Part ini lebih banyak narasi daripada dialognya ya dan aku ketik lebih dari 1000 kata.
Ini juga aku pecah konsentrasi, mikir keras antara mengetik disaat yang bersamaan jari tengahku bengkak dan nyut2an dan juga suara bising dari alat gerinda, karena talang air dapur rumahku sedang di renovasi.
Jadi maaf kalau ada yang merasa partnya sedikit. Aku sudah mengusahakan semampuku.
Mianhe 🙏🙏🙏
* * * * *
Seminggu sudah Maria berada di RS padahal ia merasa dirinya sudah baik-baik saja. Bahkan dirinya sudah bisa duduk dan berjalan sendiri ke toilet meski harus jalan perlahan efek seminggu tidak menggunakan kakinya. Sesekali ia meringis nyeri saat hendak bangun dari duduk atau bahkan saat duduk.
Tak jarang ia mengusap lembut perut ratanya yang mana beberapa hari lalu terdapat janin yang ia sendiri pun tak menyadari kehadirannya.
Airmatanya menggenang kala mengingat kehadiran calon bayinya yang harus gugur malam itu. Ia menerawang jauh, seandainya saja ia menyadari perubahan mood-nya kala itu, pasti semua ini tak kan terjadi.
Bahkan ia tak ragu menyalahkan suaminya yang seperti orang kesetanan setiap kali mereka bercinta yang selalu mengakibatkan dirinya berakhir lemas atau bahkan pingsan setelah pergumulan mereka.
Ia ingat pergumulan terakhir mereka malam itu, bagaimana Tirta menghujamnya dengan keras dan kuat. Meski membuatnya menjerit nikmat namun tak menampik jika ia juga merasakan nyeri kala itu terutama di perut bagian bawahnya.
Ia hanya berpikir itu adalah efek dari hujaman Tirta kala sang suami begitu semangat menjamahnya, merasakan perubahan sifat Tirta yang terlihat begitu memuja dirinya saat mereka bercinta dan akan kembali pada setelan awal setelah berakhirnya percintaan mereka. Setelan freezer, yang mengalahkan dinginnya kulkas dua pintu.
Namun kini semua telah terjadi. Menyalahkan suaminya atau keadaanpun tak ada artinya. Tanpa sadar ia menangis dalam diam, memeluk dirinya sendiri di kegelapan malam dalam sepinya RS tanpa seorangpun yang menemaninya.
* * * * *
Tepat jam 12 malam pintu kamar rawat Maria terbuka. Tirta berjalan perlahan memasuki ruangan VVIP itu. Ia melepas jas dan menaruhnya di gantungan yang tersedia, membuka dua kancing kemeja putih teratas yang di pakainya dan menggulung lengannya hingga siku.
Tirta mengusap lembut kepala Maria seringan bulu, tak ingin mengganggu tidur wanita yang hampir saja menjadi ibu dari anaknya itu. Ia terdiam saat melihat jejak airmata di wajah sang istri. Di kepalkannya kedua tangannya saat merasakan sedih yang juga menghampirinya.
Ia tak menampik rasa kehilangan yang sama dengan sang istri. Bahkan ia teramat kehilangan. Bayi yang ia nantikan setelah pergumulan mereka pertama kali dulu kini harus hilang. Ia menyalahkan dirinya yang selalu saja lepas kendali saat bersama Maria.
Padahal dulu ia tak pernah seperti ini, ia selalu bisa mengontrol emosinya dengan baik sehingga semua orang selalu mengira dirinya adalah makhluk yang dingin dan tak punya perasaan.
Tapi entah mengapa ia tak bisa mengendalikannya saat bersama Maria, sejak pertemuan mereka kembali ketika ia harus menggantikan posisi ayahnya yang harus memimpin rapat perusahaan.
Disitulah wajah gadis ceria kesayangan sang Ayah selalu menghantuinya, mengganggu hari-harinya. Bahkan ia pernah solo karena hasratnya yang tiba-tiba muncul ketika wajah manis Maria menghantuinya.
Ia tak pernah dekat secara emosional dengan wanita manapun, bahkan terlihat atau mendengar dirinya punya pacar saja tidak. Dan untuk pertama kalinya ia tak bisa menghilangkan bayangan Maria dari pikiran hingga ia berani mengambil langkah yang tak pernah ia pikirkan sama sekali.
Mengambil keperawanan gadis itu dan berakhir menikahinya secara diam-diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/287703316-288-k852936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirta-Maria (End)
General FictionSequel dari Cinta Lama Bersemi Kembali (Elmira & Banyu). Meski sequel tapi cerita mereka jauh dari kisah pertama (ElBa), jadi jangan berpatokan pada kisah pertama ya gaes, meski nama pemeran sebelumnya muncul disini. WARNING! ! 21+ MATURE CONTACT DE...