***
Dua gadis berseragam SMA turun dari angkot. Dan salah satunya menenteng tas Zion."Nah, ini rumahnya Zion," ujar Kara, gadis yang membuat Tamara lari terbirit-birit.
Arum menatap bengkel di depannya penuh minat. Berharap cowok yang sedang ia cari muncul.
"Ayo masuk," ajak Kara dengan semangat. Gadis yang terlihat berandalan dan centil itu nyatanya sangat baik kepada Arum.
Kara tidak masuk sekolah cukup lama jadi dia tidak tahu kalau di sekolahnya ada murid pindahan, dan murid pindahan itu adalah pacar Zion. Kara yang mendengar hal itu menjadi penasaran tapi dia cukup malas untuk mendatangi kelas Zion.
Kara ini adalah teman Zion sejak kecil, jadi kalau ada gadis yang berhasil membuat Zion jatuh cinta berarti gadis itu adalah gadis baik-baik. Makanya Kara mau berteman dengan Arum, apalagi kelihatannya Arum ini gadis yang sangat mudah ditindas. Kara berjanji pada dirinya sendiri kalau akan melindungi Arum yang terlihat ringkih di matanya.
"Assalamualaikum!" Suara lantang Kara membuat semua orang yang sedang sibuk mengutak-atik mesin menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Waalaikumsalam!" sahut seorang pria paruh baya yang baru saja berdiri sambil mengelap tangannya yang kotor dengan kain lap.
"Om Farhan, Zionnya ada?"
"Zion belum pulang Kar. Tunggu aja di dalem, mungkin sebentar lagi Zion pulang."
"Gimana Rum, mau nunggu Zion nggak?" Kara menolehkan kepalanya ke arah Arum yang ada di sampingnya. Menunggu jawaban gadis yang terlihat sedang mengkhawatirkan keadaan Zion.
"Boleh," sahut Arum mumpung ada kesempatan masuk ke rumah Zion. Ia juga penasaran dengan tempat tinggal pacarnya.
Kara berjalan memimpin masuk ke lantai dua yang sangat ia hafal. Dilantai dua Kara mengambil duduk di sofa tanpa perlu repot-repot meminta izin.
"Sini duduk, nggak usah malu-malu anggap aja rumah sendiri," ujar Kara bak pemilik rumah seraya menepuk sisi kosong di sebelahnya.
Arum duduk sambil mengedarkan pandangannya. Melihat-lihat rumah Zion yang terlihat sederhana. Tidak ada hiasan dinding sama sekali.
"Nyokapnya Zion udah lama meninggal, jadi nggak ada hiasan dinding, om Farhan sama Zion nggak terlalu merhatiin yang kayak gitu. Lantainya bersih aja udah syukur," ujar Kara yang tahu betul kehidupan Zion dan ayahnya.
"Kamu tahu banget ya kehidupan Zion."
"Hehehe, gue belum bilang sama elo ya, kalo gue sepupunya Zion," ujar Kara seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oh ya, gue ambilin minum dulu. Tapi di sini adanya cuma air putih, Lo keberatan nggak?"
"Nggak, apa aja."
"Ya ampun baik banget sih Lo, pantes Zion suka," ujar Kara lalu gadis itu menghilang dibalik pintu.
Tak berapa lama Kara datang membawa dua gelas air putih dan meletakkannya di atas meja.
"Silakan diminum."
Arum mengangguk lalu meminum air putih hingga tersisa setengahnya.
"Ceritain ke gue dong, awal kalian ketemu?" Kara duduk semakin merapat ke arah Arum dengan wajah penasaran.
"Waktu itu Zion nolongin aku dari preman. Tapi aku nggak tahu itu Zion, soalnya aku lari nyelametin diri. Terus keesokan harinya Zion datengin sekolahku yang lama sama temen-temennya."
Arum kembali mengingat bagaimana takutnya ia melihat Zion dan teman-temannya yang nongkrong di depan sekolahnya. Apalagi saat itu Zion mencekal tangannya. Namun siapa sangka kalau ia akan bertemu kembali dengan cowok itu di sekolah barunya. Bukan cuma satu sekolah tapi satu kelas. Awalnya Arum takut tapi lama-lama Arum tidak takut lagi dengan Zion apalagi setelah mengetahui kalau Zion lah yang telah menyelamatkannya dari preman. Setelah mengetahui hal itu Arum menjadi mengagumi sosoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zion
Teen Fiction( Cerita yang terinspirasi dari mimpi ) jadi dilarang plagiat❗ Tangisan Arum membuat Zion si ketua geng turun tangan. Berandalan berambut putih itu menghajar siapa saja yang menyakiti gadisnya. Rank # 1- ketuageng (10 Agustus 2022) *** Sebuah cerita...