22. Cucu Konglomerat

99 7 0
                                    


Lukman tersenyum bahagia sepulang bekerja. Langkah kakinya begitu ringan memasuki rumah.

"Rum, ayah ada kabar gembira!" pekiknya senang bukan main.

"Kabar apa sih yah?"

"Mulai besok kamu pindah lagi ke Luis High School!" ujarnya heboh. Sementara Arum tampak tak senang. Ia sudah mulai nyaman sekolah di Lentera Bangsa. Apalagi di sana ada Zion dan Kara.

"Kok kamu keliahatan nggak seneng gitu?"

"Arum udah nyaman yah sekolah di Lentara Bangsa," ujar Arum.

"Tapi ayah yang kurang nyaman, disana banyak cowok-cowok nggak bener. Apalagi cowok rambut putih itu."

"Dia baik kok yah, walaupun rambutnya diwarnain," ujar Arum membela Zion.

"Ayah tetep mau kamu balik lagi ke Luis High School. Kamu mau kan turutin keinginan ayah?"

"Yaudah terserah ayah aja," sahut Arum pada akhirnya. Meski ia tidak mau tapi ia tidak bisa membantah keinginan ayahnya, apalagi pria itu terlihat sangat bahagia ia bisa kembali lagi ke Luis High School.

"Kamu tau nggak Rum, pak Tomi yang ngurus kepindahan kamu ke Luis High School. Katanya kamu pinter, sayang kalo sekolah di Lentera Bangsa, makanya beliau mindahin kamu. Urusan uang, kamu tenang aja, biaya sekolah kamu ditanggung seratus persen sama beliau. Makanya kamu harus rajin belajar, nilai kamu jangan sampai turun. Nanti ayah malu sama pak Tomi," ungkap Lukman panjang lebar.

"Iya yah Arum ngerti," sahut Arum sendu.

Tanpa banyak bicara Arum langsung pergi ke kamarnya. Ia hempaskan tubuhnya ke ranjang. Arum kesal dengan tindakan pak Tomi dan ayahnya. Kenapa mereka bertindak sejauh ini tanpa memberitahunya lebih dulu? Memangnya pendapatnya tidak penting.

Arum langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi kekasihnya. Tak berapa lama panggilannya diangkat oleh Zion.

"Lo kenapa?" tanya Zion saat mendengar isak tangis Arum. Entah kenapa Arum tidak bisa menahan tangisnya. Jujur ia sedih harus pindah sekolah dan jauh dari Zion. Apalagi ia juga harus bertemu lagi dengan Tiara dan genknya yang membuatnya tertekan.

"Besok aku bakal pindah sekolah ke sekolah lamaku," ungkap Arum sambil sesenggukkan.

"Kok baru bilang?" Dari suaranya, sepertinya Zion terkejut dengan pengakuan Arum.

"Aku juga baru tau, ayah baru bilang barusan," adunya.

"Kenapa tiba-tiba pindah sekolah?"

"Majikan ayah yang pindahin aku ke sekolah lama. Aku nggak bisa nolak," ungkap Arum.

Zion mengepalkan tangannya. "Lo nggak usah nangis, nggak pa-pa. Turutin aja."

"Tapi aku udah nyaman sekolah bareng kamu."

"Gue bakal sering-sering datengin lo."

"Janji?"

"Janji," sahut Zion dengan suara lembut.

"Jangan boong ya?"

"Iya yank, gue nggak bakal boong kok."

***

"Mau kemana Yon?" tanya Farhan saat melihat anaknya sudah rapi dan membawa kunci motor.

"Mau ketemu pak tua," sahut Zion seraya melenggang.

"Inget! Jangan emosi yon, kamu harus hormati beliau."

"Iya," sahut Zion malas-malasan.

Setengah jam kemudian Zion sudah berdiri di pintu gerbang sebuah rumah. Satpam di sana dengan segera menghampirinya.

ZionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang