12

328 40 0
                                    

Sena tiba di rumahnya dengan tubuh yang sangat lemas. Ia mengetuk pintu, lalu perlahan kesadarannya lenyap.

Bekas luka di kepalanya telah diobati dan darahnya sudah tidak mengalir. Karena Indra memerintah anggota cewek untuk mempersiapkan Sena, ia ingin melihat seberapa menggodanya gadis itu saat berpenampilan seksi. Niat awal memang hanya untuk melihat, tapi setelah melihat, niat awal berganti menjadi ingin memangsa. Beruntungnya ada sesosok pangeran dengan kuda hitamnya muncul memecahkan isi busuk di dalam kepala Indra.

Hara membuka pintu, lalu terkejut melihat anak semata wayangnya itu tergeletak di lantai depan pintu. Hara juga melihat motor sport milik Api di halaman. Ia segera memanggil satpam yang sedang bertugas di belakang rumah untuk membawa Sena ke kamarnya.

Hara juga langsung menelepon dokter saat ia melihat ada bekas luka parah di bagian kepala Sena. Hara panik, dirinya benar-benar telah dibuat khawatir hanya karena Sena menjadi seperti itu setelah pergi dengan Api. Hara tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya kejadian ini hampir sama seperti kejadiannya dengan Ard di masa lalu.

Sena bersedih sambil mengelus rambut anaknya. Hara terserap oleh sebuah materi yang membawanya menuju dimensi ruang dan waktu.

Suatu ketika di tahun 1995,

Kala itu Hara yang masih berseragam putih abu mengendarai sepeda menuju sekolahnya. Hari yang dirasakannya saat itu sangat cerah, tanpa ada secuil pun awan mendung menghiasi sang langit. Wajahnya berseri, seolah seorang pangeran menyapanya saat upacara penyambutan tamu.

Di pertengahan jalan, Hara diikuti oleh seorang lelaki berambut klimis rapi yang juga mengendarai sepeda di belakangnya. Tepat tatkala Hara hendak berbelok, lelaki itu mensejajarkan posisi sepedanya dengan sepeda Hara. Kaki mereka mengayuh searah.

Obrolan dimulai tatkala Hara sedikit terkejut dengan kemunculan teman sekelasnya.

"Rediasta?"

"Iya. Kau selalu jalan sendiri setiap pagi. Jadi aku berinisiatif untuk mengikutimu setiap hari, meski aku tidak punya keberanian saat aku ingin mengetuk telingamu dengan sapa."

"Aku ini enggak butuh pengawal, Red. Lagi pula buat apa menyapaku? Kau lupa aku sudah punya pacar?"

"Pacarmu yang mana? Apa dia memperhatikanmu seperti aku? Apa dia peduli kamu seperti aku?"

"Seperti aku? Maksudmu apa?" tanya Hara keheranan. Padahal, dikata dekat pun rasanya tidak terlalu kenal.

"Kau selalu duduk di tepi bukit Gerbang. Mencurahkan segala yang ada di kepalamu sendiri. Tanpa kau sadari, aku selalu ada di sana menjadi pendengar ceritamu. Dan hari ini aku tau, kalau kau sudah putus dengan pacarmu yang namanya Ard itu. Aku juga tau, senyummu saat ini hanya sekadar perjuangan nihil untuk menjadikan hatimu lebih tenang. Meski sebenarnya seseorang yang baru saja diputuskan, tidak pernah bisa menjumpai senyuman sesungguhnya, sebelum seseorang di dalam kepala itu benar-benar lenyap," kata seorang lelaki bernama Rediasta Jingga.

Hara membisu. Ending kata-kata yang dikeluarkan Red benar juga.

"Tapi kenapa?" tanya Hara.

"Kenapa apanya?" tanya balik Red.

Saat hendak meneruskan ucapan, tiba-tiba seseorang dengan motor klasik pada eranya berhenti tepat menghadang jalan dua anak manusia. Diikuti oleh puluhan orang yang berkumpul untuk mengepung Hara.

Benar sekali. Hara adalah satu-satunya gadis tercantik yang ada di kota itu. Mendapatkan Hara sama seperti mendapatkan harta karun. Semenjak informasi Ard telah usai dengannya, banyak sekali para lelaki yang menggodanya, mengajaknya makan malam, mengajaknya berlibur, dan sangking banyaknya Hara sempat risih dengan semuanya. Ia sudah terlalu takut untuk jatuh cinta lagi.

"Halo Nona Cantik! Kau kenal saya, kan?" ucap lelaki itu di depan Hara dengan kepercayaan dirinya.

"Jangan sok kenal. Saya enggak kenal kamu!" balas Hara menyingkirkan jari lelaki itu dari dagunya.

Red turun dari sepedanya, lalu mendorong lelaki itu dengan seluruh kekuatannya. Namanya adalah Rediasta Jingga, bukan seorang petarung; ia adalah pelajar yang serius. Jadi pantas untuknya menerima pukulan sekeras bom atom jatuh dari langit yang membuat kesadarannya langsung pingsan.

Hara membungkuk, berusaha menyadarkan jiwa Red. Tapi lelaki itu mengangkat tubuh Hara dengan kedua lengannya sampai Hara berdiri tegak menatapnya.

"Kenapa kalian muncul lagi? Bukannya kalian sudah tidak berani lagi mendekatiku?" tanya Hara bernada tinggi.

"Karena Ard sudah berhenti menjadi pelindungmu. Dan sekarang adalah kesempatan kami untuk mencicipi kecantikanmu," jawab lelaki itu menarik lengan Hara sangat kasar.

"Apa maumu, bajingan?!" Hara menarik lengannya dari cengkeraman tangan lelaki itu.

Lelaki itu melepaskan genggaman yang membuat Hara tidak mendapatkan kesiapan untuk berdiri yang pada akhirnya terjatuh dan terbentur pada batu. Kepalanya berlumuran darah, ia tidak lagi bisa bergerak. Tapi Hara tidak ingin menyerah, ia berpikir untuk kabur dari sana.

Tatkala dirinya berdiri, lelaki itu menahan Hara kembali. Sekarang dua tangannya diborgol, kini gadis itu telah pasrah.

"Beruntung sekali Ard pernah dikejar kau, Ra. Tapi betapa bodohnya pria itu karena telah meninggalkan kau."

"Kau enggak tahu apa yang terjadi sama saya dan Ard. Jangan membahas dia. Apalagi mengatakannya pria bodoh. Dia tidak bodoh, dia tidak akan diam saya diperlakukan begini," ucap Hara dengan nada yang lemas.

"Teriaklah. Panggil kekasih hatimu itu sekeras mungkin. Saya tidak akan takut sekarang," kata lelaki itu menantang dan meremehkan.

"Saya mohon, lepasin saya. Sekali lagi saya mohon, LEPASIN SAYA!"

Lelaki itu tertawa keras.

"Hahahahaha!!!"

Di belakang, segerombolan pengikut lelaki itu melebar bak membuka sebuah gerbang untuk seorang pangeran melewati jalur keramaian. Semua orang menyingkir ketika melihat lelaki berambut ikal dengan tampang yang dingin melintasi kerumunan.

"Lepasin dia sekarang juga," pinta lelaki ikal pada lelaki di depannya yang sedang memaksa Hara mengikuti perkataanya.

"A-Ard?! Kenapa. Kenapa kau masih ada di sini? Bukannya kau sudah pergi ke Belanda kemarin?" Lelaki itu terkejut dan panik. Ia langsung melepaskan Hara dari cengkeramannya.

"Ard, maaf. Saya enggak bermaksud untuk-"

DEB!

Satu pukulan Ard telah membuat lelaki itu tergeletak. Sepertinya, otak lelaki itu berhasil pecah tatkala Ard memukulnya dengan serius. Lelaki itu adalah sahabat Ard sendiri. Wakil ketua dari geng yang dibentuknya, geng itu bernama Revolusi. Tapi, kini, tidak ada sahabat lagi di hidup Ard, karena ia telah melihat sendiri perlakuan sahabatnya.

Ard menggendong tubuh Red di pundaknya. Karena Red adalah satu orang yang sangat dikenalinya, karena tanpa Red, ia tidak akan bisa menjadi murid paling pintar di sekolahnya. Meski Hara tidak tahu apa hubungan Red dengan Ard.

Ard juga menggandeng tangan kiri Hara untuk meninggalkan segerombolan bajingan itu. Mereka sedang menuju mobilnya. Ard memasukkan Red, kemudian membantu Hara masuk ke kursi penumpang bagian depan.

Setelah menaikkan dua sepeda mereka ke atas mobilnya, Ard mengantarkan mereka ke rumah masing-masing.

"Aku sudah telepon dokter untuk datang ke sini. Tunggu di kamarmu, jangan dulu sekolah, kirimkan saja dulu surat izin," ucap Ard menurunkan Hara dan sepedanya di halaman rumah Hara.

"Tapi, Ard. Aku mau bicara sama kamu. Sebentar saja. Aku mohon. Aku rindu kamu!" kata Hara dengan penuh permohonan.

Ard diam dan masuk ke dalam mobil. Lelaki itu menghiraukan Hara begitu saja. Tetapi saat ia pergi meninggalkan Hara dan melihat Hara tergeletak di depan halaman rumah melalui kaca spion mobil, air mata seorang Ard terjatuh dengan penuh perasaan sedih. Meski begitu, ia harus menerima takdir dari sang Tuhan.

SCRIBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang