09. Satu Persen

412 56 12
                                    

[Y/n] membuka matanya dengan cepat. Ia melepas anak panah yang menusuk jantungnya. Tangannya segera memeriksa perutnya. Ia menghembuskan napas, lega. Lantas menerima uluran yang diberi Tirta.

"Mohon maafkan saya karena tidak bisa melindungi Anda, Nyonya!" Tirta membungkuk. Matanya bergetar. "Karena saya, Tuan Hades sangat mengamuk tadi. Ia mengalahkan dan menangkap mereka hanya seorang diri. Dewa Doppel pun ... berhasil ditangkap olehnya."

[Y/n] mendelik. Ia segera mengedarkan pandangan, ditatapnya para manusia dan raksasa yang telah terikat. Lantas bola matanya beralih, melirik sebelah kanan. Menampakkan Hades yang dilumuri darah di hampir setiap bagian tubuhnya. Ia duduk dibangku, menunduk, sambil memegang kedua pelipisnya.

"Suamiku, aku minta maaf...," ujar [Y/n], langkahnya menghampiri Hades dengan ragu. Semakin ia mendekat, semakin jelas jika tubuh dewa itu bergetar. Peluh Hades membasahi wajah dan beberapa bagian tubuhnya. Matanya membesar, manik matanya bergetar tanpa henti. Tak ayal, giginya menggertak tak karuan. "Tenang, anak kita baik-baik saja."

Hades tak menjawab ucapan [Y/n] sedikit pun. Ia terus bergumam, mengatakan sesuatu yang tak jelas. Dirinya tak seperti yang [Y/n] kenal. Apa karena ia trauma akibat [Y/n] yang terluka? Atau justru karena ia kelepasan menumbangkan musuh-musuhnya secara babi-buta? Ah, segalanya membuat [Y/n] merasa bersalah.  Suaminya seperti terkena mental sekarang.

[Y/n] menyentuh pundak Hades, tubuh prianya yang gemetar pun seketika berhenti. Kepalanya yang menunduk, sedikit terangkat. Manik matanya yang bergetar juga ikut berhenti. Giginya yang menggertak pun melunakkan gertakannya.

"Suamiku, maaf, karenaku Kau jadi seperti ini," lirih [Y/n]. Ia duduk di sebelah sang suami, wajahnya sedikit menunduk.

"Suami?" Hades mengangkat salah satu alisnya. "Aku tak memiliki istri."

[Y/n] terkekeh. Kepalanya mendongak, menatap Hades yang memasang wajah datar. Ekspresi Raja Helheim begitu menggemaskan, sampai-sampai [Y/n] kelepasan menepuk pundaknya berkali-kali. Dewi itu mengatakan kalau segalanya tak lucu dan mudah tertebak.

Namun, segalanya membuat Hades bingung. Ia memegang kedua pelipisnya lagi, menunduk lagi, dan bergetar lagi. Tatapannya tak menunjukkan kebohongan. Kebingungannya pun tulus, apa adanya.

"Mengapa tadi aku sangat marah?" tanya Hades, kalut. "Kemana Persephoneku?"

[Y/n] melotot ke arah sang suami. Tanpa pikir panjang, tangannya melayang, menampar keras pipi Hades. Hingga wajah pria itu menoleh dan meninggalkan bekas kemerahan. Suara nyaring tersebut menggema, menarik perhatian siapa saja yang mendengarnya.

"Mengapa Kau malah membahas Persephone?" bentak [Y/n], bangkit. "Memangnya aku kurang apa di matamu?"

Pria bertato daun di dahinya itu, memegang pipinya. Rasanya seperti terbakar, juga menyiratkan kesedihan dari wanita yang menamparnya. Namun, apa yang salah darinya? Mengapa wanita itu tiba-tiba menamparnya? Memangnya kenapa jika ia bertanya tentang Persephone? Ia seharusnya bebas melakukan apapun.

Hades mengerutkan dahinya. Ia bangkit dari duduknya. Tatapannya menatap tajam [Y/n]. Ya, harusnya ia bebas melakukan apapun.

"Hmph. Siapa Kau beraninya menamparku? Kau kurang, karena aku mencintai Persephone," ujar Hades, meninggalkan [Y/n].

"Jadi, Kau akan menyerahkan [Y/n] kepadaku, Hades?" tanya Odin, dari jauh. Hades berpikir, ia menoleh ke arah [Y/n] dengan cepat, lantas mengangguk mantap.

Ribuan pedang excalibur, secara tak kasat mata, menusuk tubuh [Y/n]. Bagian-bagian tubuhnya yang tersisa, seperti sedang terombang-ambing oleh kejamnya ombak. Tatapan dingin nan asing, menghantui pikiran sang dewi.

✔ Is This Destiny? [ Hades X Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang