14. Mencuri Ciuman Pertama

136 5 0
                                    

Langit mulai terang dengan semburat sinar matahari mengintip dibalik awan mendung. Udara sejuk pagi hari dengan tanah basah bekas hujan tadi malam tampak menyejukkan mata. Membuat kedua remaja asik terlelap dalam tidurnya.

Arum dan Zion tidur di ruang tamu, Arum tidur di sofa panjang, sementara Zion tidur di sofa tunggal dengan kedua kaki naik ke atas meja.

Arum lah yang bangun lebih dulu, gadis itu merentangkan kedua tangannya sambil menguap lebar. Dan sedetik kemudian ia terkejut menyadari keberadaan Zion, untung saja cowok itu masih tertidur lelap, jadi tidak melihat wajah jeleknya ketika baru bangun tidur.

Arum yang malu buru-buru melarikan diri ke belakang. Mandi dan menyiapkan sarapan.

Setengah jam kemudian Zion bangun dan tatapan matanya langsung tertuju ke arah sofa panjang mencari keberadaan Arum.

Mengucek matanya, cowok itu berjalan mencari keberadaan Arum dengan menyibak kelambu.

Aroma masakan menguar menusuk hidung, itu tandanya Arum sedang memasak di dapur. Senyum di bibir Zion terbit melihat gadis itu sedang memasak di dapur menggunakan celemek, supaya seragam yang ia kenakan tidak kotor terkena cipratan minyak.

Zion mengamati dari belakang sambil senyum-senyum sendiri. Arum bolak-balik mencicipi masakannya, memastikan masakan yang akan Zion makan rasanya enak.

"Kalo segini keasinan nggak ya di lidah Zion?" gumam Arum yang masih bisa didengar oleh cowok itu. Arum sedikit tidak PD kalau memberikan masakan yang tidak enak ke orang lain. Makanya ia selalu mengoreksi rasa memastikan masakannya enak.

"Sini biar gue cicipi," ujar Zion di samping telinga Arum. Embusan nafasnya bahkan sampai mengenai telinga gadis cantik itu.

Deg!

Tubuh Arum gemetar seperti disetrum saking kagetnya, mendapati cowok itu berdiri di belakangnya secara tiba-tiba.

Zion mengambil alih sendok di tangan Arum dan mencicipi masakan gadis itu.

"Emm... Ada yang kurang," ujar Zion. Arum membalikkan badannya menghadap ke arah Zion.

"Kurang apa?" tanya Arum fokus menatap wajah cowok itu yang tampak serius.

Zion berjalan selangkah lebih dekat dengan Arum, ia meletakkan tangan kirinya ke meja di belakang gadis itu, hingga tubuh gadis itu terhimpit antara dirinya dan meja. Cowok itu menundukkan kepalanya hingga sejajar dengan wajah Arum hingga membuat jantung gadis itu menggila.

"Kurang banyak," sahut cowok itu dengan suara rendah.

Arum pikir Zion hendak menciumnya, namun perkiraannya salah besar. Karena malu dengan perkiraannya, akhirnya Arum mengalihkan pandangannya dan berusaha mendorong dada cowok itu menjauh namun tidak berhasil.

"Maaf, bisa minggir sebentar nggak?" cicitnya yang terlanjur malu berat.

Zion mengamati pipi Arum yang merona dengan tatapan dalam.

"Mau ambil piring," ujarnya menunjuk piring yang ada di rak dengan suara terbata-bata saking groginya ditatap cowok setampan Zion.

Cowok itu melangkah mundur membiarkan Arum mengambil piring tersebut.

"Baju gue udah kering kan?"

Arum mengangguk sambil menuangkan masakannya ke dalam piring. "Bajunya udah aku setrika dan aku taruh di ruang tv," ujarnya mencoba meredakan detak jantungnya yang cepat.

"Kalo gitu gue mandi dulu." Dengan santainya seolah rumah sendiri, Zion masuk ke dalam kamar mandi. Tak berapa lama cowok itu keluar dengan rambut basah serta memakai seragam yang sudah Arum cuci kemarin.

Arum mondar-mandir untuk menyiapkan sarapan dan air putih ke meja. Zion mengamati Arum sambil mengulum senyum mengingat kejadian tadi malam.

Flashback

Di saat hujan deras dan suara gemuruh petir di luar sana, Arum tampak gelisah dalam tidurnya. Entah mimpi apa yang sedang gadis itu alami. Tapi Zion bisa memastikan kalau itu mimpi buruk.

Zion yang belum memejamkan matanya pun mendekati gadis itu dengan raut khawatir. Keringat dingin membasahi kening gadis itu. Ia mengambil tangan Arum dan menggenggamnya dengan erat.

Perlahan-lahan kerutan di dahi gadis itu memudar, merasakan kehangatan dari genggaman tangan Zion. Tatapan mata Zion benar-benar tidak bisa beralih dari wajah cantik Arum yang tengah tertidur lelap.

Entah setan apa yang merasuki Zion saat itu, dengan perlahan-lahan dan pasti ia memangkas jarak antara dirinya dan gadis pujaan hatinya. Matanya meredup dengan fokus ke arah bibir pink merona di depannya. Tak terasa bibir keduanya menempel. Zion memejamkan matanya dengan detak jantung berdetak sangat kencang. Mungkin ia memang berandalan yang berani menantang sekelompok preman sekaligus. Tapi baru kali ini ia melakukan tindakan pengecut yaitu mencium seorang gadis dalam keadaan tertidur. Apalagi ini ciuman pertamanya.

Selama ini Zion tidak pernah sama sekali tertarik dengan lawan jenis. Ia hanya tertarik dengan otomotif dan berkelahi. Selain kedua hal itu ia tidak peduli. Meski selama ini banyak yang berusaha mendekatinya dengan terang-terangan, tapi tak sekalipun Zion memanfaatkan gadis-gadis yang mendekatinya hanya untuk kesenangan diri sendiri.

Zion menjauhkan diri dengan pipi merah merona. Melihat Arum sudah tertidur pulas, Zion berniat melepaskan genggaman tangannya. Namun, ditahan oleh Arum. "Jangan pergi yah," gumamnya mengira kalau tangan yang tengah menggenggamnya adalah tangan ayahnya.

Zion menggaruk tengkuknya sesaat sebelum akhirnya cowok itu nekat naik ke sofa dan tidur memeluk gadis itu sampai jam empat pagi, setelahnya ia pindah ke sofa tunggal.

Flashback end.

"Ayo dimakan, nanti kita terlambat ke sekolah."

Ucapan Arum itu membuat Zion tersadar dari lamunannya.

"Hmm," sahut Zion singkat. Cowok itu mulai menyantap sarapannya dengan lahap.

"Enak, kamu pinter masak," ujar Zion refleks menepuk puncak kepala Arum.

Pipi Arum merona seketika karena mendengar pujian dari Zion.

Tak berapa lama keduanya keluar rumah secara diam-diam, supaya para tetangga tidak ada yang memergoki Zion keluar dari rumahnya di pagi hari.

Menunggu angkot yang melintas, Arum dengan malu-malu mencuri pandang ke arah Zion yang ada di sebelahnya. Baru kali ini Arum mengagumi cowok. Dulu ia tidak tertarik sama sekali dengan cowok manapun. Ia hanya fokus belajar belajar dan belajar untuk mempertahankan nilainya.

Namun sekarang berbeda, ia jadi terpesona melihat ketampanan Zion yang terlihat berlipat-lipat setelah menjadi penolong rahasianya.

Apa mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti novel yang pernah ia baca, jantungnya berdetak kencang saat bersama cowok yang ia sukai.

Deg.

Arum mengalihkan pandangannya secepat kilat saat ketahuan oleh Zion tengah memandanginya. Bibir Zion berkedut mendapati gadis yang ia suka diam-diam memandanginya.

"Kenapa nggak lanjutin lagi liatin gue? Gue nggak masalah kok diliatin sama Lo," ujar Zion dengan senyum manisnya.

"Apa sih," sahut Arum menyembunyikan wajahnya saking malunya.

"Itu angkotnya udah dateng," ujar Arum menunjuk angkot yang perlahan-lahan berhenti di depan mereka berdua.

Cepat-cepat Arum masuk ke dalam angkot meninggalkan Zion yang tertawa pelan. Di dalam angkot, Zion terus memandangi Arum hingga membuat gadis itu salah tingkah. Sudah tak terhitung berapa kali gadis itu memperbaiki letak rambutnya yang tertiup angin.



ZionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang