7. Teman Sebangku

172 6 0
                                    

Kedua teman si rambut putih duduk tepat di meja depan Arum. Keduanya tampak saling bergurau. Sementara si rambut putih itu duduk di samping Arum. Dia meletakkan tasnya lalu mengangkat kedua kakinya ke atas meja, bersandar di sandaran kursi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Dia tidur?" batin Arum melihat laki-laki itu menutup kedua matanya yang sedikit tertutup rambutnya yang lumayan panjang.

Arah pandangan Arum turun, tertuju ke arah name tag yang tertera di seragamnya.

Zion.

"Namanya Zion," batin Arum.

Bel istirahat berbunyi nyaring. Seketika teman-teman sekelas Arum langsung berhamburan keluar kelas dengan begitu semangat.

Arum mengambil bekalnya dari dalam tas, ia berniat menyantapnya di taman seperti ketika ia masih sekolah di Luis high school.

Grep!

Tiba-tiba tangan kiri Zion memegang sandaran kursi Arum hingga gadis itu terjebak antara Zion dan tembok.

"Permisi," ujar Arum lirih.

"Tangan Lo kenapa?" tanya Zion dengan suara berat, membuka matanya perlahan.

Arum memegang tangannya yang tertutup sweater yang ia pakai agar Zion tidak melihat bekas lukanya yang mulai menghitam.

"Permisi," ujar Arum yang tak memedulikan pertanyaan Zion.

"Gue tanya, tangan Lo kenapa?"

"Nggak papa," sahut Arum.

"Elo pasti dibully," tebak Zion tepat sasaran.

"Aku mau ke taman," cicit Arum yang masih bisa didengar oleh Zion lantaran kelas sudah sepi.

"Mau makan bekal di sana?"

"Iya."

"Taman di sekolah ini beda dari taman di sekolah Lo yang dulu, banyak cowok yang lagi nongkrong di sana."

"Nongkrong?"

"Elo nggak tahu apa-apa tentang sekolah ini?" tanya Zion yang sedikit aneh mendapati seseorang yang tidak tahu menahu tentang sekolah ini. Padahal sekolah ini cukup terkenal, dalam arti buruk.

"Hah?!" Arum mengerutkan keningnya tak mengerti apapun.

"Makan di sini," titah Zion.

"Nggak, aku mau makan di taman aja," ujar Arum tak mudah percaya kepada si berandalan ini.

"Silakan ke sana kalo nggak percaya," ujar Zion acuh tak acuh.

"Minggir dulu tangannya," cicit Arum melihat tangan Zion yang menghalangi jalannya.

Arum dengan percaya dirinya pergi keluar kelas. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat taman dipenuhi anak laki-laki yang sedang merokok diam-diam dan bermain gitar.

Gadis itu berjalan mencari tempat yang sepi. Namun, ternyata tidak ada tempat yang sepi. Bahkan jalan menuju ke toilet pun terdapat anak laki-laki yang sedang nongkrong.

Cepat-cepat Arum kembali ke dalam kelas. Sepertinya hanya kelas lah tempat paling sepi di sekolah aneh ini.

"Kenapa balik lagi?" tanya Zion dengan nada meledek.

"Rame," cicit Arum ketakutan.

Arum membuka bekal dan mulai menyantapnya dengan lahap.

"Nggak nawarin gue?" Zion menatap Arum dengan sebelah alis terangkat.

Arum menghentikan tangannya yang hendak menyuap nasi goreng ke mulutnya.

"Kamu mau?" tanya Arum basa-basi.

ZionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang