20-Marahan

390 32 2
                                    

Di mobil, Taeyong tidak melepaskan pelukannya dengan Jisung. Dia duduk diatas paha Jisung sambil terus memarahi Jisung

"udah bubu. Aku gapapa kok" ujar Jisung

"hiks kaki kamu tadi hiks dipijak terus kamu hiks ditendang. Harusnya kamu jangan ngelawan. Hiks gimana kalau kamu pingsan terus hiks bunda kenapa-napa" jawab Taeyong. Jisung menghela nafasnya

"Udah ya? Sini duduk di kursi bubu sendiri. Kita pulang yu supaya ga ada yang ganggu lagi. Shhh shh stop nangisnya entar mata bubu bengkak loh" bujuk Jisung namun Taeyong tidak termakan bujukan itu

Jisung pun dengan paksa melaju untuk pulang kerumah. Dia seharusnya membiarkan Taeyong di rumah sebentar biar tidak melihat kejadian tadi. Jisung menggenggam tangan Taeyong yang masih menangis tersedu-sedu

Mobil melaju pulang dan genggaman Jisung tidak melonggar sedikitpun. Taeyong saja sampai ketiduran saking capenya menangis sepanjang perjalanan

"Bubuku udah bobo ternyata. Pantesan diem" gumam Jisung sambil tersenyum sendiri. Dengan berhati-hati dia memakirkan mobil agar Taeyong tidak terjaga

Jisung keluar dari mobil kemudian mengangkat tubuh Taeyong masuk kedalam kamar. Dibaringkannya Taeyong diatas kasur yang empuk itu kemudian diselimuti

Tidak sengaja lengan Jisung mengenai kepala Taeyong saat ingin menyelimutinya alhasil Taeyong terjaga dari tidur lena itu. Jisung kesal dengan dirinya sendiri kemudian mengetuk kepalanya pelan sebelum melayani Taeyong

"Maap bubu, tadi ga sengaja kesenggol" bisik Jisung. Taeyong hanya menggelengkan kepala pertanda tidak apa-apa

Jisung menggeselkan hidungnya dengan hidung Taeyong membuat si bubu langsung terkekeh kecil. Untuk membuat Taeyong lebih gembira, Jisung mengecup pipi Taeyong bertubi-tubi hingga membuat Taeyong ketawa dan langsung meminta Jisung segera berhenti

"nah gitu dong. Jangan sedih terus ya bubu. Luka kecil ini gabakal bikin aku jauh dari bubu kok" ujarnya. Taeyong menghela nafasnya lega

"Jie... Apa salah kalau bunda baikan sama daddy? Kamu masih bakal nerima bunda ga kalau bunda kembali ke pangkuan daddy? Apa kamu bakal langsung ninggalin bunda?" tanya Taeyong mendadak namun Jisung sudah siap dengan jawabannya

"Ya. Aku bakal tinggalin bunda karna kalau bunda sendiri yang milih buat kembali, aku sudah tidak punya hak buat ngelarang mereka deket sama bunda lagi. Dan mungkin sampai disitu saja cerita bunda sama aku, selanjutnya bakal kalian lalui bersama" jawab Jisung dengan pelan

"Kamu benci daddy?"
Jisung menoleh kearah berlawanan. Memikirkan suara hatinya yang mungkin belum pernah Taeyong dengarkan

"Bisa gak kalau aku bilang 'iya'? Karna dia yang tidak mau pakai pengaman, aku harus lahir dan menanggung banyak beban seperti ini. Aku cuma diam tapi dibenci seolah keinginan aku untuk lahir didunia. Karna dia kadang aku mikir, aku penting ga? Kalau tidak, lebih baik mati" jawab Jisung dengan tatapan kosongnya

"Bunda beban kamu ya?" tanya Taeyong

Jisung menggeleng.
"Bunda itu tanggungjawab, bukan beban" jawabnya. Taeyong tersenyum tipis mendengarnya

"kenapa? Bunda kepikiran untuk pulang?" tanya Jisung dan sedikit membuat hatinya sakit saat Taeyong menganggukkan kepalanya namun dia menahan sakit itu

"Oh" jawabnya singkat padahal banyak sekali yang ingin dia sampaikan namun baginya ini bukan saat yang tepat

"Bunda ingin pulang bukan karna daddy kamu tapi karna Sungchan. Dia harus sama-sama menanggung rasa sakit padahal dia tidak ngapa-ngapain" jelas Taeyong

"Aku juga ga ngapa-ngapain tapi rasa sakit yang aku tanggung lebih banyak dari dia. Bahkan dia salah satu penyebab sakitnya. Bunda ga kasian sama aku?" tanya Jisung mendadak

I Love You, Mom| Jiyong 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang