26

151 16 3
                                    

Jalanan malam terlalu ramai oleh geng-geng motor kecil yang berkumpul di pusat kota. Melihat Galda di belakang Api. Galda tak peduli. Tidak sepantasnya lagi Galda bergabung dengan geng-geng kecil yang hanya pamor gaya motor dan sok berkuasa. Padahal mereka tahu, tiga Raja Jalanan hanyalah Galda, Langit, dan Indra.

Di jalan yang lurus, hanya sedikit motor di depan, Api melesat sangat cepat. Galda juga tidak mau kalah, motor tuanya pun bisa secepat motor sport. Di pertigaan, mereka berpisah. Api menuju rumahnya, Galda menuju markasnya, hendak mengumpulkan anggotanya.

Setibanya di gerbang rumah, Api melihat sudah ada beberapa motor yang terparkir di halaman rumah. Sekitar sepuluh motor. Ketika Api menuju halaman belakang rumah, dilihatnya orang-orang mantan anggota Evolusi memakai jaket dengan lambang kebanggaan mereka. Sudah lama Api tidak merasakan momentum ini. Itu sudah menjadi kenangan. Api tersenyum kepada mereka yang melihat Api. Satu per satu mengajak Api berjabatan tangan.

"Ada masalah apa, Poy?" tanya seorang lelaki bertubuh pendek, badannya kekar, wajahnya kalem. Ia menjabat tangan Api.

"Cewek gue diculik geng amatiran," jawab Api menerima jabatannya.

"Cari masalah sama orang yang salah. Geng-geng motor sekarang emang belagu, Poy. Harus dikasih paham. Gue seneng sih bisa kumpul bareng kalian lagi. Apalagi denger mau perang. Auto meluncur langsung ke sini," tambah lelaki itu.

Api menuju kursi favoritnya, menyingkirkan seseorang yang ada di sana.

"Rei, ambil rokok tiga selop di meja nakas ruang tengah. Lo semua kalau mau bikin kopi, bikin aja ya. Gue mau tidur," ucap Api. Ia tidur dengan cepat bersama keramaian suara di sekitarnya.

"Kapten kita emang begitu dari dulu. Selalu bisa tidur di mana pun dalam situasi apa pun. Heran gue. Kenapa dia bisa tidur tanpa harus overthinking dulu?" ujar salah satu dari mereka.

Mereka berpesta malam itu. Begadang. Sedangkan Api tertidur pulas di sofa bean bag.

Setiap sepuluh menit sekali selalu datang lima sampai sepuluh motor. Terus berkumpul, sampai halaman belakang penuh oleh mantan anggota geng Evolusi yang pernah menguasai tujuh provinsi di Indonesia.

Dulu, ketika Api masih kelas sepuluh, Api adalah remaja yang terkenal sangat nakal. Sampai ia membentuk geng motor Evolusi untuk memperkenalkan namanya kepada banyak orang. Melawan geng-geng pecundang. Menghabisi perampok. Membakar rumah-rumah koruptor. Melawan puluhan polisi. Mengikuti aksi demonstrasi dan berhasil menerobos ketatnya pertahanan negara, dan masih banyak lagi aksi-aksi yang telah dilakukannya. Hingga akhirnya ia bertaubat. Berjanji tidak akan melakukan kejahatan apa pun lagi setelah tahu bahwa ayahnya yang selalu melindungi dirinya dengan nama Ard yang ditakuti oleh pemerintahan. Itu juga yang membuat Api tidak pernah masuk jeruji besi.

Sudah sekitar seratus orang lebih berkumpul di halaman belakang dan depan rumah Api. Pukul lima pagi, Api terbangun. Melihat begitu banyak orang di sekitar, membuatnya menjadi bersemangat.

"Gue kira gak bakal bangun." Nasa menegur sambil menepuk pundaknya.

"Ini ramai-ramai begini ada apaan dah?" tanya Api, otaknya masih belum merespons.

"Lah? Lo bilang suruh kumpulin anggota Evolusi buat nyerang gengnya si Langit di Desa Ujungdalam. Lo gimana sih?"

"Oh, iya. Lupa gue," jawab Api cepat, tanpa enggan.

Setelah beberapa jam tertidur, tubuhnya kembali fit. Ia meminta ambilkan toa, lalu berbicara.

"Sebelumnya gue makasih banget sama lo semua yang nyempetin waktunya buat datang ke sini. Gue, Api Gahara. Mantan Raja Evolusi. Menyatakan bahwa pagi ini, kita akan kembali berperang sama geng pengecut di kota ini. Selain itu, kita juga bakal dibantu sama salah satu dari tiga Raja Jalanan yang ada di kota ini. Namanya geng Gold, dipimpin oleh Galda. Dia temen baru gue. Jam enam pagi, kita berangkat. Selamat hidup kembali, Evolusi!"

Sorak-sorai dari mereka benar-benar membuat suasana menjadi semakin bersemangat. Karena semua yang datang adalah mereka yang bernafsu dalam berperang.

"Lo di mana, Pi?" tanya Galda dari dalam telepon.

"Gue udah siap, nih. Bawa semua anggota lo ke rumah gue. Kita kumpul di sini. Tuntun kita semua lewat jalur anti-polisi. Gue serahin soal jalur sama lo," jawab Api.

"Gue otw sekarang!"

Geng Gold melesat cepat. Tiba di depan gerbang, menelepon Api. Api keluar dengan motor sportnya. Menjabat tangan Galda, isyarat untuk segera melesat. Kedua geng bertemu. Bersatu untuk menghancurkan mereka yang telah merebut Sena dari tangan seorang Api.

•••

Malam itu, Ara langsung menghubungi Langit, memberitahu bahwa semua rencananya telah bocor. Ia juga menambahkan, Api telah menyinggung perasaannya. Selain itu, Ara juga tahu kalau Api akan segera menuju tempat Sena dikurung bersama pasukannya. Langit pun hilang akal. Misinya hancur berantakan. Kalau sudah begini, Langit hanya mendapatkan DP dan gagal mendapatkan hasil sepenuhnya. Namun, bukan si genius Langit namanya kalau tidak mendapatkan rencana lain.

Langit menelepon Indra. "Dra, lo di mana sekarang?"

"Rumah. Ada perlu apa lo nelpon gue?" Indra bertanya, tidak suka karena Langit tidak penting lagi baginya.

"Gue mau minta tolong sama lo. Sekali ini doang!"

"Mau apa lo dari gue?"

"Bantuin gue nambahin pertahanan. Gue mau lo ikut geng gue perang," balas Langit.

"Sama geng mana lu sampai minta bantuan sama gue?"

"Gue nggak tau. Tapi firasat gue, bakal ada banyak orang yang Api bawa buat jemput Sena yang lagi gue kurung."

"Bego! Ngapain lu cari gara-gara sama itu orang, bodoh? Mampus lu!"

"Makanya, gue butuh bantuan dari lo!" Langit sangat memohon. Pikirnya adalah, agar dirinya bisa menyeimbangkan pertahanannya. Pasalnya, Langit juga tidak tahu kapan Api akan menyerang mereka, dan berapa orang yang ia bawa. Berharap, Api hanya membawa Nasa dan Reiga, lalu melihat gengnya beraliansi dengan Indra, Api akan mundur ketakutan.

"Gue bantu. Tapi gue mau lo balik lagi jadi tangan kanan gue supaya tujuan gue yang cuma mau jadi satu-satunya Raja Jalanan, tercapai. Gimana?" Indra memberikannya pilihan.

Langit diam sejenak. Tanpa pikir panjang lagi, Langit menyetujui persyaratannya.

"Oke. Gue siap!" Langit mengamini.

"Butuh berapa banyak orang lo?" tanya Indra.

"Jangan sisain satu pun anggota lo. Bawa semuanya. Gue mau bikin mental dia hancur karena lihat jumlah orang yang harus dihadapi sama dia," jawab Langit.

"Kapan?"

"Sekarang!" tandas Langit. "Gue yakin dia juga udah bertindak. Kita kumpul di rumah lo, dan langsung berangkat."

Setelah Langit mendapatan apa yang menjadi awal untuk rencana selanjutnya, Langit bergegas mengumpulkan pasukannya yang sudah siap di markas. Langit memerintahkan kepada semua orang kalau hari ini mereka akan berperang. Berangkat dari markas menuju rumah Indra yang super mewah, lalu bergabung di sana selama menunggu semua geng Darktime berkumpul satu per satu.

"Lo bawa dua ratus lima puluh orang kira-kira, cuma buat menghalangi jalan si Api? Sumpah. Sangking takutnya lo sama dia? Hahaha!!" ejek Indra ketika mereka sedang mengopi.

"Gue punya rencana, Dra. Lo nggak perlu tau apa misi dan tujuan gue nangkep Sena. Gue juga nggak meremehkan si Api. Lagian, gue udah siap buat mati dalam pertarungan." Langit berasumsi. Mengangkat kopi hangat, meneguknya, mendaratkannya kembali ke meja. Menyambar rokok, menyalakan, lalu mengepulkan asapnya ke udara.

"Jangan mengira kalau dia itu sedikit relasi, Lang. Kita belum tahu siapa dia sebenarnya. Kita juga nggak bisa mengira, berapa orang yang bakal dia bawa. Tapi gue ingat, tampang dia berkharisma, berwibawa, dan gue mengira kalau dia adalah utusan dewa yang ditugaskan buat merusakbinasakan kejahatan."

Jarang Indra berbicara seserius itu. Ia juga tidak pernah takut kepada siapa saja. Tapi, entahlah. Mulutnya spontan mengeluarkan kalimat itu.

Langit menatap serius lelaki di depannya, Indra. Sambil meneguk kopi yang meluncur menuju tenggorokannya, mengisap rokok dalam-dalam, menarik napas panjang, lalu menghembus.

"Jangan panggil gue Langit kalau gue menggagalkan misi yang gue tanggung. Semenakutkan apa pun dia di lapangan nanti. Gue, Langit, dengan keras menyatakan, bahwa gue menolak tumbang!"

SCRIBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang