01. Seorang Naja

308 12 0
                                    


Happy Reading

"Naj! Gue kedalem duluan, ya! Lu cepet  kedalem! Di tunggu orang-orang, tuh!"

Di tepi mobil dengan posisi yang masih berdiri memandangi sekilas Cafe-- tempat yang sekarang ia pijaki, pria itu menoleh agak tersentak samar kala bahunya di colek secara tiba-tiba oleh seseorang.

Helaan napas terdengar

"Bikin kaget orang aja!"

Yang berseru suaranya pelan sekali, tatapan yang melayang seakan tak suka pada perintah barusan pun tidak sampai pada subjeknya.

Maaf, bukan apa-apa.. hanya saja Naja sedang melamun setelah turun dari mobilnya.

Sampai kemudian menggeleng pasrah,  pria itu bergegas masuk kedalam sana.

Hingga dapat dalam beberapa menit setelah Naja masuk, para karyawan yang menunggu sedari tadi sontak berdiri rapi, hening sejenak, beralih menyambut kedatangan pria itu.

"Kak Naja! Kak Naja!"

"Njir lah kata gua teh!! Makin ganteng bat nih cowok!"

"Diem-diem! Nanti di pelototin pada keabisan mental lu!"

"Sumpaahhh jieeer!!! Dari ke badan-badannya aja Kak Naja ganteng banget???!!!"

"Kenapa ya setiap Kak Naja dateng hati aku gak bisa berhenti berdetak???" Saut mulut lainnya, dengan tampang yang nggak kalah kagum bukan main.

"Et! Kalau berhenti berdetak mah lu metong!"

Yang mendapat sahutan tersenyum ngeri, "gapapa... metong di pelukan Kak Naja..." Katanya, berhasil membuat karyawan lain melotot.

"Eh nyebut lu!"

Sampai ternyata kita semua berhasil mengutip hal tidak sebanding, dari awal yang sempat hening. Sebab sebetulnya ada beberapa orang yang menyadari celotehan-celotehan menel itu, pasalnya suara yang keluar barusan terdengar sedikit... Greget...

Bisik-bisik yang mengisi kedatangan Naja pun, ternyata memang sukses sampai pada telinga pemilik nama.

Sementara yang mendengar hanya, "Bang bisa tolong minta perhatiannya buat semua karyawan disini? Saya mau bicaranya gak enak," katanya malah balik berbisik pada pria di sebelahnya.

Jefran mendengar itu mendelik kecil, "kenapa harus gue? Kan lo bos nya, Naj?"

Naja tau, bahkan Naja sempat membuka mulutnya- untuk melakukan itu, tapi melihat lisan para orang disana tiada henti mengoceh tentang dirinya, niat Naja sendiri jadi urung.

"Gapapa, Bang, saya lagi malas aja negurnya."

Entah memang kenyataan atau dustanya, Jefran mendengar jawaban tadi lantas mengambil alih cepat seluruh perhatian semua orang di Cafe milik Naja.

"Selamat siang semuanya! Pak Naja mohon minta perhatiannya sebentar, ya? Bisa?"

Naja mengangguk tersenyum, memandang semua pegawai disini. Dan Jefran yang barusan membuka percakapan ternyata di sela-sela itu ia membenahi beberapa karyawan yang masih asik, berbicara tentang seorang Naja yang bersyukur nya tidak sadar.

Tangan Jefran mengebas kearah sana, berkedip- lagak melerai tipis-tipis dengan tatapannya.

"Diminta waktunya seumur hidup juga gapapa kok.. sumpah deh, aku ikhlas lahir batin, Mas!"

"Jijik!" Yang menyahut sejak tadi pegawai pria, tentu saja bertentangan 100 % dengan para perempuan-perempuan genit disitu.

Sementara kabar Naja

Untuk Adik kecil, dari Nana: Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang