10

347 36 3
                                    

Api sudah mulai kelelahan karena sangking banyaknya orang yang menghadang. Tinjunya sudah tidak sekeras batu. Tubuhnya sudah seperti bunga layu. Sepertinya ia memang akan kalah. Tapi Api masih berusaha melawan dengan sisa tenaganya demi kembali ke tempat Sena berada.

Sesaat setelah ia melancarkan pukulan terakhir kepada seorang musuh, tubuhnya sudah benar-benar hancur berantakan. Apalagi musuhnya masih ada sekitar delapan orang. Apakah Api pasrah? Tentu saja tidak. Ia bukan tipikal lelaki yang semudah itu menyerahkan nyawa. Bahkan ketika Api ditonjok habis-habisan oleh salah satu dari mereka, selagi mempunyai kesadaran, Api terus berusaha agar tidak menutup matanya.

Kemudian, segerombolan geng motor datang dengan jumlah yang cukup banyak. Mereka adalah geng motor Gold. Ya, geng motor yang dikuasai oleh Eld Galda. Satu-satunya geng di kota itu yang tidak mau tunduk dan menolak untuk menjadi tangan kanan geng Darktime. Suatu geng yang dipimpin oleh Indra Shankara.

Galda dan geng turun dari motor, Galda memegang tongkat baseball. Setelah Galda memakai slayer menutup mulutnya, tanpa ada aba-aba lagi, tanpa teriakan, geng Gold langsung menyerang musuh yang tersisa sampai habis.

"Di mana Sena?" tanya Galda sembari menyandarkan tubuh Api di tepi tembok.

Api menarik napasnya pelan-pelan karena rasanya sangat sesak untuk bicara.

Galda mengeluarkan air minum, memberikannya kepada Api. Api pun meminumnya sampai habis.

"Kenapa lo biarin Sena?!" pekik Galda mengeluarkan emosinya.

"Dia itu sensitif kalau di luar rumah. Selalu banyak cowok yang bakal bawa dia seenaknya. Gue gak mau apa yang gue jaga selama ini hancur sama orang lain!"

"Maksud lo?" tanya Api pelan dengan nada yang terisak-isak.

"Sena itu satu-satunya warisan ayahnya buat gue jaga. Tapi karena gue rasa lo lebih cocok jadi pengganti gue, gue mundur. Gue tau lo hebat dan gue yakin lo bisa jaga dia. Tapi kenapa sekarang lo hancurin kepercayaan gue, hah?!" tanya Galda semakin emosi melihat wajah Api yang bahkan tidak mengeluarkan emosi. Karena cara Api menyembuhkan dirinya adalah diam selama beberapa menit untuk kembali berdiri.

"Gue belum paham apa yang lo omongin, tapi gue mohon cepet datang ke Taman Halo sekarang juga. Karena gue takut Sena kenapa-kenapa karena gue yang ninggalin dia buat mengejar orang yang bikin Sena pingsan seketika," jawab Api yang masih lemas.

"Kita lanjutin nanti  obrolan tentang warisan. But, thanks. Gue mau ke sana sekarang. Tapi gimana sama lo?" ujar Galda sambil berdiri menatap Api dari atas pendiriannya.

"Gue baik-baik aja. Cepet bawa semua anggota lo dan gue minta tolong buat bantu dua sahabat gue yang lagi kesusahan lawan mereka di taman itu."

"Beres," kata Galda lalu berjalan menuju motornya.

Satu orang anggota Gold menghentikan Galda yang hendak berangkat. Dia berkata: "Gald, kalau kita lanjutin perkara ini, kita bakal berurusan sama DT. Orang yang gue hajar tadi jujur kalau mereka anggota dari tangan kanannya DT."

"Indra, pengecut lo. Cuma karena lo pengin satu cewek yang lo mau, lo ajak semua tangan kanan lo cuma buat nangkep satu cewek. Apa lo gak malu, Dra?" gumam Galda dalam hatinya yang merasa sangat kesal mendengarnya.

"Kita bakal serang mereka sekarang ini juga," tutur Galda. "Sekarang kita ke Taman Halo, dia bilang Sena ada di sana," tandas Galda kepada anggotanya.

Di taman, Galda menemukan dua orang yang sedang berhadapan dengan belasan orang. Galda turun dari motor sendiri, disusul anggota-anggotanya yang seketika maju dan membalikkan keadaan kepada musuh.

Galda mendekati Nasa dan Reiga. Sesekali saat ia ngomong Galda langsung melempar orang yang mencoba untuk mengganggu dirinya yang hendak membantu Reiga dan Nasa berdiri.

"Jangan bilang kalau kalian gagal fokus buat jaga amanat dari satu sahabat lo," ucap Galda menatap Reiga.

Rei dan Nasa saling menatap, lalu melihat ke tempat Sena ditidurkan, dan melepaskan hembusan napas yang berat.

"Kita gagal, Nas,"

Nasa hanya diam menundukkan kepalanya.

"Jangan lengah sekarang. Lo berdua cepet mundur dari sini, jemput temen lo di tikungan Curug. Sisanya serahin ke gue," ucap Galda menyingkirkan tubuh kedua orang yang sudah terlihat lemah itu.

Semenit kemudian Nasa dan Rei menyetujui perintah Galda. Mereka tidak menangkap apa maksud Galda menolong mereka. Tapi yang pasti, ini adalah kesempatan keduanya untuk menolong Api.

Galda dan geng menyerang musuh dalam beberapa menit sebelum kemudian ia beranjak meninggalkan sampah-sampah itu menuju ke sebuah rumah besar bercat serba hitam. Galda tau ia sedang berhadapan dengan siapa, tapi demi menyelamatkan Sena, ia berani mati.

Sedangkan di tikungan Curug Nasa dan Reiga yang baru sampai menyaksikan perjuangan Api membangkitkan tubuhnya. Api ingin membalas kebaikan Galda.

Nasa dan Reiga berlari dengan panik.

"Lo harus tenang dulu, Poy," ucap Nasa merasa panik melihat wajah Api berlumuran darah.

"Di mana Sena?" Itulah kalimat pertama Api saat Nasa merangkulnya.

"Dia baik-baik aja kan? Dia gak dibawa siapa-siapa kan? Lo berdua bisa lawan mereka kan? Lo berhasil jagain Sena kan?" tanya Api beruntun.

Rei terdiam, begitu juga dengan Nasa. Mereka tidak tahu harus menjawab apa, mereka tidak tahu apa yang ada di pikiran Api hingga Api mencemaskan gadis itu seperti ini. Bahkan, seumur hidup, dua sahabatnya belum pernah melihat Api mengkhawatirkan seseorang.

"Poy, maaf... Kita berdua gagal. Sena dibawa kabur sama geng itu," jawab Rei memberanikan diri untuk berbicara fakta.

Hati Api tersentuh. Tubuhnya langsung terdiam selayaknya batu. Matanya tak berkedip dengan tatapan kosong. Tapi pikirannya berkeliaran. Membayangkan bagaimana jika Sena hilang dan ia tidak bisa menolongnya. Kemudian, air mata melintas tanpa permisi, berjatuhan bagai hujan, seperti tak berteduh, tubuhnya menjadi kedinginan.

"Poy, ini lo bukan sih? Lo nggak kerasukan kan? Kenapa? Kenapa lo sampai nangis begitu? Bukannya lo udah gak akan peduli lagi sama cewek? Tapi kenapa sama dia lo jadi serapuh ini?" kata Rei sedikit menyentil perasaan Api.

Api langsung memberi tindakan dengan mencekik Rei. "Sekali lagi lo bilang begitu, gue gak segan-segan buat bunuh lo sekarang juga, Rei!" ancam Api lalu melepaskan tangannya dan berusaha berdiri.

Setelah dua kali gagal berdiri, ketiga kalinya Api pun berhasil. Api mendekati seorang anggota Darktime yang masih sadar yang hendak melarikan diri. Api menahan tangan lelaki itu dengan sangat erat, dan lelaki itu pun pasrah lalu menatap Api.

"Di mana kalian sembunyiin cewek itu?" tanya Api sembari mencekik leher lelaki itu.

"Gue gak akan kasih tau. Meski pun lo tau, lo semua gak akan bisa lawan mereka yang punya banyak anggota," jawab lelaki itu dengan separuh napasnya.

"Bawa cowok ini. Di depan ada tukang bensin. Gue mau bakar orang ini sekarang," ucap Api melempar lelaki itu seperti melempar kertas kepada Nasa dan Rei.

"J-Jangan... Kalau begitu gue bakal kasih tau di mana lokasinya. Tapi jangan bakar gue, gue masih mau hidup. Tolong!" permohonan lelaki itu sampai berlutut di kaki Api.

"Sekarang bawa gue ke sana!"

Lelaki itu pun menyetujuinya. Api, Nasa dan Reiga membuntuti orang itu dari belakang. Hingga tiba di suatu rumah besar yang terlihat sudah banyak kerusuhan di dalam sana.

Ya, Galda sudah melancarkan serangannya!

SCRIBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang