01. Dewi yang Kuat

1K 105 1
                                    

Ribuan tahun yang lalu. [Y/n] yang berumur tiga puluh tahun, menatap rak buku setinggi lima meter yang berjajar. Rak tersebut hampir mengisi seluruh perpustakaan yang ada di pusat perbelanjaan pinggir kota terkenal di Nordik. Jajaran rak itu terisi penuh oleh buku-buku dari seluruh dunia yang ada di midgard. Maka tak bisa dipungkiri, kisah dirinya maupun dewa-dewi lain pasti juga ada di sana.

Ia menaiki tangga yang disediakan perpustakaan, mengambil lima buku tebal yang memiliki sampul hitam legam. Setelah itu, ia menuruni tangga, menghasilkan wajah panik bagi siapapun orang yang melihatnya. Bahkan penjaga perpustakaan rela berlari demi memegang tangga yang sang dewi naiki, takut jika gadis yang terlihat seperti delapan belas tahun itu terjatuh.

"Tenang saja, aku tidak akan jatuh," ujar [Y/n], tersenyum ramah.

"Tidak bisa begitu, Nona! Jika Anda terjatuh, saya selaku penjaga perpustakaan harus bertanggung jawab kepada orang tua Anda."

Orang tua? Ah, apa itu? [Y/n] tidak memilikinya. Yang ia tahu, ia diurus oleh Dewa Odin yang selalu mengatakan bahwa dirinya diciptakan karena keinginan para manusia. Bahkan Dewa Odin sendiri pernah bilang jika [Y/n] sebenarnya anak murni manusia yang beruntung, sehingga dirinya diangkat menjadi dewi sejak saat bayi. Lantas mengapa manusia yang menjadi orang tua [Y/n] tak mencari ataupun keberatan? Ya, sederhana saja, dirinya pasti adalah anak terlarang akibat pertentangan cinta antara bangsawan dan manusia biasa yang selama beberapa abad ini sedang marak-maraknya.

[Y/n] meloncat, ia akhirnya kembali menapak di permukaan. Ia pun berjalan menuju tempat duduk yang kosong. Jemarinya membuka salah satu buku yang ia ambil, lantas membaca cepat buku tersebut, dengan jemari kanannya yang secara lihai terus membalik halaman.

Ia hanya butuh lima menit untuk menyelesaikan satu buku. Maka tak heran, jika hampir seluruh buku yang ada di seluruh perpustakaan di Nordik sudah ia baca. Hanya tersisa satu saja perpustakaan yang bukunya belum ia baca sepenuhnya, perpustakaan tersebutlah yang ia datangi hari ini. Dan sepertinya, perpustakaan itu juga yang akan membutuhkan seorang [Y/n] menghabiskan waktunya cukup lama.

Dewi itu telah menyelesaikan bacaannya yang pertama. Kini ia beralih ke buku yang kedua. Di mana buku tersebut memiliki warna yang lebih gelap dari dibanding buku pertama, hal tersebut membuatnya semakin penasaran. Ia pun membukanya dengan hati-hati.

Jemari [Y/n] mulai kembali unjuk kelihaian. Namun terlihat, jika ia membalik halaman tersebut lebih lama. Salah satu halaman buku tersebut membuatnya mendekatkan wajah ke benda berisi seribu halaman itu. Wajah Sang Dewi memerah, mulutnya tak henti-hentinya berdecak kagum. Kakinya tak bisa diam, para penikmat buku lainnya pun cukup merasa terganggu dengan sikapnya itu. Sampai-sampai penjaga perpustakaan yang sama pun menghampiri.

"Maaf, Nona. Bisakah Anda sedikit lebih tenang?" tanya wanita itu, setelah menepuk pelan pundak [Y/n] sebanyak dua kali.

"Hei, Nyonya! Apakah Dewa Hades benar-benar ada? Apakah gambar di buku ini benar-benar Hades yang asli? Semalam aku memimpikannya!" seru [Y/n], menoleh. Pertanyaannya membuat wanita itu bingung, ia pun memalingkan wajahnya, jari telunjuknya menggaruk anak rambutnya yang tak gatal. "Cukup jawab saja. Ada atau tidak?"

"Aku tak terlalu tahu soal itu, Nona, tetapi sepertinya memang ada?" jawab wanita itu, ragu. "Hm, kalau Nona penasaran dengan Dewa Hades, Nona hanya perlu membaca buku-buku Yunani saja. Tidak perlu sampai mencarinya, karena--"

"Karena berarti kau tak percaya dewa-dewi itu ada?" lanjut [Y/n], memotong ucapan penjaga perpustakaan. Tatapannya menyelidik. "Aku kecewa, kau tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan lugas. Baiklah, aku akan meninggalkan tempat ini. Buku ini, aku bawa."

"Bukan begitu, Nona! Mempercayai Dewa Yunani berarti mengkhianati Dewa Nordik!"

[Y/n] bangkit dari duduknya, ia meninggalkan perpustakaan sembari membawa buku yang sedang ia baca. Wanita yang menjadi penjaga perpustakaan memanggilnya berkali-kali dengan berlandaskan dua alasan. Pertama, [Y/n] membawa buku tersebut tanpa ke bagian pencatatan data dahulu. Kedua, jikapun ia ingin mengambil buku itu harusnya ia membayar dahulu bukunya. Namun tampaknya, sang dewi enggan mengindahkan panggilan wanita itu.

✔ Is This Destiny? [ Hades X Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang