TiMar-13

710 56 7
                                    

- Flashback On -

"Ceraikan dia Tirta! Eyang tidak merestui pernikahan kalian sampai kapan pun!!" Seru Eyang Tomo saat mereka,- Kusuma, Eyang dan juga Tirta berbicara di ruang kerja Eyang.

Mendengar itu Tirta terkejut dengan ucapan pria tua yang menjadi panutannya di keluarga. Ia tak menyangka jika keluarganya sendiri memintanya untuk berpisah dengan sang istri.

"Maksud Eyang apa?? Kenapa Saya harus menceraikan Maria!? Dia istri Saya dan juga bagian dari keluarga ini, Anda suka atau tidak suka, dia tetap istri Saya!" Jawab Tirta tegas menatap tajam kedua lelaki di depannya.

"Eyang bisa mencarikan istri yang lebih baik dari dia. Lebih baik bibit, bebet, bobot dan juga latar belakang keluarganya. Bukan anak tidak jelas seperti dia yang kamu nikahi. Bahkan siapa orangtuanya saja ia tidak tahu!!"

Jawaban Eyang membuat Tirta kecewa dengan pria tua ini. Ia kecewa hanya karena Maria anak yatim-piatu dan dari panti asuhan, kakeknya tega mengatakan hal itu padanya.

"Tapi dia calon ibu dari anak Saya, Eyang!"

"Sebelum dia keguguran, sekarang dia tidak lagi mengandung bayi kalian jadi lepaskan dia. Eyang akan berikan 'kompensasi' yang pantas untuknya, asalkan dia pergi."

Tirta tak bisa berkata-kata lagi, terperangah mendengar ucapan itu. Ia mengepalkan kedua tangannya ingin membantah lagi, namun Kusuma menahannya. Beruntung saat itu Banyu masuk memanggil mereka sehingga ia punya alasan untuk pergi.

"Papa akan bujuk Eyang agar menerima Maria di keluarga kita. Bagaimanapun Papa dan Mama sudah menganggap dia sebagai keluarga." Bisik Kusuma padanya sambil menepuk bahu putra sulungnya.

Itulah mengapa saat keluar dari ruang kerja Eyang wajah Tirta merah seolah menahan amarah.

- Flashback Off -

Selama beberapa waktu Tirta hanya duduk diam menghadap jendela yang menampilkan pemandangan hijau yang menyegarkan mata memandang.

Maria datang menghampiri sambil membawa dua cangkir kopi dan meletakkan satu cangkir di meja kecil tepat di samping Tirta.

Tirta menoleh dan meraih tangan Maria agar ikut duduk bersamanya. Di sampingnya.

"Mas lagi ada masalah ya?" Tanya Maria padanya yang agak cemas dengan suaminya.

Meski Tirta lebih banyak diam saat bersamanya, namun ia tahu pasti jika sang suami kini sedang ada masalah. Terlebih Tirta berubah menjadi sangat diam sejak keluar dari rumah itu.

Tirta tak menjawabnya, namun ia menatap dalam dan lama istrinya itu hingga membuat Maria salah tingkah.

"Ke-kenapa liatnya begitu sih?" Cicit Maria beringsut menjauh namun segera di tahan Tirta.

Tirta menggenggam dua tangan istrinya dan mengusapkan ibu jarinya disana.

"Kalau Mas melepas semua yang Mas punya, harta, perusahaan dan segalanya. Apa kamu masih mau bertahan disisi Mas?" Mendengar itu Maria mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan suaminya itu.

"Maksud kamu melepas segalanya? Kenapa dan untuk siapa?" Tanya Maria berusaha mencerna maksud ucapan Tirta.

"Kalau Mas melepas semua yang Mas punya, harta, perusahaan bahkan warisan keluarga. Apa kamu mau bertahan?" Tanya lagi Tirta.

"Tapi kenapa dan untuk siapa kamu melepas semua itu? Apa alasan kamu melepas semuanya sebanding dengan apa yang akan dapatkan nantinya?"

"Cukup jawab bertahan disamping Saya atau tidak!"

Tirta-Maria (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang