MHB 5

478 46 0
                                    

Kenapa sih lebih banyak yang baca daripada vote'y...???
Sedih loh aku setiap kali mau up tapi liat mata lebih banyak daripada bintang😢😢

Bahkan aku minta vote 30 aja gada yang sanggup penuhi😭

Terserah kalian ajalah...😥😥

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁




Maria kini sudah lebih tenang dan menerima keadaan dirinya yang kini sedang mengandung.

Dengan di temani oleh Aryani yang dengan telaten mengurusnya akibat mual-muntah yang di alaminya, kini Maria sedang duduk di ranjang RS sambil memandang ke arah jendela. Sementara Aryani sedang ke toilet.

Pintu di ketuk dan perlahan pintu terbuka. Tirta datang membawa satu buket bunga Lily putih dan tiga kotak bento makan siang untuk mereka.

Tirta berjalan menghampiri istrinya setelah meletakkan semua bawaannya di meja. Mengecup kening juga bibirnya singkat lalu duduk di pinggir ranjang. Menanyakan keadaan Maria yang hari ini sudah tidak pucat seperti sebelumnya.

"Gimana keadaan kamu? Ada yang kamu mau?" Tanya Tirta padanya mengusap lembut punggung tangan Maria.

Maria tak menjawab, ia menatap lama wajah suaminya yang terlihat sedikit berantakan, dengan mata sedikit menghitam tanda suaminya tidak bisa tidur.

"Kamu gak tidur berapa hari?" Maria meraba wajah kusut suaminya. Tirta memejamkan matanya meresapi usapan Maria di wajahnya.

"Kamu tau aku gak bisa tidur kalo gak di peluk kamu." Rajuk Tirta merebahkan kepalanya di pinggir ranjang. Tangan Maria terulur mengusap kepala suaminya.

"Bilang aja kamu gak bisa tidur karena gak bisa..." ucapan Maria terhenti saat melihat ibu mertuanya keluar dari toilet.

"Loh kamu udah datang, Mas?" Tanya sang ibu pada putra sulungnya. Tirta berdiri menghampiri Aryani dan mencium kening juga pipinya, tak lupa mencium punggung tangannya.

"Iya baru aja sampe, Ma. Papa gak kesini? Tumben Mama boleh keluar sendirian, biasanya kan di kekep mulu dirumah." Ujar Tirta sambil terkekeh, membuat Aryani ikut terkekeh dan memukul lengannya pelan.

"Kalo soal anak menantunya mana berani Papa kamu larang Mama. Apalagi ini soal anak gadis kesayangannya." Celetuk Aryani.

Mendengar kata 'anak gadis' membuat Tirta dan Maria saling pandang.

"Siapa anak gadis Papa? Anggita? Bukannya dia udah mau nikah ya minggu depan?" Tanya Tirta bingung. Mama tertawa menyadari ucapannya yang salah.

"Hihihi. Bukan Anggita juga, Mas. Tapi tuh istri kamu. Dia kan anak gadis kesayangan Papa." Tunjuk Aryani pada Maria.

"Dih, anak gadis. Udah mau melendung gitu di bilang anak gadis." Cibir Tirta membuat Maria mendelik sebal padanya.

"Yang bikin aku melendung sampai 9 bulan ke depan emangnya siapa, hah!?" Berang Maria padanya di sambut tawa Tirta.

Dengan tangan bergerak meremas payudaranya sendiri dan tangan bergerak ke leher, Maria mengkode jika Tirta tidak akan mendapatkan jatahnya lagi. Sontak saja itu membuat Tirta melemas.

Di dekatinya istrinya, dirinya bermanja-manja di lengan kanan Maria yang bebas dari infus, bermaksud mencari perhatian. Namun dengan sengit Maria menarik tangannya dan bersedekap tangan di dada.

"Yang, jangan di potong jatahnya ya. Aku udah gak dapat jatah dari kamu 2 hari loh. Gak liat nih aku lemes gini. Kurang asupan susu." Bisiknya manja, namun Maria memalingkan wajahnya.

Mengira jika sang anak dan menantu sedang melepas rindu, Mama memilih pulang dengan alasan mau mengurus bayi tuanya di rumah, alias Papa.

Setelah kepergian Mama, kembali Tirta membujuk sang istri. Bahkan ia ikutan berbaring di ranjang pasien yang memang di desain agar muat untuk 2 orang.

Tangan Tirta dengan ahlinya membuka kancing baju pasien yang berada di depan dan melepas pengait bra di belakang punggung. Lalu dengan perlahan menyingkap ke atas hingga benda kenyal kesukaannya terpampang jelas di hadapannya.

Tanpa menunggu persetujuan sang istri, mulutnya berhasil mencaplok payudara bulat dan kencang itu lalu menyesap putingnya bagaikan bayi yang kehausan.

Sementara jari jemarinya meraba bagian kewanitaan Maria hingga Maria melenguh kala mendapat serangan dari mulut dan jari Tirta.

Tirta tersenyum dalam hisapannya saat mendengar suara lenguhan Maria. Jarinya dengan aktif bergerak maju mundur menggoda lubang senggama dan juga daging kecil yang telah membengkak dan memerah itu.

Maria meremas rambut Tirta menyalurkan perasaan mendambanya hingga tanpa sadar ia mendesah tepat di telinga Tirta. Membuat lelaki itu semakin tersulut gairahnya.

Ingin rasanya Tirta menghujamnya dengan miliknya dan bergerak brutal di bawah sana. Menyalurkan kerinduan.

Ada yang berdiri tegak namun bukan tiang bendera.

Desahan Maria di telinganya semakin membakar gairahnya hingga tak lama sang istri melengkungkan tubuh dan mencapai pelepasan pertamanya hari itu.

Terengah nafas keduanya dengan peluh mengalir di pelipis keduanya. Tirta menyatukan kening mereka dan berbisik...

"I swear to God that I wanna f*ck you so hard, Angel! You make me crazy, Love."

Bisik Tirta di depan bibir sang istri kemudian melumat bibir yang menjadi candunya sejak pertama kali ia mencium Maria.

Seolah lapar, Maria membalas lumatan Tirta dan lidah mereka saling membelit. Saling menyesap bibir dan berakhir dengan hisapan panjang Tirta pada bibir atas Maria. Setelahnya melepas tautan dan mengecup cepat kening sang istri seraya turun dari ranjang.

Maria meringis melihat suaminya berjalan sedikit mengangkang. Ia tau betul bagaimana rasa sakit yang kini di rasakan suaminya.

"Abang gak mau aku bantu?" Tawar Maria saat tangan Tirta mencapai kenop pintu toilet.

Menoleh, Tirta memasang wajah datar ciri khasnya dan berujar.

"Kalau kamu emang mau bantu Abang, maka cepatlah sehat. Abang butuh lubangmu bukan tangan atau mulut kamu. Meski mereka juga sama nikmatnya."

Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Mendengar kalimat vulgar suaminya sukses membuat wajah Maria memerah malu dan dengan cepat ia tarik selimut RS dan menutupi wajahnya.

"Abang mesum!!!" Teriaknya hingga suaranya terdengar oleh Tirta dan terdengar tawa kencang dari dalam toilet.

Untuk pertama kalinya Tirta berkata sevulgar itu padanya, membuatnya malu sampai ke ubun-ubun. Bahkan perutnya masih geli karena darahnya berdesir kencang.









                ***********






Tbc.






story by : ziga1810



Tirta-Maria (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang