

Tiara berjalan ke depan dengan penuh percaya diri.

"Tiara, kenapa nilai kamu turun?"

Tiara langsung melihat hasil ulangannya. Dan ternyata ia mendapat nilai sembilan puluh.

"Kok bisa turun sih?" gumam Tiara yang syok melihat hasil ulangannya.

Noni dan Caca terkejut mendengar nilai Tiara yang menurun.

"Biasanya kamu selalu dapet nilai sempurna, kenapa sekarang nilai kamu jadi sembilan puluh?"

"Sembilan puluh?" Noni dan Caca berucap tanpa suara dengan wajah syok. Keduanya saling pandang tak percaya.

"Nggak mungkin Miss, ini pasti ada kesalahan," kata Tiara tak terima.

"Jadi kamu pikir Miss nggak teliti?"

"Maaf miss," ujar Tiara lirih.

"Kamu harusnya lebih giat belajar, Miss heran sama kamu. Masa kamu kalah sama Arum. Jelas-jelas dia nggak les privat mahal kayak kamu, dia belajar sendiri, tapi nilainya sempurna. Sedangkan kamu udah les privat tapi nilainya malah menurun. Sebenernya kamu niat belajar atau tidak?"

"Niat kok Miss," sahut Tiara acuh tak acuh.

"Yaudah sana duduk."

Tiara berjalan kembali ke kursinya dengan melayangkan tatapan penuh kebencian terhadap Arum yang memilih menunduk.

Bel tanda berakhirnya sekolah telah berbunyi nyaring. Disaat teman-teman sekelas Arum berhamburan keluar. Tiara dan antek-anteknya justru menghampiri meja Arum dan mengepungnya dengan tatapan sinis.

"Kata siapa elo boleh langsung pulang?"

Caca menekan bahu Arum saat Arum hendak berdiri.

"Seret dia ke toilet," perintah Tiara dengan nada datar dan tak berperasaan sama sekali.

"Ampun Tiara!"

Plak!

Tiara memukul kedua lengan Arum dengan rotan yang entah didapat dari mana. Arum berteriak kesakitan di toilet namun tidak ada yang berani menolongnya.

Plak!

"Puas kan Lo bikin gue malu di depan kelas!" Tiara meradang.

"Dasar bermuka dua!"

Plak!

"Ampun," isak Arum seraya menangis. Bully-an setahun terakhir ini masih bisa ia tahan, lantaran Tiara hanya mendorong, menyuruhnya memungut bola, menumpahkan makanan atau menghinanya di depan banyak orang.

Namun kali ini berbeda. Tiara seperti kesetanan memukuli Arum.

"Udah Ra," ujar Noni mencoba menghentikan Tiara. Pasalnya luka sabetan rotan di tangan Arum tampak menakutkan.

"Lepasin gue, gue belum puas."

Caca dan Noni akhirnya menarik Tiara dengan paksa.

"Ayo pulang, elo bakal dimarahin mami Lo kalo terlambat ke tempat les," ujar Caca.

Akhirnya Tiara melemparkan rotannya dengan penuh emosi. Lalu melenggang pergi dengan wajah merah padam.

***

ZionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang