Arum mencari letak perpustakaan, namun ia telah dihadang oleh segerombolan gadis-gadis dari kelas lain. Mereka menatap Arum dengan tatapan sinis.
Salah satu dari gadis itu berjalan mendekati Arum sambil memelintir rambutnya yang panjang.
Tanpa sadar Arum berjalan mundur. Ia teringat Tiara yang dulu sering membullynya. Bahkan bekas luka di tangannya saja belum hilang sempurna. Apa akan bertambah lagi?
Grep!
Satu tangan besar merangkul bahu Arum tanpa izin. Sementara tangan yang satunya mengibas-ibas udara, memberi kode kepada gerombolan gadis-gadis di depannya untuk menyingkir dari jalannya.
Arum terkejut dan menoleh ke samping.
"Kalo mau kemana-mana bilang dulu sama gue," ujar Zion memberikan senyum tipis.
"Lo mau ke mana?" tanya Zion menuntun tubuh Arum melewati gadis-gadis yang masih menatap Arum dengan tatapan sinis sekaligus jengkel.
"Perpustakaan," sahut Arum lirih.
"Zion!" Seorang gadis menghadang jalan Arum dan Zion.
"Gue udah lama suka sama elo, tapi kenapa lo lebih milih dia? Padahal gue jauh lebih cantik dari cewek cupu itu." Tangannya menunjuk Arum dengan tatapan penuh kebencian.
Zion mendengus kencang. "Sayangnya gue nggak suka cewek kepedean kayak elo!" Zion berucap dengan nada sinis.
Hati gadis itu patah seketika dan wajahnya langsung pucat pasi.
"Minggir!"
Teman-temannya langsung menarik tangan gadis itu. Memberi jalan Zion dan Arum.
"Tenang, gue bakal ngelindungi Lo," ujar Zion dengan senyum manis yang justru terlihat sangat mengerikan bagi Arum.
Pintu perpustakaan telah terlihat. Arum melepaskan tangan Zion di bahunya lalu berlari mendekati pintu tersebut. Ia membukanya dengan semangat.
Jreng! Jreng! Jreng!
Mata Arum melebar terkejut dengan isi di dalamnya. Perpustakaan itu sangat tidak terawat. Seperti tidak pernah dimasuki oleh siswa.
Tuing!
Tiba-tiba seekor laba-laba menggantung di depan mata Arum.
"Aaaaaa!"
Arum berteriak dengan kencang, memutar badannya ke belakang, lalu meloncat memeluk tubuh Zion dengan erat. Tubuhnya bergetar tak berani menoleh ke arah hewan di belakangnya yang masih menggantung tanpa merasa bersalah. Zion terkekeh dan memanfaatkan situasi ini untuk memeluknya.
"Laba-labanya masih ada?" tanya Arum dengan suara mencicit.
"Masih," sahut Zion tersenyum jahil dan melingkarkan tangannya membalas pelukan Arum.
Seorang pustakawan yang terlihat malas menyentil hewan tersebut hingga terpental entah kemana. Wanita itu membenarkan letak kacamatanya yang melorot seraya berdehem.
"Jangan mesra-mesraan di sini," ujar wanita itu tampak malas.
Mendengar suara selain mereka membuat Arum refleks melepaskan pelukannya. Menunduk malu karena telah memeluk Zion di depan pustakawan.
"Maaf... Tadi ada laba-laba jadi..." Belum sempat Arum menyelesaikan ucapannya, pustakawan tersebut sudah kembali ke mejanya lalu melanjutkan tidurnya yang terganggu karena teriakan Arum barusan.
Zion pun menarik tangan Arum masuk ke dalam perpustakaan.
Arum berkeliling untuk mencari buku yang ia butuhkan. Sementara Zion memilih mengambil duduk di kursi paling pojok melipat tangannya di depan dada lalu memejamkan mata. Tak lama Arum duduk seraya meletakkan buku lalu tenggelam dalam buku yang ia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zion
Teen Fiction( Cerita yang terinspirasi dari mimpi ) jadi dilarang plagiat❗ Tangisan Arum membuat Zion si ketua geng turun tangan. Berandalan berambut putih itu menghajar siapa saja yang menyakiti gadisnya. Rank # 1- ketuageng (10 Agustus 2022) *** Sebuah cerita...