20

256 23 0
                                    

Api berkata, "Sebentar.... Gue mau tanya sama lo. Apa maksud lo datang ke sini?"

"Buat bunuh lo!" pekik Langit.

"Apa masalahnya?"

Sembari menonjok, Langit bicara, "Jangan tanya apa masalahnya!"

Api menahan pukulan itu enteng. Sambil menatap Langit, tenang.

"Setiap masalah pasti punya awal. Gue berhak nanya begitu," ucap Api melepaskan tangan Langit.

"Lo udah bikin malu pacar gue di sekolah. Dia mau gue ngabisin lo, karena gue nggak mau dia mutusin gue. Ngerti lo? Sekarang, ayo berantem!" tuntut Langit yang melayangkan pukulannya lagi.

Namun, ditepis lagi oleh Api. "Satu lawan satu. Dan, gue gak mau kalau lo dan anggota lo nyentuh cewek gue!" pinta Api menghempaskan tubuh Langit dengan kasar sampai lelaki itu terjatuh.

"Lang!" teriak salah satu anggotanya. "Lo tau gak siapa yang lo hadapi itu?" tanya orang itu sambil berbisik dan membantu Langit berdiri.

"Siapa?"

"Dia, Api Gahara. Cowok yang harusnya lo deketin buat ngelancarin misi. Saran gue, jangan lanjutin pertempuran ini. Lo masih mau menjalani misi, kan?" terang orang itu lalu pergi dari Langit.

Langit berdiri, kemudian menjulurkan tangan untuk Api.

Api menerima jabatannya, namun masih bingung apa maksud dari lelaki itu. Kenapa tiba-tiba mengajaknya berjabatan tangan?

"Gue Langit. Gue baru ingat kalau lo itu cowok yang bisa bikin si Indra pingsan. Gue yakin kalau gue gak bisa lawan lo. Jadi, gue nyerah. Gue mau damai aja sama lo. Bisa?" ucap Langit sambil meyakinkan api dengan tatapannya.

"Bisa," jawab Api. Ia tidak tahu pada masalah yang akan dihadapinya setelah menyetujui permintaan damai dari Langit.

"Lo pacaran sama Sena?" tanya Langit basa-basi sambil duduk di bangku dan memperhatikan gadis polos yang berdiri ketakutan di belakang Api.

"Bukan. Dia temen gue," jawab Api sembari menenangkan Sena di bangkunya.

"Akhirnya cewek yang benci sama cowok, kepincut juga sama lo. Pake pelet apa?"

"Ucapan lo gak bisa disaring, ya? Jangan buat gue emosi sama pertanyaan begitu."

"Ah, maaf-maaf. Gue terbiasa ceplas-ceplos." Langit berdiri, "Gue cabut dulu. Besok gue juga ke sekolah. Berani gak kalau gue tantang?" tuturnya.

"Tantangan apa?"

"Apa pun tantangannya, kalau lo merasa genius, lo gak akan mudah buat menyerah," kata Langit lalu pergi meninggalkan Api dan Sena.

Suasana kembali hening. Api pun kembali menatap Sena.

"Tadi siapa? Mereka mau apa? Apa maksud mereka?" tanya Sena yang masih ketakutan.

"Aku nggak tau. Tapi kayaknya dia takut sama aku. Kamu jangan khawatir, aku bakal jaga kamu terus, kok. Meski aku bukan Api yang kamu tau, aku siap kehilangan satu nyawa ini demi satu kehidupan seorang gadis manis yang aku tatap sekarang."

"Iiihhh.... kok, kamu bucin, sih?" ujar Sena. Padahal, bara membakar hati, sembari terbang Sena terus menggapai bintang. Hatinya seperti dipenuhi cinta, angkasa telah membuat napasnya berhenti. Ah! Tolong aku!

Tau apa yang dirasakan Sena, Api pun tersenyum sambil tertawa karena melihat wajah Sena yang seperti anak kecil.

Dalam tatapan mata Api pada Sena, melihat sebuah adegan kecil dalam ingatannya.

Luna tersandung batu yang membuatnya terjatuh dan lututnya berdarah. Luna menangis sedih. Api yang sudah jauh di depannya, langsung berlari kencang menuju Luna.

SCRIBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang